NovelToon NovelToon
Suami Pilihan Kakek

Suami Pilihan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Alfiyah Mubarokah

"Ka-kakak mau apa?"
"Sudah kubilang, jaga sikapmu! Sekarang, jangan salahkan aku kalau aku harus memberimu pelajaran!"



Tak pernah terlintas dalam pikiran Nayla Zahira (17 tahun) bahwa dia akan menikah di usia belia, apalagi saat masih duduk di bangku SMA. Tapi apa daya, ketika sang kakek yang sedang terbaring sakit tiba-tiba memintanya menikah dengan pria pilihannya? Lelaki itu bernama Rayyan Alvaro Mahendra (25 tahun), seseorang yang sama sekali asing bagi Nayla. Yang lebih mengejutkan, Rayyan adalah guru baru di sekolahnya.

Lalu bagaimana kisah mereka akan berjalan? Mungkinkah perasaan itu tumbuh di antara mereka seiring waktu berjalan? Tak seorang pun tahu jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 Kenapa Dia Ada Disini?"

Nayla menelan ludahnya dengan berat. Setelah itu, keningnya berkerut. "Buat apa aku bohong Kak. Kalau Kak Rayyan gak percaya ya sudah," ucap Nayla lirih sambil melangkah pergi meninggalkan Rayyan. Nada suaranya terdengar getir, seperti menahan sesuatu yang enggan ia ungkapkan.

Namun, Rayyan cepat-cepat menahan pergelangan tangan istrinya, membuat langkah gadis itu terhenti di antara lorong rumah yang lengang. Jemarinya yang hangat mencengkeram lembut, tapi cukup kuat untuk menghentikan gerakan Nayla. Ia maju selangkah ke depan Nayla, menahan tubuh mungil itu agar tidak menjauh, lalu menatapnya dalam dengan sorot mata penuh rasa ingin tau.

"Maaf bukan maksudku gak percaya," ucap Rayyan dengan suara yang jauh lebih lembut dari sebelumnya. Wajahnya menunduk sedikit, mencoba agar istrinya tak salah paham.

"Cuma tadi aku sempat lihat samar-samar Ayah bisikin sesuatu ke kamu. Aku takut dan penasaran, Ayah bilang apa."

Tatapan Rayyan membuat Nayla terdiam sejenak. Gadis itu menghela napas panjang, seperti sedang menimbang-nimbang, lalu menatap bola mata suaminya. Ada binar ketulusan di sana, binar yang membuat hatinya luluh. Senyum kecil akhirnya merekah di bibirnya.

"Iya, Ayah memang bisikin sesuatu," akunya pelan, seakan takut kalau ucapannya akan menimbulkan pertanyaan baru.

"Tuh berarti tadi kamu bohong?" Rayyan langsung menimpali, alisnya terangkat, meski nada suaranya tak setajam tadi.

Nayla nyengir malu, memperlihatkan gigi putihnya yang rapi. "Hehe sorry," ucapnya sambil menunduk, tangannya refleks meremas ujung baju tidurnya.

Rayyan hanya bisa menghela napas panjang sambil geleng-geleng kepala, separuh jengkel, separuh gemas melihat tingkah istrinya itu.

"Ayah bilang apa? Kenapa kamu sembunyikan dariku?" tanyanya lagi, kali ini lebih tenang namun penuh penekanan.

"Bukan hal penting kok Kak," jawab Nayla sambil menyilangkan jari telunjuk dan jari tengahnya di belakang punggung, tanda kecil kalau ia tak sepenuhnya berkata jujur.

Rayyan menaikkan alisnya, menatap curiga. "Benarkah?"

"Iya," Nayla menegaskan dengan senyum tipis.

"Ayah cuma bilang aku harus jadi istri baik. Nurut sama suami dan gak boleh pergi tanpa izin suami," jawabnya, setengah jujur.

"Hanya itu?" Rayyan kembali menatapnya dengan sorot yang dalam, seakan mencoba membaca isi hati istrinya.

Nayla tersenyum manis dan mengangguk. Tangannya tetap mengaitkan jari-jarinya, menandakan ia belum sepenuhnya berterus terang.

Rayyan akhirnya ikut mengangguk, mencoba percaya meski masih ada rasa ganjal. "Ya sudah, sekarang kita ke kamar. Kamu masih harus belajar," ucapnya sambil melangkah pergi lebih dulu.

Nayla mendengus manja, bibirnya manyun. "Yah, kok belajar Kak. Ini kan udah malam. Aku ngantuk, mau langsung tidur," rengeknya dengan wajah cemberut.

Rayyan yang sudah sampai di depan pintu kamar berbalik, menatap istrinya yang berdiri malas-malasan.

"Belajar dulu, baru tidur!" ucapnya tegas, suaranya mengandung nada tak bisa ditawar.

Nayla menghela napas pasrah lalu menyeret langkahnya mengikuti Rayyan menuju kamar. Hatinya sebenarnya ingin membantah, tapi ia tahu percuma. Begitu berada di kamar, ia duduk di meja belajar dengan buku terbuka di hadapannya, mencoba fokus, meski matanya sudah terasa berat.

Hingga waktu menunjukkan pukul sepuluh lewat lima menit, Nayla yang semula berusaha keras mencatat mulai terlelap di atas meja. Kepalanya tertunduk, pulpen masih tergenggam lemah di tangannya.

"Sudah selesai belum Sayang?" tanya Rayyan sembari jemarinya masih menari di keyboard laptop, sibuk mengetik laporan.

Karena tak ada jawaban, ia mengangkat kepala. Matanya langsung melembut saat melihat istrinya sudah tertidur di meja, wajah mungil itu terlihat begitu lelah. Rayyan tersenyum tipis lalu menutup laptop. Ia bangkit, berjalan mendekat, lalu dengan hati-hati merapikan helaian rambut Nayla yang jatuh menutupi pipinya.

"Capek banget ya," gumamnya pelan, nyaris seperti bisikan. Ada rasa iba di dalam suaranya.

Ia mengguncang bahu Nayla lembut. "Sayang, bangun. Tidur di kasur yuk."

Nayla hanya bergeming, bibirnya sedikit terbuka, napasnya teratur. Rayyan mencoba lagi.

"Ayo pindah, jangan tidur di sini."

Dengan mata setengah terpejam, Nayla menatapnya sayu.

"Kenapa Kak?" suaranya serak, nyaris tak terdengar.

"Kita pindah ke kasur," jawab Rayyan singkat.

Nayla mengangguk lemah, suaranya pelan sekali. "Tapi aku capek."

"Gak apa-apa," jawab Rayyan dengan lembut, lalu tanpa pikir panjang ia membungkuk dan menggendong Nayla ala bridal style menuju tempat tidur. Tubuh mungil istrinya terasa ringan di pelukannya, dan ia menatap wajah itu dengan rasa hangat. Begitu Nayla dibaringkan, ia ikut naik ke ranjang, menarik selimut, dan mereka pun terlelap berpelukan.

****************

Di tempat lain, di kamar gelap gulita, seorang pemuda duduk di kursi dengan wajah muram. Asap rokok mengepul memenuhi ruangan. Hatinya hancur menerima kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Berkali-kali ia menyalakan rokok baru, namun sakit itu tak juga berkurang.

Bagaimana tidak? Gadis yang selama ini ia cintai, gadis yang selalu ia jaga, mendadak sudah jadi milik orang lain.

"Aaaarrrggghh!!" teriaknya frustasi, sambil menarik rambutnya sendiri dengan kasar.

Pintu kamar tiba-tiba terbuka, cahaya dari lorong masuk. Seorang wanita melangkah masuk lalu buru-buru menyalakan lampu. Matanya membelalak melihat keadaan kamar yang berantakan botol minuman, puntung rokok, dan kertas-kertas berserakan di lantai. Ia menatap putranya di sofa, tubuhnya lunglai bagai mayat hidup.

"Dafa, kamu kenapa?" tanya Hira mama Dafa dengan nada cemas.

Dafa menoleh dengan senyum miris, wajahnya kusut. "Hai Ma."

Hira melangkah cepat menghampiri. "Kamu kenapa Daf? Kalau Papa sampai tahu kamu begini, bisa habis kamu, Nak!"

Dafa terkekeh pahit, tawanya terdengar getir. "Biarin, Ma. Aku capek mau buang beban ini."

Hira mendesah berat. "Sebenarnya ada apa? Kamu berantem sama Nayla?"

Air mata Dafa jatuh begitu saja tanpa bisa ia tahan. Hira terdiam, menunggu putranya menjawab.

"Aku sama Nayla putus Ma. Dia yang mutusin," ucap Dafa lirih, suaranya pecah.

Hira terperanjat. "Apa yang kamu lakuin sampai Nayla mutusin kamu?!" tanyanya dengan nada tak percaya.

Dafa menunduk, bahunya bergetar. "Aku gak ngelakuin apa-apa Ma."

"Gak mungkin!" Hira menatap tajam.

"Nayla gak mungkin mutusin kalau tanpa alasan!"

"Itu kenyataannya," Dafa bersikeras, menatap lantai.

"Dia bilang gak pantas buat aku. Dia bumi, aku langit, gak akan bisa bersatu."

Hira mengerutkan kening. "Tapi Mama sama Papa gak pernah masalahin status dia."

Dafa mengangguk pelan. "Iya, tapi dia tetap merasa gak pantas. Katanya masih banyak gadis yang lebih baik buat aku."

Air matanya terus jatuh deras. Di depan mamanya sendiri, ia tak bisa lagi menahan diri. Pukulan dan makian Papa bisa ia tahan, tapi melihat Nayla menangis, ia selalu runtuh.

Hira merangkul putranya, membiarkannya bersandar di bahunya. "Sabar Nak. Mungkin dia bukan jodohmu," ucapnya menenangkan.

Dafa menggeleng keras. "Gak Ma cuma Nayla yang aku mau. Cuma dia yang ngerti aku dan bisa bikin Papa menganggap aku ada."

Hira terdiam matanya berkaca-kaca. Dalam hati ia tau, suaminya pun akan kecewa jika tau Nayla benar-benar pergi dari hidup putranya.

****************

Pagi harinya, suasana sekolah cukup ramai. Nayla melangkah masuk ke kelas dengan langkah pelan. Rambutnya diikat sederhana, wajahnya sedikit lelah, namun tetap berusaha terlihat ceria. Ia mengernyit saat melihat sekelompok siswa berkerumun di meja Zia, gadis populer di kelasnya.

Ia mendekati Tania dan Alika yang tengah berdiri di dekat pintu. "Mereka lagi bahas apa sih?" tanya Nayla penasaran.

"Sekolah kita bakal kedatangan model terkenal," jawab Tania antusias matanya berbinar.

"Siapa?" Nayla mengangkat alis.

Alika mengernyit, mencoba mengingat. "Namanya Re… Re siapa gitu aku lupa."

Nayla mendesah kesal. "Kalian ini gosip baru aja udah lupa."

Tania nyengir, tak merasa bersalah. "Ya beda sama Zia, Nay. Dia kan update banget soal beginian."

Tak lama, guru masuk membawa tumpukan kertas. Suasana kelas langsung hening. Kertas ulangan dibagikan. Nilai Nayla 75, Tania 70. Guru kembali mengingatkan agar mereka lebih serius belajar menghadapi ujian.

Setelah bel berbunyi, guru keluar. Tania langsung mengeluh panjang. "Kenapa sih guru-guru hobi banget nyuruh belajar. Baru kelas tiga udah begini."

"Itu tandanya mereka peduli Nia. Kalau kita lulus bagus, bisa kuliah lebih gampang," jelas Alika dengan nada serius.

Tania mencibir, melipat tangan di dada. "Iya Ibu Alika."

Nayla tersenyum melihat tingkah dua sahabatnya itu. "Ke perpus yuk. Katanya ada novel baru."

Tania dan Ida terkejut menatapnya. Biasanya Nayla yang paling malas ke perpustakaan. Tapi akhirnya mereka setuju. Bertiga keluar kelas sambil bercanda.

Di tengah jalan, Tania melihat ada kerumunan besar di aula. "Eh ada apa di sana?" tanyanya sambil menunjuk.

Mereka mendekat dengan rasa penasaran. Namun, begitu sampai di depan, langkah Nayla langsung terhenti. Matanya melebar napasnya tercekat.

"Kenapa dia ada di sini?" batinnya gemetar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!