Alana Shaabira Dewantara harus menelan pil pahit tak kala Calvin lebih memilih di jodohkan dengan pilihan orang tuanya daripada bersama Alana.
Ditengah kegalauan Alana, masa lalunya muncul kembali. Teman semasa kecilnya yang dulu Alana cintai sebelum Calvin.
"LEPASIN KAK!" Alana terus menghindari pria masa lalunya itu.
Tangan kokoh seseorang menarik tangan Alana "Jangan sentuh milikku! Alana tunanganku!" Ucap Erlando Agathias dengan gentle.
Seketika itu hati Alana berdesir dia menatap lekat Erlando dan berlindung dibelakangnya. "Tenang ada aku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alana Dan Erlando Selamat
Selepas subuh Erlando membawa Alana untuk pergi dari hutan. Semalaman mereka tidur dibawah pohon. Harusnya Erlan membawa tenda, dia justru lupa. Yang ia ingat hanya jaket dan makanan untuk Alana.
"Baru jam setengah enam pagi, ayo sayang kamu siap?"
"Siap mas, jangan jauh jauh ya mas aku takut."
Erlando mengecup kening Alana sebelum pergi. Dia juga sudah mengikatkan talinya ke pinggang Alana supaya tidak hilang. "Iya sayang tenang ada aku. Kita pasti pulang."
-
-
-
Papih Al terkejut setelah mendengar kabar bahwa Erlando dari semalam mencari Alana. Terpaksa Emil memberitahunya karena dia sangat khawatir pada bossnya itu. Tiba tiba ponsel papih Al berdering Athala menghubunginya.
Athala memberi tahu papihnya supaya melacak Alana dari gelang yang dipakainya dan gps yang dipasang di ponsel Alana. Bahkan papih Al lupa jika Alana sudah terpasang gps.
"Astaga! Bas, lacak keberadaan Alana cepat. Saya lupa sudah memasang gps di hp Alana." Papih Al memberikan ponselnya pada Bastian. Tim sar juga bergegas melacak keberadaan Alana dan Erlando.
Semua pegawai kumpul di ruang tengah sambil menunggu kabar Alana yang belum ketemu. Namun ditengah kepanikan itu, hati Jessica justru menari nari diatas penderitaan Alana. Tak perduli jika dirinya harus di skors nantinya. Yang penting Alana menderita.
Kegiatan itu di hentikan sementara. Semua yang ada di sana terdiam tak tahu harus bagaimana. Kecuali papih Al dan orang orang yang mencari Alana.
"Ketemu! Ayo kita susuri hutan itu. Jaraknya agak sedikit jauh. Kenapa masuk ke wilayah ini?" Tanya ketua tim sar itu pada pak Jaka.
Pak Jaka melongo ketika mengetahui lokasi Alana berada. "Astaga! Tidak pak! Itu di luar wilayah kami. Jessica, apa benar kamu membawa Alana sejauh itu?" Geram pak Jaka.
Evan menengahi pak Jaka yang tersulut emosi pada Jessica. Lebih baik fokus menemukan Alana daripada harus berdebat. Sementara papih Al dan Bastian sudah bersiap, Atharya diminta menunggu di villa. Jaga jaga barangkali Alana sampai duluan.
Tim sar, papih Al, Evan dan Bastian beserta anak buahnya pergi dari sana menuju lokasi. Atharya harap harap cemas menunggu kakaknya.
-
-
-
"Mas masih jauh yah?" Alana sudah kelelahan mungkin mereka sudah berjalan kaki hampir satu jam. Erlando menyuruh Alana duduk dulu, dia memijat kaki Alana.
"Sabar yah, memang jauh. Aku akan buat perhitungan dengan Jessica." Ucap Erlando yang mengeraskan rahangnya.
Alana tak menjawab badannya lelah sekali. Erlando membawa wanita yang lemah tak berdaya itu ke punggungnya. Alana menuruti Erlando.
Erlando menggendong Alana dipunggungnya. Keduanya sudah kelelahan bahkan minuman mereka sudah habis tak bersisa. Lama kelamaan kaki Erlan keram. Samar samar dari jauh terdengar suara memanggil nama mereka.
"ALANA...ERLANDO."
"Tahan ya sayang sebentar lagi, aku janji kita pasti pulang." Erlando sekuat tenaga berjalan lagi menyusuri jalanan terjal hutan itu sambil menggendong Alana.
Alana sendiri sudah tak merespon, matanya perlahan tertutup. "Sayang...sayang. Alana... Sayang kamu tidur?" Erlando memanggil manggil Alana namun tak ada jawaban. Dia menurunkan kekasihnya dan melihat Alana pingsan.
"Astaga sayang. Bangun Alana aku mohon. Tunggu sebentar lagi, kita pasti pulang sayang. Tolong bertahan."
Erlando menggendong lagi Alana di punggungnya, dia kembali berjalan. Dia harus cepat sampai. Pasti Alana kelelahan dan dehidrasi.
"ERLANDO...ALANA KALIAN DIMANA?"
"ALANA INI PAPIH."
Suara teriakan itu lama lama semakin jelas. Sepertinya jarak Erlando dan Alana hampir sampai. Namun saat Erlando melihat beberapa orang, dia sudah tak kuat lagi menahan Alana dan tas yang ia bawa.
Penglihatannya menjadi samar samar dan gelap. Seketika Erlando tumbang bersama Alana. Ketua tim sar orang yang pertama melihat Erlando dan Alana. "Itu mereka ayo kesana hati hati."
Semua orang bergegas menghampiri Alana dan Erlando yang sudah pingsan. Papih Al melihat anaknya yang pucat pasi. "Alana anakku! Bangun sayang. Erlando bangun." Papih Al langsung membawa Alana yang pingsan dan tim sar menggotong Erlando.
Ray membantu para tim sar membawa Alana. Keduanya di bawa kerumah sakit. Emil sangat khawatir melihat bossnya yang tak sadarkan diri. Evan dan Bastian mengabari orang rumah jika Alana sudah ditemukan dalam keadaan pingsan.
-
-
-
Keadaan menjadi chaos, Atharya menyusul kerumah sakit bersama pak Jaka. "Papih gimana kakak?"
"Kita tunggu kabar dari dokter." Wajah papih Al sangat pucat sekali bahkan papih Al belum sempat makan dari semalam karena mencemaskan Alana.
"Bos makan dulu, dari semalam belum makan. Nanti non Aleesya khawatir." Ucap Bastian memberikan makanan berat. Tadi ketika sampai di rumah sakit, Bastian menyempatkan dulu membeli makanan untuk papih Alarich.
"Terima kasih Bas, aku ingin menunggu Alana dulu. Erlando bagaimana?" Tanya papih Al cemas.
"Dokter masih di dalam memeriksanya." Jawab Bastian. Ada Emil dan Evan yang menunggu Erlando di ruangan berbeda.
Tak lama dokter yang menangani Alana keluar. Semua yang ada di sana berdiri menghampiri dokter itu. Terutama papih Alarich yang was was. "Anak saya bagaimana dok?"
Dokter itu menjelaskan jika Alana kelelahan dan dehidrasi. Alana sementara harus di rawat inap. Namun papih Al ingin membawa Alana ke Jakarta. Dia ingin merawat anaknya di sana. Dokter belum mengijinkannya karena kondisi Alana yang masih lemah.
"Baik dok, saya boleh ke dalam?"
"Silahkan, tapi tolong jangan terlalu banyak di ajak bicara dulu. Kondisi pasien masih dalam pantauan kami." Ucap dokter.
Papih Al, Bastian, Atharya dan Ray masuk ke dalam. Pak Jaka juga di ijinkan masuk. "Pak Alarich, saya mohon maaf atas semua yang terjadi." Pak Jaka sungguh merasa tak enak pada atasannya itu.
"Tolong ke depannya tidak terjadi hal seperti ini lagi untuk siapa pun. Dan Jessica, segera urus dia. Saya tidak mau dia mencelakai anak saya lagi." Ucap papih Al tanpa menoleh. Fokusnya masih melihat Alana yang terbaring.
"Baik pak. Saya akan memberikan sanksi pada Jessica."
Pak Jaka tak bisa berlama lama disana. Dia pamit dari sana karena masih harus mengurus beberapa staff yang masih ada di villa. Bastian menyusul Evan ke ruangan Erlando.
Erlando sudah dipindahkan ke ruang perawatan tak jauh dari ruangan Alana. Emil dengan setia mendampingi bossnya itu.
"Papih, makan dulu. Kalau papih yang sakit gimana? Nanti kakak sedih pih." Tutur Atharya dengan khawatir. Papih Al menghela nafasnya dan menuruti Atharya untuk makan dulu. Keduanya kini makan bersama di dalam ruangan Alana.
Perlahan mata Alana terbuka kepalanya masih sakit. Badannya masih terasa pegal. "Eugh...!"
Papih Al dan Atharya menoleh ke arah kasur Alana. Mereka langsung menghampiri Alana. "Sayang ini papih, masih ada yang sakit enggak? Sayang...Alana. Papih khawatir nak sama kamu." Papih Al mengelus kepala anak perempuan yang sangat amat di sayanginya.
"Kak...gimana rasanya sekarang?" Tanya Atharya yang sama khawatirnya. Alana masih menelisik sekitarnya. Tiba tiba dia teringat Erlando.
"Pih, Alana udah baik. Erlando...gimana dia pih? Apa dia_" Lirihnya.
"Erlando keadaannya sudah membaik sayang. Kamu istirahat dulu, nanti kita tengok setelah kamu sembuh." Ucap papih Al lembut.
Alana bangun dan mencabut selang infusnya dia ingin menemui Erlando. Perasaannya tak karuan. Terakhir mereka bersama saat di hutan itu. Setelah itu Alana tak ingat lagi. Papih Al menahan badan Alana untuk tetap di sana.
CEKLEK
"Mas Erlan."