NovelToon NovelToon
Perjalanan

Perjalanan

Status: tamat
Genre:Tamat / Bullying di Tempat Kerja / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Persahabatan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: jauharul husni

Namaku Dimas dan kini aku sedang berada di pondok pesantren, sebenarnya aku tidak pernah berpikir untuk mondok bahkan dalam kehidupanku aku tidak pernah merasa kalau Tuhan selalu berada di dekatku.

Tapi setelah aku bertemu dengan salah satu anak bernama Bayu beberapa waktu lalu, aku jadi sangat ingin berada di dekatnya, aku tertarik pada kelakuan radikal yang selalu dia lakukan.

Kelakuannya inilah yang membuatku menyadari sesuatu, bagaimana kalau sebenarnya pertemuan kami ini bukanlah kebetulan, apakah sebuah keberuntungan jika aku berada di dekatnya dan terus mempelajari kehidupannya.

Ceritaku akan lebih berfokus pada sisi gelap dari suatu hal yang selalu kita anggap remeh, seperti pondok pesantren, semua orang juga tahu kalau tempat ini adalah tempat dimana orang orang beragama dilahirkan.

Tapi apa kalian pernah berfikir kalau tempat ini memiliki sisi gelap yang bahkan lebih busuk daripada tempat lainnya, bagaiman jika aku mengatakan kalau disana ada banyak sekali pembullyan dan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jauharul husni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perlahan tapi pasti, dibangunnya kepercayaan.

Secara perlahan, Fais mengangkat tubuh Retno kecil yang sedang memeluk boneka pemberian ayahnya dengan erat, tahu kalau benda itu sangat berharga bagi Retno, Fais juga membawa boneka itu, dia saat itu sudah berganti pakaian menjadi milik Faisal dan berencana untuk melakukan solat di masjid yang lain.

Dia tidak ingin ada orang yang mencurigainya sebagai penculik. Setelah semuanya siap, dia langsung menggendong anak itu dan berjalan pergi melalui pintu belakang, dia ingin melewati area pinggiran hutan untuk keluar dari kota ini, dia tidak ingin terlalu berlama lama berada di kota tempat tinggal Faisal.

Fais berjalan ke arah hutan belakang rumah yang sangat lebat dan gelap, dia tidak merasa takut sama sekali karena dia sudah berkali kali melewati pinggiran hutan agar dia tidak menjadi target penembak misterius. Baru beberapa langkah dia berjalan, dia sudah terkena cabang pohon yang seketika membuat langkahnya terhenti sejenak, dia baru sadar walau ini adalah rute paling aman, tapi hal ini tidak berlaku pada anak balita polos di pelukannya.

Dia semakin mempererat pelukannya sembari memegang belakang kepalanya, selama ini dia tidak pernah khawatir akan hal hal seperti dahan pohon, duri tajam bahkan hanya sekedar batu, tapi sekarang dia harus berusaha keras agar anak ini tidak terbangun dan menangis keras, masalah akan lebih runyam jika Retno menangis.

30 menit perjalanan ini benar benar menyiksa mental dan fokus Fais, berkali kali dia hampir mengumpat keras saat terkena duri dan hampir terjatuh saat batu besar di hadapannya dia tendang, lebih tepatnya kesandung. Dia pada akhirnya memutuskan untuk tidak lagi menyiksa dirinya dan pergi keluar dari hutan, dia berjalan ke hutan terdekat dan mulai menengok ke kanan kiri berharap dapat menemukan masjid sekalian untuk melihat jam berapa sekarang.

Entah kenapa sejak membawa anak ini dia menjadi trauma untuk masuk hutan dan memutuskan masuk hutan disaat tertentu saja, karena banyaknya tantangan didalamnya yang akan sangat membahayakan Retno.

Nihil, tidak ada masjid di jalanan ini, hanya terdapat rumah yang berjejer rapi tertutup, dengan sedikit was was dia kembali berjalan lurus entah kemana, merasakan angin sepoi sepoi yang bisa membuat siapa saja merinding, rasa sendirian di malam hari bukanlah hal yang baru bagi Fais, seharusnya dia sekarang sudah tidur di masjid dan bangun saat banyak orang melakukan jamaah subuh.

Tapi sekarang dia tidak ingin tidur dulu karena orang orang desa pasti akan mengenali anak yang dia gendong dan sudah pasti dia akan di amuk massa karena dikira anggota sekte, yang masih saja eksis dan tidak bubar bubar.

1 jam, 2 jam, Fais pada akhirnya dapat keluar dari kota tepat saat matahari terbit menyinari wajah mereka berdua yang seketika membangunkan Retno. Retno hanya menoleh ke sana kemari, sembari tetap memeluk tubuh Fais erat, dia mendongak ke atas dan melihati terus menerus wajah Fais yang pucat karena mengantuk.

Selang beberapa menit mereka berdua akhirnya sampai di masjid dan dengan terburu buru hingga lupa membersihkan kakinya, Fais langsung masuk begitu saja dan langsung menguap lebar, matanya kini mulai memerah. Secara perlahan dia menaruh tubuh Retno di depannya tidak lupa dengan boneka diatasnya, matanya menjadi semakin buram dan tidak menyadari kalau mata Retno sedari tadi terbuka melihatnya yang kini ambruk setelah menaruh dirinya.

Tangan Fais mengeliat kemana mana berusaha mencari Retno yang dia kira sedang tidur disampingnya, tidak merasakan tanda tanda anak itu dia langsung membuka matanya lebar lebar dan mendapati kalau sekarang anak itu sedang bermain boneka sendirian di sampingnya, Fais mulai secara perlahan bangkit dari posisi tidurnya yang membuat Retno ketakutan dan mulai menutupi mukanya dengan boneka.

Fais terkejut dan baru menyadari kalau Retno ini masih belum mengenalnya, dia kemudian tersenyum lebar ke arah Retno sembari mengatakan, "Main sama aku yuk, nama kamu siapa?." Fais menatap mata indah Retno yang mencoba mengintip dari balik boneka.

Secara perlahan dan ragu ragu dia mengatakan, "Retno." Fais semakin mendekati Retno perlahan sembari terus saja tersenyum, dia lalu memegang dan mengelus pelan kepala Retno yang kecil. Retno yang masih malu malu tidak bisa melakukan apa apa, dia juga terbiasa dielus kepala oleh banyak orang karena banyak juga yang menganggapnya imut, tenang, nggak semuanya pedofil kok.

"Perkenalkan, namaku Fais, sekarang yang ngerawat kamu itu saya." Retno yang kebingungan hanya bisa terdiam sembari menunduk, dengan perlahan dia mulai menurunkan bonekanya menunjukkan wajah imut khas seorang bocah. Tidak berhenti sampai disitu, Retno mulai memberikan bonekanya kepada Fais yang langsung Fais terima dengan baik.

Mereka pun mulai bermain bersama dan sesekali Fais menggoda Retno yang membuatnya tertawa lepas karena bercandaan Fais, hal ini membuat hati Fais menjadi sedikit tenang dan mulai merasakan kedamaian. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, Retno yang awalnya tidak berani kepada Fais kini mulai percaya sepenuhnya, karena hal inilah juga dia bisa mengatakan dengan terus terang kalau dia lapar.

Permintaan dadakan ini membuat Fais sedikit terkejut karena dia tidak berpikir untuk memakan sesuatu, dia juga biasanya tidak akan makan sampai dirinya sudah benar benar lemas, Fais merogoh saku celana yang sekarang sedang kosong melompong, dia melihat kearah Retno yang juga menatapnya dengan polos.

"Oke, ayo kita cari makan, kamu sudah bisa berjalan kan?." Fais mulai berdiri dan mengulurkan tangan pada Retno, dia langsung tersenyum sembari mengangguk dan mulai berdiri dengan kedua kaki kecilnya. Sembari berpegangan tangan mereka berdua pergi dari masjid kecil itu, kemudian berjalan ke arah sebaliknya dari kota tempat tinggal Retno.

Mereka berjalan pelan sembari sesekali bercakap cakap agar bisa menghilangkan lapar di perut mereka. Di tengah jalan mereka bertemu dengan dua orang yang juga sedang berjalan ke arah mereka, inilah yang sedari tadi di tunggu tunggu oleh Fais, dia akan mencuri dompet salah satu dari mereka.

Fais yang melihat batu sedikit besar tepat didepannya berusaha membuat sandiwara seolah olah dia tersandung batu dan langsung merogoh saku mereka, mencuri dompet saat itu memang sangat mudah karena bentuk celana saat itu yang masih longgar dan semakin tebal dompetnya semakin jelas terlihat dari luar, ditambah saat itu masih belum banyak orang yang memakai kredit.

Faisal yang tersandung langsung terjatuh tepat di samping salah satu orang itu, dia berdiri kembali dan meminta maaf pada mereka berdua lalu melintas begitu saja. Berjalan beberapa langkah, Orang yang lainnya langsung menghentikan Fais sembari menuduhnya sebagai pencopet.

Menyadari hal ini dia langsung menggendong Retno tanpa memberi izin membuat boneka yang dia pegang seketika terjatuh, beruntung Fais cepat menyadarinya dan langsung menendang boneka itu ke udara yang seketika juga ditangkap oleh Retno, kerja sama yang baik.

Fais berlari kencang membuat kedua orang itu kewalahan dan pada akhirnya mengambil beberapa batu dari tanah kemudian melemparkannya. Beberapa batu meluncur melewati Fais yang dengan sigap langsung memeluk Retno semakin erat sembari memegangi kepalanya. Hal ini bisa membuat mereka makan enak setelah ini.

...****************...

Peringatan: Kami tidak pernah bermaksud untuk menyinggung atau malah ingin menjatuhkan seseorang, novel ini memang sudah kami rencanakan untuk mengambil tema yang jarang digunakan dan bisa saja menimbulkan kontra, jadi kami hanya bisa berharap kalau anda bisa lebih bijaksana dalam mengambil pesan yang berusaha kami sampaikan disini, yakinkan pada diri kalian kalau ini hanyalah sebuah novel dan tidak mungkin bahkan tidak akan pernah terjadi di dunia nyata, teruntuk yang bisa bertahan sampai disini saya ucakan terima kasih yang sebanyak banyaknya, saya harap novel ini bisa berkembang lebih jauh nantinya, tetap stay ya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!