NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Pendekar

Kembalinya Sang Pendekar

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Pusaka Ajaib
Popularitas:128.8k
Nilai: 4.7
Nama Author: biru merah

Seorang pendekar tua membawa salah satu dari Lima Harta Suci sebuah benda yang kekuatannya bisa mengubah langit dan bumi.

Dikejar oleh puluhan pendekar dari sekte-sekte sesat yang mengincar harta itu, ia memilih bertarung demi mencegah benda suci itu jatuh ke tangan yang salah.

Pertarungan berlangsung tiga hari tiga malam. Darah tumpah, nyawa melayang, dan pada akhirnya sang pendekar pun gugur.

Namun saat dunia mengira kisahnya telah berakhir, seberkas cahaya emas, menembus tubuhnya yang tak bernyawa dan membawanya kembali ke masa lalu ke tubuhnya yang masih muda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon biru merah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 33. Keberadaan Pedang Gerhana Bulan

Satu bulan telah berlalu, namun rumor tentang harta karun di Kota Kematian belum juga mereda.

Di pasar-pasar, di rumah makan, hingga ruang pelatihan para pendekar, orang-orang masih membicarakan satu nama dengan penuh minat dan rasa penasaran—Kitab Raja Obat.

Beberapa berspekulasi bahwa kitab tersebut merupakan warisan zaman kuno yang menyimpan rahasia terlarang. Ada pula yang berkata bahwa kitab itu mampu membangkitkan kembali tubuh yang telah mati, sementara yang lain menganggapnya sebagai pusaka yang dapat mempercepat pembentukan tenaga dalam hingga berkali lipat.

Di tengah hiruk-pikuk kabar tersebut, di sebuah penginapan kecil tak jauh dari gerbang Kota Kematian, Guru Bai akhirnya pulih sepenuhnya dari luka-lukanya. Ia memutuskan untuk kembali ke Sekte Pedang Suci setelah satu bulan berada di luar.

Namun, saat hendak pergi, langkahnya dihentikan oleh seorang lelaki tua yang baru saja siuman—Paman Long.

Paman Long memandang Guru Bai dengan mata penuh penghormatan. "Guru Bai... sebelum kau pergi, izinkan aku mengucapkan terima kasih. Jika bukan karena bantuanmu, mungkin nyawaku sudah melayang di tengah pertempuran itu," ucapnya pelan sambil menyerahkan sebuah kotak kayu tua berisi beberapa harta berharga.

Namun, Guru Bai hanya tersenyum dan menggeleng perlahan. "Harta ini sebaiknya kau simpan. Saat itu, kau juga pernah menyelamatkanku ketika aku terluka parah diserang binatang iblis. Anggap saja ini balasan atas jasamu di masa lalu."

Paman Long terdiam sejenak, sebelum kembali menahan niat kepergian Guru Bai. Wajahnya berubah serius, seolah baru teringat sesuatu.

"Tunggu dulu... aku ingin menanyakan satu hal," ucapnya perlahan. "Aku bertemu seorang pemuda yang membawa pedang... bentuknya sangat mirip dengan pedangmu waktu muda dulu. Namanya Lin Yan."

Mendengar nama itu, tatapan Guru Bai langsung berubah tajam. "Apa kau bilang... Lin Yan?" tanyanya penuh semangat.

Paman Long mengangguk. "Ya, Lin Yan. Dia bilang ia terpisah dari gurunya... kami bertemu di perjalanan menuju Kota Kematian. Saat itu kelompok kami tengah bertarung melawan binatang iblis, dan dia muncul tiba-tiba membantu kami."

"Di mana dia sekarang?" tanya Guru Bai cepat, nadanya tak bisa menyembunyikan kegelisahan.

"Kami berpisah di depan gerbang Makam Dewa. Dia bilang ingin masuk sendiri. Sejak itu, aku tak melihatnya lagi."

Guru Bai terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menjawab, "Dia memang muridku. Setahun lalu, dia menghilang saat bertarung melawan Kelabang Darah di sebuah misi pengawalan. Aku mengira... dia telah tiada."

Paman Long mengerutkan alis. "Tapi... dari apa yang kulihat, kekuatannya sudah berada di tingkat Pendekar Bumi Menengah. Bukankah Kelabang Darah hanya setara dengan Pendekar Ahli Akhir?"

"Apa! Dia sudah mencapai tingkat Pendekar Bumi?" seru Guru Bai, terkejut. "Setahun lalu... dia bahkan baru menembus tingkat Pendekar Bergelar!"

Keduanya terdiam, saling bertukar pandang dalam kebingungan dan kekaguman.

"Jika begitu, dalam setahun ini dia telah melampaui pertumbuhan biasa... itu sangat luar biasa," gumam Paman Long.

"Dan usianya... dia baru dua belas tahun," tambah Guru Bai pelan.

Paman Long kini benar-benar terpaku. "Dua belas tahun? Mustahil... tubuhnya sudah seperti remaja berumur empat belas!"

"Pertumbuhannya cepat... memang berbeda dari anak-anak lain," ucap Guru Bai dengan nada lirih.

Setelah percakapan panjang itu, Guru Bai hanya bisa menarik napas dalam. Ia menatap langit, seolah menenangkan pikirannya yang kalut.

"Tak masalah... selama dia masih hidup, itu sudah cukup," bisiknya dalam hati.

"Aku yakin, jika dia belum kembali ke sekte... pasti ada alasannya."

Tak lama kemudian, Guru Bai pun berpamitan dan meninggalkan kota, berjalan seorang diri kembali ke Sekte Pedang Suci. Tugasnya di luar sudah selesai—dan kini waktunya untuk melapor kepada ketua sekte.

 

Di sisi lain, jauh di dalam sebuah hutan terlarang...

Sosok muda tampak berdiri di puncak tebing, memandang ke arah hutan lebat yang diselimuti kabut tipis. Di belakangnya, beberapa bangkai binatang iblis tergeletak, tubuh mereka penuh luka potong yang dalam.

"Huff... akhirnya aku kembali ke sini," gumam Lin Yan sambil menatap hamparan pepohonan di bawah sana.

Tempat ini bukan tempat asing baginya. Inilah hutan yang dulu menjadi lokasi latihan pertamanya—hutan binatang iblis tingkat tinggi.

Lin Yan memilih kembali ke tempat ini karena yakin bahwa pertarungan nyata melawan binatang iblis adalah jalan terbaik untuk mengasah kekuatan dan ketahanannya. Ia tidak butuh sekte untuk tumbuh—ia hanya butuh waktu, darah, dan pedangnya.

 

Sementara itu, jauh di Aula Es...

Seorang gadis muda tengah berlatih tanding bersama gurunya. Gerakan pedangnya cepat, bersih, dan penuh semangat.

Dialah Ling Xue. Sejak kembali ke Aula Es dua tahun lalu, semangat latihannya berubah drastis. Tak ada lagi keluhan, tak ada lagi kelambanan. Semua berubah sejak mendengar kabar bahwa Lin Yan, pemuda yang pernah menyelamatkannya, menghilang di tangan binatang iblis Kelabang Darah.

Untuk beberapa bulan, semangatnya sempat hancur. Namun setelah dorongan dari sang guru, ia bangkit kembali—lebih kuat dari sebelumnya.

"Bagus, teknik pedangmu semakin tajam. Sudah mulai terlihat fondasi yang stabil," puji sang guru dengan anggukan bangga.

 

Di Sekte Pedang Suci...

Guru Bai telah sampai dan segera melapor pada Ketua Sekte, Tuan Zhong. Ia menyampaikan seluruh informasi mengenai peristiwa di Kota Kematian, termasuk kabar bahwa Lin Yan telah terlihat di sana.

Mendengar kabar itu, Ketua Zhong menunjukkan ekspresi lega. "Jadi... dia masih hidup," gumamnya pelan, matanya berbinar.

 

Sekte Seribu Teratai

Paman Long dan kelompoknya akhirnya tiba dengan selamat di sekte mereka. Sambutan hangat dari para murid dan tetua sekte langsung menyambut kedatangan mereka.

Di halaman belakang sekte, seorang anak kecil tengah berlatih mengangkat pedang berat yang hampir dua kali ukuran tubuhnya.

"Serang aku seperti latihan biasa," ucap sang guru.

Anak kecil itu—Lan Yin, berusia tujuh tahun—mengangguk pelan. Ia berusaha mengangkat pedang itu dan menyerang, meski terlihat bahwa setiap ayunan membuatnya menggertakkan gigi karena beratnya beban.

Beberapa saat kemudian ia terjatuh ke tanah, napasnya terengah.

"Baiklah, kita istirahat sebentar," ucap gurunya.

Saat itulah seorang murid datang membawa kabar. "Lan Zhi telah kembali dari perjalanan panjang."

Mata Lan Yin langsung berbinar. Ia berlari dengan penuh semangat ke arah kediaman kakaknya.

"Kakak!" teriaknya riang sambil memeluk Lan Zhi.

"Bagaimana? Kau sudah berlatih dengan giat selama aku pergi?" tanya Lan Zhi sambil mengusap kepala adiknya.

"Aku sudah bisa menggerakkan pedang itu... meski masih berat sekali," ucap Lan Yin malu-malu.

Pedang yang dimaksud bukan pedang biasa—itulah Pedang Gerhana Bulan, pasangan dari Pedang Gerhana Matahari yang kini dimiliki Lin Yan.

Pedang Gerhana Bulan dahulu tertancap di atas batu di puncak gunung sekte. Selama bertahun-tahun, tak satu pun pendekar yang mampu mencabutnya.

Namun, beberapa tahun lalu, ketika Lan Yin masih berusia lima tahun, ia secara tak sengaja mendekati pedang itu saat bermain. Dan tanpa peringatan, pedang tersebut mencabut dirinya sendiri dan terbang menghampiri Lan Yin, seolah memilihnya sebagai tuan.

Kabar itu sempat mengguncang pimpinan sekte. Ketua tua memutuskan untuk merahasiakannya, karena tahu bahwa kabar itu bisa mengundang bahaya, baik dari luar maupun dari dalam.

Sejak saat itu, hanya orang-orang kepercayaan yang tahu kebenaran tentang Lan Yin dan pedang itu. Dan kini, di usianya yang masih muda, Lan Yin telah memulai jalannya sebagai calon pendekar langka—yang akan membawa perubahan besar pada dunia ini.

1
Paksi Winata
thour bukan ny kebalik ny lan zhi itu kk ny sdgkn lan yin itu adik ny yg dcerita sebelum ny lan yin itu cowok dchapter pedang bulan atau di chapter apa gitu q jg lupa thour????🤔🤔🤔🤔/Doubt//Doubt//Doubt//Doubt//Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle/
Pixel 3
lah kan sdh tau klo terbuka 2 THN lg apakah dia tdk tau dimana lokasinya, ngapain pakai beli peta sobek jg
Paddle Pops
/Hey/
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Lin Yang cepat keluar
G Wu
Lin yan masih hidup , kata2 itu terus di ulang ulang !

Dan masih banyak kata yg di ulang.
G Wu
Sudah beberapa bab cerita nya hanya di seputar elang neraka ! ?

kayaknya sudah kehabisan ide uthor !
Nanik S
jaga kesehatan agar tetap Up
Nanik S
Lanjutkan Tor 🙏
Nanik S
Kalau masih di kawasan gunung masa Lin Yang tak mendengar keributan
Paddle Pops
/Sleep/
Paddle Pops
/Hey/
Kismin Akut
MC kejam tapi masih lemah,bukannya meningkatkan kekuatan malah berpetualang mengejar harta Karun,yang belum tentu di dapat🤔
Nanik S
Emang Neraka yang ganas
Nanik S
Lanjutkan Tor 💪💪💪
Kismin Akut
sudah ada di pendekar bumi ko tingkatan tenaga dalamnya sedikit🤔
Nanik S
Gaaaas Pooool
Nanik S
Apakah Lin Yang bisa keluar dari dalam jurang
Nanik S
Air Panas... siapa tau bisa menyembuhkan luka
Nanik S
Apa Lin Yang akan selamat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!