Kembalinya Sang Pendekar
"Kau sudah tidak bisa melarikan diri lagi, Pak Tua!"
Suara yang lantang dan penuh kebencian menggema di tengah badai. Petir menyambar, menerangi langit yang mendung seolah langit ikut menyaksikan peristiwa besar yang akan terjadi.
Di ujung sebuah tebing yang curam, tampak seorang pria tua dengan jubah putih telah dikepung oleh puluhan pendekar dari sekte sesat, dipimpin oleh tiga pendekar utama dengan aura kegelapan menyelimuti tubuh mereka.
Hujan deras mengguyur tanpa ampun, menciptakan irama pilu yang bersatu dengan pekatnya malam. Tak ada jalan mundur. Tak ada lagi tempat bersembunyi.
"Ya, memang aku ingin mengakhirinya di sini," jawab pria tua itu, tenang, penuh keteguhan.
"Cepat serahkan Buku Pembalik Surga itu!"
(Buku Pembalik Surga adalah salah satu dari Lima Harta Suci Dunia. Konon, satu saja dari benda ini dapat mengubah hukum dunia, bahkan merusak langit dan bumi.)
Sang pendekar mengangkat sebuah buku kuno berkilau cahaya keemasan. Aura yang terpancar dari buku itu membuat beberapa pendekar mundur setapak, nyali mereka diguncang oleh kekuatan yang tak dapat dijelaskan.
"Kalau kalian menginginkannya... ambil sendiri!"
Dalam satu lemparan tegas, buku itu melayang masuk ke dalam jurang gelap di belakangnya.
"Keparat! Sekarang kita kehilangan harta itu! Serang dia! Jangan biarkan dia hidup!"
Puluhan pendekar sekte hitam menerjang bagaikan gelombang air bah, membawa dendam dan keserakahan. Tapi Lin Yan—ya, nama pria tua itu—bukanlah sembarang pendekar. Dia adalah Pendekar Surgawi, pemegang gelar yang ditakuti dan dihormati di seluruh daratan.
Dengan jurus tangan kosong dan kekuatan napas dalam yang matang, Lin Yan memutar tubuhnya lincah seperti bayangan. Satu pukulan menghancurkan dada musuh. Satu tendangan menghantam dua sekaligus. Darah memercik, tubuh beterbangan.
"Mustahil... dia masih bisa bertarung?!"
"Racun Iblis Darah milikku seharusnya sudah menghentikan aliran nadinya...!"
Namun Lin Yan belum selesai.
Ia mencabut pedang panjang dari punggungnya. Pedang itu berkilau seperti kilat di bawah cahaya petir.
"Kalian pikir racun bisa menghentikan Pendekar Surgawi?"
Tebasan pertama dilepaskan. Lima musuh terpotong dalam sekejap.
"Jurus Pertama Kitab Pembalik Surga: Penebas Langit!"
DUARRRR!!
Suara ledakan menggemparkan tempat itu. Tanah terbelah, udara bergemuruh, dan puluhan pendekar terlempar sejauh puluhan langkah. Beberapa tubuh terpotong menjadi dua, sisanya tergeletak tanpa nyawa.
"A-Apa ini… kekuatan surgawi?"
"Dia… monster…"
Ketakutan menyelimuti para pendekar sesat. Tapi dari belakang, suara menggelegar menyemangati mereka.
"Kita tidak boleh mundur! Kita harus membunuhnya!"
Tiga pemimpin maju serentak, mengaktifkan teknik pamungkas:
Cakar Neraka: Mengoyak ruang dan menyerap napas kehidupan.
Kabut Jiwa Berdarah: Mengaburkan penglihatan dan menyerang pikiran.
Formasi Gelap Penghancur Surga: Sebuah teknik gabungan pemusnah.
Pertarungan menjadi semakin sengit. Lin Yan menahan semua serangan itu sambil terus membantai. Tubuhnya penuh luka, tapi auranya tak surut sedikit pun.
Tiga hari dan tiga malam.
Itulah waktu yang dibutuhkan untuk menghabisi semua lawan. Tubuh Lin Yan goyah, darah mengalir dari mulut dan luka di sekujur tubuhnya. Tapi dia tetap berdiri, tubuhnya bertumpu pada pedang yang tertancap di tanah.
"Akhirnya dia mati juga…" ucap pemimpin terakhir sekte itu dengan napas berat.
Dari seratus pendekar, hanya tersisa tiga puluh. Darah menggenangi tanah. Hujan tak mampu membersihkannya.
"Kita harus pergi, sebelum orang-orang dari Sekte Pedang Surgawi dan Aula Es tiba di sini!"
Saat mereka pergi, dua sosok tiba di medan pertempuran. Seorang pria gagah dan seorang wanita cantik bergaun putih es.
"Lin Yan..."
Pria itu, Zhao Han, memberi hormat di hadapan mayat sahabat lamanya. Sedangkan wanita itu, Lin Mei, menatap tubuh Lin Yan dan menangis dalam diam.
Lin Mei, sang wanita berhati es, menangis. Karena pria yang kini berdiri mati di hadapannya adalah pria yang pernah menyelamatkan hidupnya… dan hatinya.
Tak lama setelah mereka pergi, cahaya emas muncul dari dasar jurang. Cahaya itu bukan berasal dari langit atau api, melainkan cahaya spiritual yang menyatu dengan langit dan bumi. Cahaya itu berputar-putar di udara, lalu perlahan melesat turun ke tanah...
...dan masuk ke dalam kuburan Lin Yan yang terletak tak jauh dari tempat pertempuran.
Tanah bergetar pelan. Angin berhenti berembus. Lalu semuanya kembali tenang, seolah tak terjadi apa-apa.
Di tengah hutan, seorang anak laki-laki membuka matanya.
"Di mana ini…?"
Ia mencoba duduk. Tubuhnya lemas, ringan. Tangannya… kecil.
"Apa… aku kembali ke masa lalu…?"
Suara langkah terdengar.
"Oh, kamu sudah sadar?" ucap seorang pria tua sambil membawa buah-buahan.
Deg.
Itu... Guru Bai? Bukankah dia sudah mati bertahun-tahun yang lalu? Apa yang sedang terjadi? ucap Lin Yan dalam hati. Apakah aku benar-benar kembali ke masa lalu?
"Apa kamu bisa mendengar saya?"
"S-sudah…"
"Bagus. Makan ini dulu."
Anak itu—yang tak lain adalah Lin Yan—menatap buah di tangan, lalu melihat tangannya yang mungil. Matanya melebar.
"Ini… ini nyata? Aku benar-benar hidup kembali?"
"Kenapa? Tak suka buahnya?"
"Tidak… saya makan. Terima kasih, Kakek."
Guru Bai menatapnya sesaat, lalu tersenyum.
"Namamu siapa, nak?"
Lin Yan sempat ragu, namun akhirnya menjawab, "Lin… Lin Yan."
"Lin Yan ya? Nama yang bagus."
Setelah makan, Lin Yan berjalan menuju air terjun sesuai petunjuk. Langkah-langkah kecilnya perlahan mengingatkan dirinya pada masa lalu yang kini menjadi masa depan.
"Kau sudah sampai," ucap pria tua itu. "Kemarilah."
Lin Yan melangkah mendekat.
"Kau punya sesuatu yang tidak dimiliki kebanyakan orang. Aku bisa melihat potensi besar dalam dirimu. Jika kau mau, aku bisa mengajarkanmu ilmu bela diri."
Lin Yan menatap pria tua itu sejenak. Dalam hatinya, dia tahu bahwa suatu hari ia akan menjadi murid pria ini. Tapi untuk saat ini, ia hanya mengangguk pelan.
"Aku… ingin jadi kuat. Tapi apakah aku bisa belajar di usiaku yang masih sekecil ini?"
Guru Bai terkekeh, "Kekuatan bukan berasal dari umur, tapi dari niat dan tekad. Kalau hatimu kuat, tubuhmu akan mengikuti."
"Baiklah… kalau begitu, aku akan belajar."
"Bagus. Besok pagi temui aku di sini. Kita akan mulai dengan dasar-dasar pertama."
"Baik, Guru Bai."
Malam pun tiba.
Lin Yan duduk dalam keheningan di dalam gubuk tua. Matanya tajam, pikirannya berputar cepat.
"Empat tahun dari sekarang… Kitab Raja Obat akan muncul. Dulu banyak yang mati demi itu. Kali ini… aku akan mengambilnya sebelum mereka."
"Tak akan ada lagi kesalahan. Aku akan jadi lebih kuat. Melebihi siapa pun. Demi masa depan dunia persilatan. Demi mereka yang telah gugur."
Ia menarik napas dalam-dalam.
"Kembalinya aku… adalah akhir dari kegelapan. Dan awal dari legenda yang tak akan mati."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
y@y@
⭐👍🏿💥👍🏿⭐
2025-06-14
0
Irsa Wahana
banyak tersebut wkwk
2024-04-10
0
𝘿𝙚𝙬𝙖 𝘽𝙤𝙣𝙜𝙠𝙤𝙠
coba nyimak... ☺🙄
2024-03-09
0