NovelToon NovelToon
Whispers Of The Enchanted Realm

Whispers Of The Enchanted Realm

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: MllyyyStar

Luna Delfina berprofesi sebagai seorang penulis di hidupnya, ia memiliki cukup banyak pengikut setia yang selalu mendukung setiap karyanya.

Suatu hari muncul satu komentar misterius di karya tulisannya yang pada akhirnya membawa dirinya ke dalam Dunia Karya Ciptaannya tersebut.

Segala cara telah ia lakukan agar dapat terlepas dari ikatan dunia ini, namun tak ada satupun cara yang berhasil. Satu-satunya jalan terakhir baginya adalah dengan menjodohkan kedua Pemeran Utama sesegera mungkin agar ia dapat segera terlepas dari tanggung jawabnya sebagai seorang Pemeran yang tidak diketahui Perannya disini.

Apakah ia dapat berhasil menjodohkan mereka di tengah badai-badai konflik yang ditulis olehnya sendiri? Ataukah semua tindakannya ini malah membuatnya terjerumus lebih dalam? Dan.. Siapakah orang misterius itu?

Ayo baca drama seorang Penulis kecil ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MllyyyStar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 30 Dipersilahkan

Setelah menunggu dan terus menunggu, Gerbang tua itu akhirnya terbuka, menampakkan seorang pria berjenggot hampir sepenuhnya putih dengan jubah hijau zaitun yang ia kenakan, menggambarkan seorang tokoh yang hidup dekat dengan Alam.

Mereka yang sebelumnya duduk untuk menunggu, terus bangun.

“Maaf membuat kalian menunggu lama disini. Para anak-anak ini masih muda, masih tidak mengetahui dengan jelas bagaimana mereka harus bertindak sampai-sampai membuat kalian menunggu ditempat yang tidak layak.” Pria itu menyambut, meminta maaf atas beberapa sambutan yang tampaknya kurang layak untuk mereka sebelumnya.

Beberapa pria disampingnya, tampak masih muda dan gagah. Angkat bicara setelah pria tua itu menyelesaikan kalimatnya, meminta maaf atas perbuatan mereka sebelumnya yang hampir dapat mencederai.

“Tidak masalah. Kami mengerti kekhawatiran anda semua, memang sudah seharusnya Pengamanan seperti ini dilakukan untuk menghalangi beberapa hal yang tidak diinginkan terjadi.” Ucap Alsean.

“Apanya yang tidak masalah? Kita hampir saja terluka oleh anak-anak Panah yang mereka Tembakkan seperti sebuah umpan utama yang menarik bagi mereka.” Vandore menggerutu. Chelsea menyikutnya, meminta ia untuk diam karena merasa sungkan jika beberapa kalimat itu sampai terdengar oleh mereka.

“Kecilkan suaramu, kita datang untuk misi. Sebaiknya kau jangan mengatakan hal-hal aneh lainnya.” Bisik Chelsea.

“Tapi kurasa apa yang ia katakan ada benarnya, kan?” Josephine menyetujui di samping, Chelsea kini menghela nafas seraya menggeleng melihat mereka.

“Tujuan kedatangan kami adalah unt-”

Belum selesai Leontius menyelesaikan kalimatnya, pria tua itu memotong. “Mari kita bicarakan hal ini di Balai Desa. Disana kita semua akan dapat berbicara dengan lebih leluasa.”

Leontius mengangguk. Tak menunggu lama, mereka dipersilahkan untuk masuk melewati Gerbang Utama Desa itu.

Seraya berjalan masuk, pria tua itu menceritakan beberapa hal tentang Desanya.

“Inilah Desa kami, Desa kecil The Las Catania. Kami bangga atas semua yang ada disini, Kekayaan Alami yang Melimpah.” Kata pria tua itu.

The Las Catania, sebuah Desa yang terletak di Negeri Seralia. Sebuah Wilayah yang terkenal dengan keindahan Alamnya dan Kekayaan akan Tumbuhan Magis. Desa ini terletak di balik sebuah Bukit, di sebelah Selatan Wilayah Seralia.

Langit saat itu diliputi awan kelabu yang menggantung rendah, memancarkan Cahaya lembut ke seluruh area. Meskipun hujan tidak turun, udara terasa sejuk dan segar, memberikan kenyamanan bagi Penduduk untuk beraktivitas.

Jalanan terlihat berkelok-kelok membentang di antara rumah-rumah yang dibangun. Rumah-rumah Penduduk di Desa itu tampak terbuat dari kayu alami, dengan atap jerami yang tampak menyatu dengan Lingkungan. Di halaman depan, setiap rumah memiliki kebun kecil sendiri yang dipenuhi oleh berbagai Tanaman Magis yang tumbuh.

Beberapa Penduduk menyadari kedatangan mereka, ada yang mengangguk ramah, ada juga yang memandang Menyelidiki Tujuan atas kedatangan mereka.

Di beberapa tempat, ada penjual minuman dan makanan khas Desa yang Aromanya sudah tercium dari kejauhan.

Kruuk~

Suara muncul di tengah keheningan yang berasal dari seorang pria berkulit sawo matang dengan rambut berwarna hitam legam yang sedikit bergelombang, Edwin.

Semua meliriknya, tak terkecuali pria tua itu. Edwin menggaruk pipinya canggung dengan suasana barusan.

“Hehe, maaf. Aku tidak cukup banyak sarapan pagi ini.” Katanya.

“Memalukan sekali.” Gumam Josephine, mengalihkan pandangannya seolah tidak ingin dikenali bahwa ia berteman dengan pria itu.

Pria tua itu tertawa kecil. “Tidak apa-apa, rasa lapar adalah sesuatu yang umum terjadi pada manusia. Kami telah menyiapkan beberapa makanan Khas Desa kami, dan kalian bisa mencicipinya begitu kita tiba di Balai Desa. Atau.. Kalian ingin langsung berkunjung ke Pusat Desa? Disana ada banyak Pedagang yang menawarkan berbagai jenis makanan-makanan terkenal di Desa ini.”

“Pusat Desa?” Edwin bertanya dengan penasaran untuk menjelajahi Desa ini, Desa yang menarik baginya.

“Tidak perlu, kami bisa pergi ke Pusat Desa kapanpun ketika lebih senggang.” Kata Alsean, memotong.

“Tidak apa-apa, Hanzel bisa mengantar kalian ke Pusat Desa.” Ucapnya. Seorang pria muda yang bernama Hanzel mengangguk.

“Maaf jika merepotkan.” Edwin menggaruk kepalanya, terkekeh.

“Dasar menyusahkan.” Kata Sierra.

“Kami tidak pergi. Maaf merepotkan untuk mengantar teman saya.” Ujar Leontius.

“Tidak masalah, saya akan senang hati untuk menunjukkan Desa kami.” Katanya.

“Saya ikut!” Chelsea mengangkat tangan bersemangat, bergabung untuk pergi ke Pusat Desa yang juga diiringi oleh Vandore, meski sedikit rikuh.

Sesampai disana, mereka terpisah. Edwin dan Chelsea mengikuti salah satu pria itu untuk ke Pusat Desa mencari berbagai jenis makanan, sementara yang lainnya masih tetap menuju ke Balai Desa bersama dengan Tuan Vulwin Holakas, atau yang biasanya dipanggil sebagai Tuan Vinn. Kepala di Desa tersebut.

Setelah berjalan tak jauh, mereka akhirnya tiba di Balai Desa, satu-satunya Bangunan yang berbeda dengan rumah-rumah lainnya. Dindingnya terbuat dari Bata merah yang sudah tampak tua, dengan cat berwarna putih yang mulai mengelupas di beberapa bagiannya. Atapnya berbentuk limas, ditutup dengan genteng keramik berwarna merah tua yang sudah tampak pudar.

Meja besar terletak di tengah Ruangan, dikelilingi oleh kursi-kursi kayu yang sederhana. Pria tua itu mempersilahkan mereka semua untuk duduk disana, berbincang.

Ia tampak berbisik kepada seorang wanita sebelum akhirnya makanan-makanan sederhana mulai disajikan.

“Pertama-tama, mari perkenalkan diri dahulu. Aku yakin kalian pasti sudah mengenalku,

Aku Vulwin Holakas, Para Penduduk Desa biasanya memanggilku Vinn, Tuan Vinn.” Katanya mengulang.

Leontius dan yang lainnya mendengarkan dengan seksama. “Setengah bulan yang lalu saya mengirim sebuah Surat ke Akademi Aden, dan tidak disangka hari ini adalah hari balasan Surat itu datang. Saya sudah mengetahuinya, sebab itu kami telah menyiapkan beberapa Hidangan kecil. Namun karena beberapa anak ini yang kurang mengetahui beberapa hal, mereka telah menghambat jalan masuk kalian, mohon dimaklumi.” Lanjut Vulwin Holakas.

“Tidak masalah Tuan Vinn, kami tahu jika Penduduk kalian sedang dalam bahaya, sebab itu tidak ada salahnya mereka untuk meningkatkan Pertahanan Desa dengan cara seperti ini. Yang terpenting saat ini, kita semua tidak terluka.” Kata Sierra, angkat bicara.

Elena memandang mereka dalam diamnya dengan rasa ingin tahu yang lebih. “Bahaya?”

“Apa kau tahu apa yang sedang mereka bicarakan, Elena?” Bisik Josephine, merasa penasaran dengan topik saat ini. Tidak mungkin ia tertinggal Informasi mengenai Misi yang mereka jalani sekarang, kan?

“Kita lanjutkan pembicaraan setelah ini, mari cicipi makanan-makanan Khas Utama Desa kami.”

Vulwin Holakas mulai menjelaskan nama-nama Hidangan tersebut sembari mereka mulai mencicipinya dengan Antusiasme. Namun berbeda dengan Luna, tampak sedikit ragu dan memilih-milih beberapa Hidangan yang ingin dan tidak ingin ia nikmati.

“Bee Porridge, salah satu Makanan Khas Desa kami. Terkenal akan rasa manisnya dan Khasiatnya yang Magis.” Tutur Vulwin Holakas.

“Le-Lebah?” Josephine terkejut, ia baru saja menelan bubur tersebut yang bercampur dengan Lebah. Tak terkecuali dengan Elena, Leontius dan Alsean yang sama terkejutnya, sementara Luna sudah mengantisipasi hal ini, makanan aneh yang telah ia tulis sendiri.

“Ya, ada banyak Makanan menarik di Desa kami. Jika anda tidak menyukai Bee Porridge, makanan lainnya tersedia. Seperti Dark Leaf Soup, Pasta Bayangan Bintang, Cheesecake Cahaya Bulan malam, Cake Akar Cloudroot, dan juga ada Mandragora Moon. Untuk Minuman, ada Teh Datura, Jus Galanthus Nivalis, Elixir Alstroemeria, dan juga Luminous Lager.” Sebutnya.

“Sebenarnya masih ada banyak lainnya, namun akan sangat panjang jika saya menyebutkannya satu-persatu. Untuk sementara, kalian bisa mencoba menikmati beberapa Hidangan Utama hari ini.” Lanjut Vulwin Holakas.

Mereka mulai lebih sedikit hati-hati memilih makanan, tidak ingin memakan makanan aneh lainnya kembali.

..._...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!