Clara yang tak tau apa-apa.. malah terjebak pada malam panas dengan seorang pria yang tak dikenalnya akibat dari jebakan seseorang. Dan dihadapkan pada kenyataan jika dirinya tengah hamil akibat malam panas pada malam itu.
Akankah clara mempertahankan kehamilannya itu, atau malah sebaliknya? Dan siapakah pria yang telah menghamilinya? Dan siapa yang telah menciptakan konspirasi tersebut?
Yuk simak kisah clara disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Keesokan harinya, Arsen yang kondisinya sudah mulai membaik di perbolehkan pulang oleh dokter kedua yang menangani Arsen di satu rumah sakit.
"Aneh," ucap dokter itu sembari terus memperhatikan kepergian ketiga orang yang salah satunya adalah pasiennya, yaitu Arsen.
"Kenapa, Dok?" tanya perawat yang juga ikut membantu menangani Arsen yang sedari awal masuk.
"Itu... Anak itu, saya kemarin menangani kasus yang sama dengan anak itu, tapi di ruangan berbeda," tutur dokter tersebut. "Saya mengira anak itu adalah anak yang sama dengan anak yang di ruangan 117 karena wajah mereka menurut saya sangatlah mirip. Tapi ternyata bukan, keduanya beda orang," lanjutnya.
"Saya juga, Dok," ucap perawat.
"Kau merasakan hal yang sama? Jika wajah mereka mirip?" sela dokter.
"Bukan.., tapi saya merasa aneh dengan penyakit yang diderita anak itu. Padahal kemarin sebelum saya tinggal keluar.. Anak itu baik-baik saja, hanya mengalami bersin-bersin ringan. Bahkan dokter sebelumnya yang menangani anak itu menyarankan untuk pulang, karena memang tak ada penyakit yang serius. Dan biasanya anak-anak akan senang bukan Dok jika disuruh pulang dan tak perlu dirawat di rumah sakit..?? Tapi anehnya anak itu justru meminta untuk dirawat inap saja," ucap perawat tersebut.
"Mungkin anak itu sudah merasakannya jika penyakitnya akan berlanjut ke yang lebih serius seperti kemarin,"
"Ya.. Anda benar, Dok. Mungkin saja memang seperti itu," ucap perawat itu mencoba menerima praduga dan alasan yang dikatakan dokter tersebut.
"Tapi untuk apa ya, anak itu menyuruhku melakukan hal itu? Dan tak memperbolehkan ku untuk memberitahu siapapun, termasuk keluarganya. Aneh," batin perawat itu sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kenapa, Sus?" tanya dokter tersebut saat melihat perawat itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Hm? Ah, tak apa kok, Dok. Mari silahkan, Dok."
Keduanya pun pergi beriringan meninggalkan tempat itu, menyisakan begitu banyak pertanyaan di hati keduanya.
***
"Arsen yakin bisa berjalan sendiri?" tanya Clara memastikan saat telah sampai di Villanya.
"Yakin, Mom. Arsen kan anak kuat, jadi tak masalah," jawab Arsen dengan yakin. "Mom pergilah," lanjutnya.
"Arsen ngusir, Mom?"
"Bukannya ngusir... Tapi...."
"Iya, iya... Mom ngerti kok," ucap Clara. "Kalau begitu Mom pergi kerja dulu ya... Baik-baik dengan bibi Ester. Ingat! Jangan melakukan hal bodoh lagi yang bisa membahayakan kesehatanmu. Dan jangan melakukan apapun yang sekiranya membuat Mom sedih, mengerti!" peringat Clara.
"Ay, ay, Captain!!" seru Arsen seraya memberi hormat pada Clara.
"Kau ini! Sudah sana, cepat masuk lalu istirahat. Mom juga akan langsung berangkat kerja," ujar Clara.
"Oke, Mom," ucap Arsen seraya memeluk dan mencium pipi Clara, dan setelahnya langsung pergi.
"Bibi, saya titip Arsen. Pantau terus keadaannya. Juga.. Jangan sampai terkecoh lagi," titah Clara pada bibi Ester.
"Baik, Nyonya."
Di dalam Villa...
Arsen segera menuju kamar yang ia rindukan selama seminggu lebih ini. Dibukanya pintu kamarnya, dan....
"WOW!!! AMAZING!!" serunya seraya menatap ke arah setiap sudut kamarnya yang rapi dan dan bersih. Berbeda dengan waktu terakhir kali dilihatnya dan ditinggalkannya.
Arsen buru-buru naik ke atas tempat tidurnya setelah sebelumnya mengunci pintu.
"Haaah... Memang, tak ada tempat tidur yang senyaman tempat tidur sendiri," ucapnya seraya berguling sana berguling sini, sehingga kasur yang tadinya rapi, kini sudah tak berbentuk lagi. "Oh iya!" serunya saat teringat sesuatu, dan segera bangkit menghentikan apa yang dilakukannya baru saja.
Lalu segera mengotak-atik gedget nya. "Airlen Handsome?" gumamnya sembari mengerutkan keningnya, dan segera mengganti nama yang tertera di gedget nya.. Dari 'Airlen Handsome' menjadi 'Airlen bodoh+jelek'. "Nah... Ini baru benar..." lanjutnya, dan langsung menekan Ikon memanggil.
"Hai Airlen Sayang... Apa kau merindukanku?" ucapnya setelah panggilan video nya telah diterima oleh orang diseberang sana.
("Tidak. Dan tidak akan pernah,") jawab Airlen singkat dan terlihat memberengutkan wajahnya.
"Benarkah?? Sayang sekali... Padahal aku sangat merindukanmu..." ucap Arsen dengan memasang mimik wajah sedih.
("Benarkah?!")
"Tapi bohong. Hahahaha...." ucap Arsen yang diikuti ledakan tawanya.
Membuat Airlen terlihat semakin memberengut di layar gedget Arsen.
("Kau selalu saja seperti itu! Aku jadi menyesal telah mengkhawatirkan mu sejak kemarin. Jika tak ada yang penting akan aku tu__")
"Terimakasih," sela Arsen sebelum Airlen menyelesaikan kalimatnya.
Tapi respon Airlen justru mengerutkan keningnya dengan tatapan menyelidik.
"Oh ayolah... Aku serius mengatakan itu! Kenapa kau justru menatapku curiga," seru Arsen.
("Karena kau selalu saja menipu,")
"Tidak, untuk kali ini aku serius. Terimakasih," ucap Arsen dengan mengulang ucapannya tadi.
("Untuk apa kau berterimakasih padaku?")
"Karena kau telah menjaga mommy selama aku tidak ada. Juga... Terimakasih karena kau telah mengkhawatirkan ku," ucap Arsen dengan disertai senyuman tulus yang menampilkan lesung pipi sebelah kirinya.
("Kapan aku yang mengkhawatirkan mu?") ucap Airlen.
"Baru saja, kau yang mengatakannya,"
("Kapan?")
"Airlen, kau baru saja...." Arsen menghentikan ucapannya saat menyadari sesuatu. "Kau! Kau membodohi ku?!"
("Tau tak apa. Hahahaha... Rasakan. Wleeek... Hahahaha... Airlen... Kau sedang apa? Tertawa mu sampai terdengar keluar. Granny??!")
"Granny??!" ucap Arsen juga yang hampir bersamaan dengan kalimat terakhir Airlen karena juga mendengar suara dari seberang sana, membuat keduanya saling pandang.
("Kau sih..!")
"Kenapa jadi aku?! Kau lah, siapa suruh tertawa tidak lihat situasi! Pasti pintunya tidak kau tutup rapat kan? Kalau iya.. Tidak mungkin granny akan mendengar suara tawa mu yang seperti kaleng rombeng itu!"
("Ck, kau ini,")
Setelah mengucapkan itu layar milik Airlen hanya terlihat langit-langit kamar saja, pertanda jika Airlen menaruh gedget nya sembarang.
"Lagian kenapa granny seperti paranormal saja! Dulu saat aku masih di sana, dia juga memergokiku saat bertukar suara dengan Airlen, sekarang pun sama. Atau jangan-jangan granny memang memata-matai kami?? Hm... Terserahlah." sedang asyik bergumam, tiba-tiba muncul wajah Granny Aerin dilayar gedget nya. Membuat Arsen yang terkejut dan tak tahu akan berbuat apa, hanya diam dan menerima nasib saja.
("Ya ampun Airlen! Apa ini?!")
***
Airlen yang kaget akan seruan dari Granny Aerin sesegera mungkin mengambil gedget nya darinya, takut jika rahasia beberapa hari ini terbongkar sebelum tiba waktunya.
"Apa yang kau lakukan, Airlen? Kau menyembunyikan itu semua dari Granny??!" ucap Granny Aerin.
"Tidak, bukan seperti itu Granny. Airlen tidak bermaksud untuk menyembunyikan ini semua. Hanya saja...."
"Hanya saja apa?! Cepat serahkan gedget mu pada Granny. Granny akan menunjukkannya pada daddy mu juga yang lainnya."
"Tidak Granny, jangan! Airlen mohon... Airlen mohon jangan memberitahukan hal ini dulu pada yang lainnya..., terutama daddy," ucap Airlen menatap Granny Aerin dengan tatapan memohon.
"Apa yang tidak boleh Daddy ketahui?" tiba-tiba terdengar suara yang saat ini ingin Airlen hindari.
"Mati aku..." batin Airlen.