“Ara!!!!” pekikan bagai toa masjid begitu menggema di setiap sudut rumah ku yang tak begitu besar,
Ku hembuskan nafas kasar, mendengar suara yang begitu mengusik telinga di pagi yang begitu cerah ini.
“Bangun!!! Anak gadis jam segini belum bangun! Pantes aja jodohmu ga nongol-nongol” gerutu wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu, yang tak lain adalah mama ku tercinta.
“Ara capek ma!!” gumamku enggan beranjak dari ranjang kecilku yang begitu nyaman.
“ih, bangun ga? Atau mama siram pakai air!”
Begitulah ancaman yang aku dengarkan setiap aku bangun siang, padahal aku juga tak bangun siang tiap hari, hanya saat hari libur saja, apalagi saat aku kena palang merah seperti saat ini, jadi aku ingin menikmati masa istirahatku setelah di forsir kerja hingga malam hari.
***
“Bukannya aku terlalu pemilih, tapi bagaimana aku mau memilih, kalau laki-laki saja tak ada yang mendekatiku, tak ada yang mengharap menjadi pendamping hidupku”—Humaira Mentari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WS Ryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 33
🌺Happy Reading🌺
“Siapa bilang mas tua, mas itu dewasa, dan lagi ganteng kok, ga ada kesan tuanya” ceplos Ara membuat Hafa semakin melebarkan tawanya.
“ah… jadi mas ganteng?” goda Hafa membuat Ara semakin merasa malu, karena baru tersadar karena memuji sang kekasih secara terang-terangan.
“padahal awalnya mas merasa minder lho, takut saat bersanding di kira bapak dan anak”
“Ih… ya gak lah mas…. Mas kan emang cakep”
Bahagia Hafa pun semakin membuncah saat Ara kembali memuji dirinya, dan lagi Ara menceritakan bagaimana tadi ada sepupu perempuannya yang merasa iri dengan Ara yang mendapatkan calon cuami yang ganteng, para sepupu Ara pun terang-terangan memuji Hafa di depannya.
Ara yang merasa kesal karena mengingat kejadian tadi pun merasa semakin kesl karen Hafa malah tertawa lebar, “Ih mas kok malah ketawa sih, seneng ya dapat pujian dari sepupu-sepupu Ara?”
“Ya gak lah dek, mas seneng kalau kamu yang muji lah”
“Lah itu,… Ara crita, mas Hafa kaya seneng banget gitu”
Hafa pun semakin terkekeh, “Mas seneng karena kamu dek, karena kamu cemburu”
Deg!
Ara pun terdiam beberapa saat menyadari arti dari sikapnya, ‘emangnya ini rasa cemburu? Masa sih aku cemburu?’
“Dek….sayang….” panggil Hafa dari seberang sana karena gadis pujaan hatinya tak bersuara, tak tau saja kalau Ara saat ini sedang menutup wajahnya dengan bantal kerena rasa malunya, padahal tak ada siapapun di sana, bahkan panggilan telpon dengan Hafa pun bukan panggilan video, tapi tetap saja rasanya sangat memaluka.
“Sayang….” Panggil Hafa lagi namun dengan nada khawatirnya…
“Iya mas,…..”
“Kok diem aja sih….”
“Ara malu mas…”
Sontak saja ucapan Ara membuat Hafa semakin terkekeh, “kenapa malu sih dek, mas seneng kamu cemburu, artinya kamu bener-bener mencintai mas”
Keduanya pun larut dalam obrolan dan Hafa pun sesekali melontarkan gombalannya untuk menggoda gadis pujaannya yang telah resmi menjadi calon istrinya.
“Oh ya mas, tadi bulik Marni minta besok ajak mas Hafa ke acara keluarga besok pagi. Mas Hafa bisa tidak?”
“Jam berapa acaranya dek?”
“Jam 9.30 mas, mas mau ke bengkel?”
“hmmm…. mas usahakan ya sayang, ada yang perlu di bawa ga?”
“ga mas, datang ga usah bawa apa-apa, ini acara rutin kok, 2 bulan sekali dan di gilir tempatnya”
“Oh…. Oke dek, besok mas ke jemput kamu ke rumah ya”
“Mas beneran bisa ikut?”
“iya dek, besok pagi mas ke sana ya”
“Terimakasih mas…”
***
Keesokan harinya, sekitar pukul 8.30 Hafa telah sampai di kediaaman Ara. Tampak Papa Ilham masih mengelap mobilnya yang habis di cuci di depan rumah.
“Assalamu’alaikum pa” sapa Hafa saat mendekati calon mertuanya yang masih fokus dengan mobilnya, sepertinya belum menyadari kedatangannya, dan soal panggilan, ya semalam kedua orang tua Ara meminta mengubah panggilannya, agar terbiasa nantinya.
“Wa’alaikumsalam….Loh Fa, kok sudah sampai?”
“Iya pa”
“Jam berapa ini? papa keasyikan nyuci jadi ga lihat waktu”
Hafa pun menyebutkan waktu sembari melihat jam tangan yang melingkar di lengan kirinya, kemudian mereka berbasa-basi sebentar sembari masuk ke dalam rumah.
Saat keduanya masuk ke dalam rumah, Ara masih sibuk di dapur, meskipun sudah rapi dengan pakaian yang akan di kenakannya untuk menghadiri acara keluarga.
“Kak, Hafa sudah datang nih, siapkan minumnya” panggil papa dari ambang pintu dapur, setelah meminta Hafa untuk duduk di ruang tamu.
“Iya pa” Ara pun segera menyiapkan teh hangat untuk calon suaminya, sementara sang papa bersiap membersihkan dirinya.
“Silakan mas,” ucap Ara setelah meletakan secangkir teh di hadapan Hafa yang tengah menatapnya dengan senyum mengembang dari bibirnya.
“Makasih dek….”
“Mas sudah sarapan belum?” tanya Ara setelah Hafa meletakan cangkir setelah meneguk teh nya.
“udah tadi,”
“Yach…. Ara mau ajak mas sarapan kalau belum sarapan, Ara belum sarapan”
“Sarapan apa? Kamu yang masak?” bukannya menjab malah balik bertanya, bahkan Hafa langsung bertanya tanpa basa-basi, seperti merasa sayang dengan ajakan calon istrinya, kesempatan yang bagus, siapa tau beruntung bisa mencicipi masakan calon istrinya, hehe
“Nasi mas, sama sayur , iya Ara yang masak”
“Ayuh kalau gitu, mas ga keberatan, mas pengen nyicipin masakan kamu” Ah, senangnya Hafa, tuh, kan bener-bener rezeqi ini mah, hehe….dia menjawab dengan antusias, kemudian berdiri terlebih dulu, membuat Ara tersenyum senang,
“Mas tadi juga cuma sarapan dikit, masih muat banyak buat makan masakan kamu dek, kata Rindi masakan kamu enek” celetuk Hafa dengan binar bahagianya, benar-benar sikapnya mengalir biasa, seperti sudah terbiasa, dan merasa nyaman berada di samping Ara,
“Rindi terlalu memuji mas”
Ara pun mempersilakan calon suaminya duduk di ruang makan, dan ia melayaninya dengan mengambilkan makanan untuknya.
“Papa mama dan Farhan sudah sarapan dek?”
“Sudah mas… Ara aja yang belum, harusnya kita tadi sarapan sama-sama, cuma tadi Ara minta papa duluan.”
“Kamu sengaja nunggu mas?” tanya Hafa membuat pipi Ara bersemu merah,
Ara pun segera melatakkan piring yang telah terisi nasi beserta lauknya di hadapan pria tampan yang kini menatapnya dengan senyumannya.
“Silakan mas…”
“Terimakasih sayang…”
‘Ah gini senengnya kalau punya istri, kenapa ga ketemu dari dulu sih dek, kan pasti kita udah nikah dari dulu’ pekik Hafa dalam hati, pandangannya tak beralih dari Ara yang tengah mengambil makanan untuk dirinya sendiri hingga duduk di sampingnya.
“Ayuh makan mas, jangan lihatin Ara terus” ucap Ara berusaha tenang, agar tak salah tingkah, sejujurnya dia begitu gugup, ini pertama kalinya ia melayani calon suaminya, apalagi makanan yang ia sajikan adalah hasil masakannya sendiri, takut rasanya tidak sesuai selera, atau malah tak enak, di tambah sedari tadi Hafa terus menatapnya, membuatnya semakin malu karena terus di perhatikan.
“Mas seneng dek, kalau gini kaya kita udah jadi suami istri beneran” ungkap Hafa menyerukan isi hatinya,
“Ah, mas pengen cepet-cepet bawa kamu pulang ke rumah dek” goda Hafa sembari menggenggam telapak tangan Ara,
Ara terkekeh pelan “sabar mas, ga sampai dua bulan juga…. Makan mas, keburu papa mama selesai bersiap”
“Mas Hafa akan kenyang dengan lihat menatap kakak” celetuk Farhan tiba-tiba, membuat keduanya menoleh ke ambang pintu,
Hafa pun melepas genggaman tangannya, kemudian menggaruk tengkuknya yang tak gatal, merasa malu kepergok calon adik iparnya tengah menggoda sang pujaan hati.
Farhan pun terkeheh melihat salah tingkah keduanya, ia sudah berdiri di sana sejak tadi dan melihat dengan jelas Hafa yang tengah menatap penuh cinta sang kakak, apalagi mendengar godaan yang di lontarkan membuatnya merasa bahagia, akhirnya sang kakak telah bertemu dengan pria yang akan membuatnya bahagia.
“Kamu mau makan lagi dek?”
Tbc
Terimakasih atas semua dukungannya 🤩🤩🤩
Love you All 😍😍😍