Viola merasa di tipu dan dikhianati oleh pria yang sangat dicintainya. Menyuruh Viola kuliah hingga keluar negeri hanyalah alibi saja untuk menjauhkan Viola dari pria itu karena tidak suka terus di ikuti oleh Viola.
Hingga 8 tahun kemudian Viola kembali untuk menagih janji, tapi ternyata Pria itu sudah menikah dengan wanita lain.
"Aku bersumpah atas namamu, Erland Sebastian. Kalian berdua tidak akan pernah bahagia dalam pernikahan kalian tanpa hadirnya seorang anak"
~ Viola ~
Benar saja setelah 3 tahun menikah, Erland belum juga di berikan momongan.
"Mau apa lo kesini??" ~ Viola ~
"Aku mau minta anak dari kamu" ~ Erland ~
Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Viola yang sudah amat membenci Erland??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Siapa yang Vino cintai??
Dua orang sahabat yang sedang asik berbincang sambil menikmati makan siang mereka di sebuah restoran. Mereka adalah Viola dan Endah. Meski Viola sudah menginap di rumah Endah sehari setelah kepulangannya waktu itu, tapi rasanya belum puas bagi mereka berdua.
"Emmm, rasanya emang nggak pernah berubah dari dulu" Endah terlihat sangat menikmati menu makan siangnya.
"Lo sering makan di sini ndah??"
"Iya, disini kan tempatnya lumayan bagus, terlihat mewah tapi harganya nggak terlalu mahal. Dan yang pasti rasanya enak. Itu sih yang buat gue ketagihan makan di sini" Jelas Endah.
Viola juga tampak membenarkan apa yang Endah katakan.
"Abis ini lo mau ke mana??" Tanya Endah.
"Nggak tau, gue bosen di rumah terus" Keluh Viola.
Sejenak Viola teringat tadi malam saat Erland tidur di sampingnya. Alhasil semalaman Viola tak bisa tidur nyenyak. Bukan karena takut Erland akan menjamah dirinya saat terlelap, tapi karena jantungnya yang sepertinya tidak berfungsi dengan benar.
"Bosen di rumah, atau males karena ada Mbak Sarah di rumah kalian" Goda Endah.
"Apaan sih Ndah. Nggak ada hubungannya sama sekali" Elak Viola. Tidak mungkin dia mengatakan yang sesungguhnya pada Endah tentang perasannya.
"Jujur aja nggak papa kali Vi. Sebenarnya kita juga nggak setuju kalau Bang Erland nikah sama Mbak Sarah waktu itu. Tapi kita nggak berani menentang keinginan Bang Erland" Endah menghentikan tangannya yang menyuap makanan.
"Hah, emangnya kenapa??" Viola baru tau hal itu. Pasalnya hubungan mereka sepertinya baik-baik saja.
"Mbak Sarah itu dulunya dari keluarga kaya raya. Namun tiba-tiba bangkrut, jadi harus banting tulang untuk menebus rumahnya. Akhirnya dia kerja di kantor Abang dan bertemulah mereka. Semakin kesini semakin terlihat jelas kalau dia itu memanfaatkan kebaikan untuk membantunya menopang kehidupan Mbak Sarah dan Ibunya. Sampai saat ini pun, biaya rumah dan keseharian Ibunya Mbak Sarah, Bang Erland yang tanggung. Kalau yang lainnya, lo bisa lihat sendiri deh. Kalian serumah harusnya lo sadar kalau terbiasa"
Viola sampai terdiam mendengarkan cerita Endah. Tak menyangka jika ada yang dengan mudahnya menikmati hasil kerja keras dari orang lain. Dan sayangnya orang itu bodoh atau terlaku baik sehingga dengan mudah mengeluarkan uangnya untuk membiayai hidup mertuanya.
"Ya udah, nggak usah ngomongin dia. Lanjut makan aja, bosen tau. Di rumah ketemu dia di luar topiknya dia. Pasti sekarang kupingnya panas"
Endah terkekeh mendengar keluhan sahabatnya itu. Jika dirinya yang ada di posisi Viola mungkin juga tidak akan betah di rumah.
"Maaf ya Abang telat, macet soalnya" Ucap seseorang yang membuat Endah tak berani menatapnya.
"Kebiasaan ngaret, ya udah cepetan pesan" Viola menyodorkan buku menunya.
"Pesan yang kaya kamu aja, Abang ke toilet bentar" Ucap pria itu lalu beranjak dari kursi yang belum lima menit ia duduki.
"Tarik nafas Ndak, bisa pingsan lo kalau kaya gitu" Cibir Viola.
"Apaan sih lo Vi. Emm tapi kenapa lo nggak bilang kalau bang Vino mau kesini??" Endah masih terus melihat ke arah Vino pergi.
"Ya enggak lah. Gue sengaja biar lo nggak kabur"
Endah semakin gugup karena sepertinya Viola bisa menebak jalan pikirannya.
"Ya enggak lah Vi, ngapain juga harus kabur kan??" Elak Endah dengan tawanya yang sumbang.
"Yakin lo?? Gue tau loh, kalau lo dari dulu ada rasa sama Abang gue. Yaa bisa di bilang gue sama lo terus terpaku pada seseorang dengan waktu yang lama"
Deg..
Endah tak mampu menjawabnya lagi. Seperti kucing yang ketahuan mencuri ikan. Endah hanya diam dan ketakutan sendiri.
"Abang mu kenapa nggak ikut kesini Ndah??" Yang kembali dari toilet langsung duduk di hadapan Endah.
"Emm itu Bang"
"Nggak aku kasih tau Bang" Viola membantu Endah yang bingung menjawab pertanyaan dari Vino.
"Kenapa emangnya??"
Obrolan mereka terus berlanjut hingga Vino melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat Endah tak berkutik.
"Kamu kenapa belum menikah Ndah??" Dengan tenang Vino menanyakan itu pada Endah.
"Uhukk.. Uhukk.." Viola langsung memberikan gelas berisi air putih di depannya untuk Endah yang terus terbentuk.
"Abang juga belum nikah kok nanya-nanya" Sindir Viola.
"Abang masih nungguin seseorang Vi"
Endah langsung tertarik dengan apa yang Vino katakan. Meski hatinya sakit, tapi ia tetap penasaran siapakah yang berhasil menarik perhatian Vino.
"Siapa orangnya Bang??"
"Ada pokoknya" Ucap Vino sok misterius.
"Emangnya kenapa harus di tungguin?? Dia pergi jauh atau dia masih jadi milik orang lain??" Tanya Viola lagi.
Vino menatap Viola dan Endah secara bergantian. Melihat keingintahuan dua wanita di depannya itu.
"Enggak, dia deket banget sama Abang, tapi rasanya jauh. Abang juga nggak tau dia sudah di milik orang lain atau belum, yang jelas Abang tidak punya keberanian mengungkapkannya"
Tentu saja Endah merasakan perih pada hatinya. Pria yang teramat dia sukai dari dulu ternyata sudah memiliki tambatan hati. Apalagi Vino mengatakan perasannya tepat di hadapan Endah. Bagai di hujam belati, rasanya sesak dan perih. Endah bahkan mati-matian menahan air matanya.
"Kalau kamu Ndah?" Tanya Vino.
Endah mengerjakan matanya, mencoba menghilangkan air mata dari pelupuk matanya.
"Aku..." Endah merasa lidahnya, kelu. Tak bisa mengeluarkan kata-katanya.
"Kalau Endah, dia mencintai seseorang dari jaman dulu Bang. Dari jaman kita SMA samapi sekarang. Hampir barengan sama Vio. Bedanya Vio berani mengungkapkan perasaan Vio sedangkan Endah enggak. Tapi Viola harap cinta Endah sama laki-laki itu nggak berakhir naas kaya cinta Vio. Soalnya Endah rela belum menikah sampai sekarang hanya karen menunggu laki-laki yang nggak peka itu" Jelas Viola dengan cepat.
"Vio!!" Tegur Endah.
"Benar begitu Ndah?? Beruntung sekali laki-laki yang di cintai kamu selama itu" Vino tersenyum tipis pada Endah.
"Jangan dengerin Vio Bang, dia sukanya ngarang" Endah masih mengelak, meski sempat senam jantung gara-gara Viola.
Suasana menjadi sangat canggung setelah itu, hingga Viola mempunyai cara licik untuk meninggalkan Endah berduaan dengan Vino.
"Abang, aku harus pergi ke suatu tempat. Abang kan belum selesai makannya, biar Endah yang temani ya?? Nanti anterin Endah ke toko kuenya sekalian, oke??"
"Vi, gue ikut lo aja ya??" Tolak Endah tak mau berduaan dengan Endah.
"Disini aja dulu Ndah, nanti Abang antar. Tenang aja" Ucap Vino sambil menikmati makan siangnya.
Sementara Endah hanya bisa menatap Viola yang sudah melesat entah kemana. Endah tau ini hanya akal-akalan Viola saja untuk membuatnya berduaan dengan Vino. Pasalnya Endah tau kalau hari ini Viola tidak ada janji dengan siapapun.
"Tenang aja katanya?? Mana bisa!! duduk berdua begini saja sudah membuat jantungku terombang-ambing"
bisa....bisa ...
emansipasi wanita anggap aja😁😁
mana bisa keguguran hamil juga ngga....
susah siihh kalo emang udah diniatin dari awal ngga bener yaa ngga bener kedepannya juga. sakit dibikin sendiri bertahan hanya demi harta🤨🤨