Clarissa, yang terikat oleh sistem terpaksa harus menjalani dua kehidupan lagi agar dia bisa mati dengan tenang.
Setelah dalam kehidupan sebelumnya, suskses sebagai wanita karir yang dicintai oleh keluarga dan semua orang, kini dia terlempar ke jama di era 80 an yang terlahir sebagai bayi dari keluarga buruh tani miskin yang tinggal di desa Sukorejo.
Misi kali ini adalah mengentaskan keluarganya dari kemiskinan dan menjadi wanita suskse seperti sebelumnya.
Mampukah Clarissa yang kini bernama Lestari,seorang bayi dengan otak dan pemikiran wanita dewasa,yang sudah pernah jatuh bangun dalam menjalankan usahanya mampu menyelesaikan misinya?
Kehidupan di era 80 an tidaklah mudah, keterbatasan alat dan juga masih tingginya praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) membuat hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Lestari yang dalam kehidupan sebelumnya banyak ditunjang oleh kemajuan teknolgi dan percepatan informasi.
Penasaran...
ikuti terus kisa Lestari dalam cerita ini!
HAPPY READING...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TERHINDAR DARI BAHAYA
“OH TIDAK!!! AYAH DALAM BAHAYA!”, teriak Tari lantang.
Narto langsung menjatuhkan mainannya dengan kedua mata melotot dan mulut terbuka lebar sementara Srikandi, karena terkejut, baskom ditangannya jatuh dan semua adonan didalamnya tumpah ketanah, karena panik, dia segera berlari masuk kedalam kamar dimana bayinya berada.
“Ada apa? Bapak kenapa?”, Srikandi yang panik tanpa sadar bertanya sambil menatap bayinya dengan penuh kekhawatiran sambil mencincing daster yang dpakainya.
Tari mengernyit heran. “Apa ibu bisa mendengal suala hatiku?”,ucapnya curiga.
Srikandi yang baru sadar jika dia kelepasan bicara pun berdehem dua kali, menormalkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak dengan cepat.
“Ehem...Narto, coba kamu pergi lihat bapakmu. Ibu memiliki perasaan tak enak, jadi takut terjadi hal buruk pada bapakmu”, ucap srikandi sambil mengedipkan matanya dengan cepat beberapa kali.
Narto yang mengerti isyarat yang ibunya berikan pun menjawab, “Baik bu, aku akan membereskan mainanku dulu baru pergi kesawah untuk melihat bapak”, ucapnya patuh.
Tari yang mendengar percakapan keduanya, kerutan dikeningnya mengendur. “Hampil saja. Kupikil, ibu bisa mendengal suala hatiku”, gumannya lega.
Srikandi dan Narto juga ikut menghela nafas lega karena acting mereka bisa mengelabui sang adik.
Karena penasaran dengan apa yang menimpa suaminya, Srikandi pun mencoba memancingnya, agar Tari mau menjelaskan.
“Narto, tolong cepat sedikit. Ibu tak tahu apa yang terjadi, sejak tadi jantung ibu berdetak sangat kencang, takut terjadi sesuatu dengan bapakmu”, ucap Srikandi sambil membantu anaknya membereskan mainan.
Setelah mainan beres, tak mendengar suara Tari, ibu dan anak itu pun pura-pura keluar dari dalam kamar dan berdiri terdiam diruang tamu sejenak.
“Ikatan batin anggota kelualga memang sangat kuat. Ibu bisa melasakan jika ayah tengah dalam bahaya. Tapi, bagaimana aku membeli tahu ibu dan kakak, jika kelbau yang akan ayah gunakan untuk membajak tanah julagan Daud akan mengamuk dan membuat ayah teluka palah”, Tari menghembuskan nafas dengan kasar. Sebagai bayi, dia merasa memiliki banyak keterbatasan dan merasa tak nyaman.
Srikandi yang sudah mendengar suara hati Tari, segera menyuruh anaknya berlari kencang untuk memberi peringatan kepada Supardi agar lebih berhati-hati dalam bekerja.
Narto sangat tahu betapa besar dan kuatnya kerbau milik juragan Daud. Hewan berkulit coklat tua itu juga memiliki tanduk yang panjang dan runcing, kulit tubuh bisa terkoyak jika terkena olehnya.
Bocah lelaki itu tahu karena dia pernah melihat ada tetangga mereka yang pernah celaka setelah menenangkan seekor kerbau yang sedang mengamuk.
Tak ingin hal buruk terjadi pada bapaknya, Narto yang beberapa kali jatuh terpeleset akibat jalan yang licin, kembali bangkit dan terus berlari dengan kencang berharap dia tak terlambat untuk memperingatkan bapaknya akan bahaya yang tengah mengintainya.
Hosh...hosh...hosh...
Dengan terengah-enggah, Narto yang melihat siluet penampakan bapaknya, semakin mempercepat larinya.
“PAK! BAPAK!!! TUNGGU AKU!!!”, teriak Narto lantang.
Supardi menyipitkan kedua matanya heran melihat anak ketiganya berlari sangat kencang menuju kearahnya.
“Kamu tunggu anakmu dulu, sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikan. Biar aku yang ambil kerbaunya” ucap Ahmad sambil menepuk pundak Supardi beberapa kali sebelum pergi masuk kedalam halaman rumah juragan Daud.
Supardi membalikkan badan dan menunggu anak ketiganya yang terlihat kelelahan setelah berlari cepat kearahnya.
“Tarik nafas dulu sebelum berbicara”, ucap Supardi yang melihat anak ketiganya membungkuk sambil menormalkan deru nafasnya yang memburu.
Setelah tenang, Narto pun menceritakan apa yang dia dan ibunya dengar dari adik bayinya, mengenai kerbau juragan Daud yang mengamuk dan menyebabkan ayahnya celaka.
Jika tak melihat sendiri tadi malam, ketika kakak perempuannya menyelinap di belakang rumahnya, mungkin Supardi akan mengira itu hanya tebakan acak yang Tari ucapkan dalam hati.
Tapi setelah mengkonfirmasi kebenarannya, Supardi pun tak bisa meremehkan jika bayi perempuannya tampaknya bisa memprediksi apa yang akan terjadi dimasa depan sehingga diapun sangat mempercayainya.
“Baiklah le, bapak akan hati-hati nanti ketika membawa keluar kerbau milik juragan Daud”, ucap Supardi sambil menepuk pundak Narto beberapa kali agar bocah lelaki itu merasa tenang.
Baru saja dia berbalik hendak masuk kedalam halaman kediaman juragan Daud, dari arah belakang rumah seekor kerbau berlari kencang dengan menyeret tubuh Ahmad dimana sebagian kaosnya menancap di tanduk kerbau.
“Awas! Minggir!”, teriak Idris, salah satu pekerja di rumah juragan Daud dengan kencang.
Supardi dan Narto spontan melompat ke pinggir dan jatuh ke semak-semak dan hanya bisa menyaksikkan tubuh Ahmad diseret kerbau yang tengah mengamuk.
Dipimpin Idris, sepuluh anak buah juragan Daud telah mengepung kerbau yang entak kenapa tiba-tiba menjadi gila dan mengamuk dengan melemparkan tali untuk mengikatnya.
Setelah berhasil ditundukkan, mereka memotong kaos Ahmad dan segera membawa lelaki berusia 30 tahun itu kerumah sakit karena dada bagian sebelah kanan robek sangat dalam terkena tanduk kerbau yang tajam sehingga harus dibawa ke rumah sakit untuk dijahit dan diobati.
Supardi duduk dengan tubuh lemas menyaksikkan luka dalam yang dialami Ahmad. Jika saja Narto tak datang dan menghentikan dirinya untuk memberi peringatan kepadanya, mungkin yang tergeletak pingsan bersimbah darah itu adalah dirinya.
Ia merasa cukup beruntung memiliki Tari sehingga begitu tubuhnya sudah bertenaga, dia melakukan sujud syukur kepada Allah atas pertolongannya hingga dia bisa terhindar dari musibah besar itu.
Karena insiden kerbau yang mengamuk, rencana membajak sawah milik juragan Daud untuk sementara waktu di tangguhkan hingga mereka mendapatkan kerbau pengganti untuk membajak sawah karena dalam musim tanam seperti ini, semua petani yang memiliki kerbau pasti tengah menggunakan hewan itu untuk membajak sawah mereka sendiri sehingga memerlukan waktu hingga mereka selesai mengerjakan sawahnya baru bisa dipinjam.
Karena tak ada hal yang akan dikerjakannya, Supardi pun pulang kerumah bersama anak ketiganya, agar bisa beristirahat dan menenangkan diri dari kejadian yang cukup mendebarkan dan hampir membuat jantung serasa copot.
Sementara itu dirumah, Srikandi hanya bisa menunggu bayinya terbangun untuk mendapatkan kabar mengenai keadaan sang suami karena begitu Narto pergi, bayi perempuan itu kembali tertidur sehingga dia hanya bisa menunggu dirumah dengan hati cemas.
Srikandi bolak-balik melihat kearah jendela kamar yang bisa melihat halaman belakang rumah, berharap dia bisa melihat sosok anak ketiganya yang sudah hampir sepuluh menit pergi tapi belum juga kembali.
“Semoga bapak tidak kenapa-kenapa. Hatiku belum tenang jika belum mendengar kabarnya ”, guman Srikandi lirih.
“Ayah selamat namun justlu temannya yang celaka.Saat ini ayah dan kakak ketiga sudah dalam peljalanan pulang jadi ibu tak pelu khawatil lagi”
Mendengar suara cadel memasuki indera pendengarannya, Srikandi tahu jika bayinya sudah bangun dan dia merasa lega ketika putri yang baru berumur sehari itu memberitahu jika kondisi suaminya baik-baik saja.
Namun, apa yang dikatakan oleh Tari selanjutnya, membuat tubuhnya membeku ditempat.
“Sehalusnya, yang pelu ibu khawatilkan adalah kedatangan Aminah, istli julagan Dalma yang sebental lagi akan datang untuk membeliku kalena wanita jahat itu telah menjanjikan jika anaknya Joko bisa mendapatkanku setelah meleka membayal uang satu juta”
“Huft, dia pikil aku bisa dibeli dengan uang. Menjualku dengan halga satu juta, itu melukai halga diliku!”
Semakin melihat kelakuan budhenya, Tari semakin muak dan ingin wanita jahat itu mendekam didalam penjara lebih lama.
Belum juga keterkejutan Srikandi hilang, dari depan ada tamu yang mengetuk pintu.
“Itu pasti Aminah, istri juragan Darma. Enak saja mau membeli anakku! Memang anakku barang apa hingga bisa dia beli seenak hatinya”, runtuk Srikandi dalam hati.
di tunggu upnya thor