Menantu Yang Tidak Diinginkan

“Iya mah, sekarang kita lihat papah ya”

Luna mengangguk, mereka berdua pun melihat Fandi yang saat ini belum sadar.

Mereka masuk ke dalam ruangan di mana Fandi sudah di pindahkan.

“Pah, papah cepat sembuh” Luna kembali terisak, air matanya jatuh tak mampu dibendungnya lagi

Melihat orang yang sangat berarti dalam hidupnya terbaring lemah, selama ini Fandi tak pernah bersikap kasar pada Luna. Fandi memang memiliki sifat yang tegas, jika kemauannya adalah A maka harus terwujud, itulah kenapa Fandi bersikeras memisahkan Sinta dan Aryo.

Namun dibalik sifatnya yang tegas, Fandi adalah seorang ayah yang sangat menyayangi anak-anaknya, benar yang dikatakan Luna kalau Fandi hanya takut nanti hidup Sinta tak terjamin dan malah harus tersiksa karna Aryo tak memiliki uang untuk memberi kebahagiaan untuk Sinta. Tapi Fandi salah, kebahagiaan tak selalu melulu tentang uang dan terbukti Sinta tak pernah mengalami kesusahan bahkan dirinyalah yang menyebabkan kesusahan itu untuk Sinta.

“Mah, sudah ya kita tunggu papah sampai sadar” ucap Hardi

Kreeek

Pintu terbuka Hardi dan Luna melihat siapa yang datang.

“Mamah, kakak” Sinta langsung memeluk mereka dan melihat di depannya bahwa laki-laki yang baru ia temui duduk di kursi roda kini sudah terbaring lemah dengan alat bantu pernafasan dan selang infus di tangannya

“Bagaimana keadaan papah?” tanya Sinta

“Sakitnya semakin parah, kita hanya bisa berharap pada Tuhan agar memberi kesembuhan untuk papah” jawab Hardi

“Papah” Sinta menangis sejadi-jadinya, meski ia sangat kesal dan marah pada papahnya karna perbuatannya namun rasa sayang di hati Sinta masih sangat besar untuk pria yang sudah merawat dan membesarkannya

Mereka pun menunggu Fandi sadar, do’a-do’a selalu dipanjatkan mereka bahkan Luna dan Sinta masih saja terus menangis.

Luna yang berada di samping Fandi menggenggam tangannya merasakan kalau tangan Fandi bergerak, Luna melihat Fandi ternyata pria itu mengerjapkan matanya.

“Mas” panggil Luna

Sinta yang mendengar sang mamah memanggil papahnya menghampirinya diikuti Hardi dan Aryo.

“Papah, papah bangun” ucap Sinta

Fandi membuka matanya perlahan, ia menatap sekelilingnya. Fandi melihat Sinta dan Aryo di sana, Fandi meneteskan air matanya.

“Sin-ta” panggil Fandi

“Iya pah” Sinta mendekat

“Maafkan papah ya” ucap Fandi

“Aku dan mas Aryo sudah memaafkan papah karna semua ini juga bukan sepenuhnya salah papah, aku juga bersalah karna tidak mau mematuhi keinginan papah dan juga membuat papah sampai marah dan pergi dari rumahpapah jangan memikirkan sesuatu dulu yang paling penting sekarang papah sehat” ucap Sinta

“Pa-pah banyak salah sama ka-mu” Fandi terbata-bata mengucapkan kata-katanya pada Sinta dan Aryo

“Kami sudah memaafkan papah, papah jangan terlalu banyak pikiran sekarang papah istirahat ya. Papah harus sembuh agar bisa kembali berkumpul dengan kita seperti dulu” ucap Sinta

“Iya mas, Sinta benar kamu harus sembuh agar kita kembali berkumpul lagi” sambung Luna

“A-ku menyesal” Fandi meneteskan air matnya “Aku sangat menyayangi kalian” ucap Fandi sebelum dirinya kembali tidak sadarkan diri

Sinta dan Luna kembali histeris ketika melihat Fandi tak sadarkan diri, Aryo segera memanggil dokter agar segera memeriksa Fandi.

“Bapak dan ibu tunggu di luar dulu ya kami akan memeriksa keadaan pak Fandi” ucap sang dokter

“Tolong selamatkan suami saya dok” ucap Luna

“Kami akan berusaha semampu kami bu” setelah itu dokter menutup pintu

Luna dan Sinta tak hentinya menangis, Hardi dan Aryo mencoba menenangkan mereka. Hardi pun juga tak kuasa menahan kesedihannya, air matanya pun juga terjatuh meski sedari tadi ia mencoba menahannya.

Sebagai seorang anak dan kakak, Hardi mencoba tegar di hadapan adik dan mamahnya. Ia berusaha memberi penguat dana juga menenangkan mereka namun Hardi juga manusia yang juga kan menangis ketika melihat orang yang berarti dalam hidupnya sedang berjuang untuk hidup. Tapi semua kembali pada sang pencipta.

Hardi memang selalu menuruti kemauan Fandi karna ia tak mau membuat papahnya kecewa, meski ia harus meninggalkan semua hal yang ia sukai termasuk wanita yang ia cintai. Hardi menerima perjodohan yang dilakukan oleh Fandi.

Bedanya Hardi dan Sinta, Hardi selalu menuruti semua kemauan Fandi karna terlalu menyayangi pph ya dan mereka memang sangat dekat sehingga Hardi mengesampingkan egonya untuk membuat sang papah bahagia. Berbeda dengan Sinta yang tak mau menuruti keinginan Fandi karna Sinta sudah merasa nyaman dengan Aryo.

“Kita berdo’a semoga papah di dalam baik-baik saja” ucap Hardi pada Luna dan Sinta

Aryo juga menenangkan sang istri, wajar jika istrinya itu sangat sedih karna selama beberapa tahun ini sudah lama tidak bertemu dengan Fandi, namun ketika ia bertemu malah harus melihat Fandi terkapar tak berdaya meski tadi ia sempat bertemu dengan Fandi dan pria itu masih enggan menerimanya.

Tadi ketika kejadian Aryo hampir menabrak Nita, Aryo dan Sinta sempat berhenti dulu untuk sekedar minum dan menenangkan pikiran mereka karna keterkejutan bertemu dengan Nita. Namun beberapa menit, ponselnya berbunyi ternyata pelayan yang berada di rumah papahnya memberi kabar kalau papahnya masuk ke rumah sakit, Aryo dan Sinta langsung bergegas menuju ke rumah sakit tempat Fandi dibawa.

Dokter keluar langsung disambut pertanyaan oleh Luna dan Sinta.

“Bagaimana keadaan suami saya dok?” tanya Luna

“Papah saya baik-baik saja kan dok?” tanya Sinta

Aryo memeluk Sinta agar lebih tenang untuk menunggu penjelasan dokter.

“Kami sudah berusaha semaksimal kami, tapi Tuhan berkehendak lain. Kami tidak bisa menyelamatkan pak Fandi” ucap dokter

“Tidak dokter pasti bohong kan, suami saya pasti baik-baik saja dokter harus memeriksanya lagi” ucap Luna

“Maaf bu, kami sudah melakukan semuanya dengan semampu kami. Namun semua kembali pada sang pencipta, bapak dan ibu yang sabar ya. Kalau begitu saya permisi dulu” ucap dokter

“Mas, semua ini tidak benar kan mas? Papah pasti bohong dia pasti menyuruh dokter itu untuk bohong pada kita karna papah masih marah sama aku kan mas hiks hiks” Sinta menangis tersedu-sedu

“Sayang kamu harus kuat, kamu harus bisa menguatkan mamah. Mamah pasti juga terluka kami semua juga terluka tapi semua sudah kehendak sang kuasa kita tidak bisa apa-apa selain menerima semuanya dengan ikhlas” ucap Aryo

“Aryo benar, sekarang kita persiapkan pemakaman dan juga untuk memandikan papah. Kuta harus ikhlas agar papah bisa tenang di sana” sambung Hardi

Sinta tak menyangka bahwa pertemuan tadi menjadi pertemuan terakhir dengan papahnya, andai saja ia bisa mengunjungi papahnya lebih awal pasti ia bisa menerima kenyataan pahit ini, tapi semua sudah terjadi tak ada yang bisa dirubah mau disesali pun juga percuma karna semua tak akan terulang lagi.