Adelia Putri, harus mengubur semua cita-citanya, ingin kuliah dan juga menikah dengan laki-laki yang ia cintai. Dikarenakan musibah yang menimpanya. Adelia di perkosa oleh tiga orang pemuda yang kebetulan melintas di saat ia pulang bekerja. Ketiganya dalam keadaan mabuk berat dan mereka merupakan anak-anak dari pengusaha terkenal di ibu kota tersebut.
Salah satu dari orang tua pemuda itu mendapatkan ancaman, bila Elvino putranya tidak bertanggung jawab atas perbuatan bejatnya. Maka orang itu akan menyebarkan foto dan Video pada saat kejadian.
Jadilah orang tua Elvino harus menikahkan putra sulungnya dengan gadis yatim piatu. Semua itu tentu demi nama baik keluarga mereka.
Namun, setelah menikah Elvino bukannya merasa bersalah sudah menghancurkan masa depan Adelia. Justru ia membenci gadis itu. Padahal Adelia tengah hamil yang dia sendiri tidak tahu anak siapa. Tapi Adelia ingat, Elvino adalah laki-laki pertama yang mengambil kesuciannya. Penasaran? Yuk baca cerita selanjutnya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekhawatiran Elvino.
💝💝💝💝💝💝
...HAPPY READING......
.
.
"Di rumah sakit mana?" tanya Hendra juga menyambar kunci mobilnya yang ada diatas meja kafe.
"Rumah sakit Hospital Center," jawab Elvino menoleh kearah Cica dan berkata. "Ca, kamu pulang sendiri ya, soalnya aku harus ke rumah sakit,"
"Adik kamu kenapa? Aku ikut ya?" tanya Cica yang langsung di tahan oleh Hendra dan Aiden.
"Eh, nggak boleh! Nyokap Elvino galak banget. Jika kamu ke sana, nanti malah kena marah," cegah mereka berdua.
"Benarkah?" Cica menatap mereka penuh selidik. Soalnya merasa kurang yakin dengan ucapan kedua pemuda tersebut. Masa iya hanya ingin menjenguk adik Elvino yang sakit saja tidak boleh. Begitulah kiranya yang dipikirkan oleh Cica.
"Tentu saja benar! Lagian buat apa juga kami berdua berbohong," ujar Hendra melihat kepergian Elvino yang setengah berlari keluar dari kafe tersebut.
"El, Elvino!" teriak Cica yang sudah tidak dihiraukan lagi oleh kekasihnya. Saat ini telinga dan isi kepala pemuda itu hanya dipenuhi oleh nama Adelia. Gadis yang masih menjadi istri sahnya.
Meskipun mereka berdua menjerit untuk tidak mengakui pernikahan tersebut, karena hanya menikah kontrak. Tetap saja hubungan itu resmi yang tidak bisa dipungkiri oleh siapapun.
"Sayang, kalian berdua tolong temani Cica, ya. Soalnya aku dan Hendra akan ke rumah sakit untuk menjenguk adiknya Elvino," ucap Adiden memaksakan untuk tersenyum. Sebab dia dan Hendra memang tidak tahu bahwa Cica sudah mengenal Adelia. Itulah yang menjadi pertanyaan mereka saat ini. Namun, sayangnya untuk bertanya pada Elvino waktu yang tidak memungkinkan.
"Iya, pergilah biar kami yang menemani Cica," jawab gadis yang merupakan kekasih Aiden. Setelah itu kedua pemuda itu ikut menyusul Elvino ke rumah sakit Hospital Center dengan mobilnya masing-masing.
"Delisa, bukannya adik El bernama Raya, kan?" tanya Riana pada sahabatnya. "Atau mungkin panggilan Adel itu adiknya yang lain?" lanjutnya penasaran.
Keluarga Elvino adalah keluarga yang terpandang, jadi sudah pasti masyarakat luas banyak yang mengenal siapa saja anggota keluarga Wijaya.
"Entahlah! Mungkin panggilan Raya itu Adel, soalnya setahu diriku. Elvino hanya memiliki satu orang adik perempuan yang sangat cantik," jawab Delisa apa adanya.
"Iya, mungkin saja. Lagian jika bukan adiknya kenapa juga Elvino terlihat begitu khawatir," Riana mengangguk sepemikiran dengan Delisa.
"Adel kan memang sangat cantik, aku pernah bertemu dengannya saat lagi jalan-jalan sama Elvino," timpal Cica karena saat bertemu Adel waktu beberapa bulan lalu gadis itu sendiri yang mengatakan bahwa dirinya adalah adik Elvino.
"Pantas saja dia sangat khawatir," kata Riana yang mengerti bahwa Raya dan Adelia adalah sama.
*
Sementara itu di dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. El sibuk menghubungi keluarganya.
Ttttddd!
Ttttddd!
"Mama kemana sih? biasanya dia yang sibuk menelepon ku," ucap El mengerutuk karena sudah panggilan kasihan kalian sang Mama belum juga mengangkat telepon darinya.
Ttttddd!
"Agh, Raya! Iya, Raya pasti sedang bersama Mama," seru El kembali mencoba menghubungi adik perempuannya . Akan tetapi sama saja tidak diangkat seperti menelepon mamanya.
Ttttddd!
"Ini pada kemana, sih? Kenapa tidak ada yang angkat," Elvino yang kesal akhirnya menyimpan kembali ponsel tersebut ke dalam saku jaket yang ia pakai. Lalu dia pun menambah laju kecepatan kendaraan roda empatnya. Agar segera sampai ke rumah sakit.
"Adel, kamu tidak boleh keguguran. Bisa-bisa aku diusir oleh papa jika sampai cucu yang mereka harapkan malah kenapa-kenapa," ucapnya pada diri sendiri sambil memperhatikan jalan yang sangat ramai.
Entah sadar ataupun tidak, Elvino sudah menyebut calon bayi Adel. Cucu yang diharapkan oleh orang kedua tuanya. Pertanda bahwa dia secara tidak langsung juga sudah mengakui bahwa itu anak dirinya.
Tiiin!
Tiiiiin!
Suara klakson mobil yang dibunyikan oleh Elvino. Saat ini dia sedang berada di lampu merah. Di pusat ibukota yang udah tidak terlalu jauh dari rumah sakit Hospital Center.
"Kenapa lama banget sih," keluh si tampan El karena lampu merah tak kunjung berubah menjadi hijau. Andai saja dengan cara berlari dia akan sampai lebih cepat. Maka Elvino akan meninggalkan mobil mewahnya di jalan raya.
Wuuuaas!
Begitu lampu sudah berganti. Elvino langsung menyalip kendaraan yang ada di depannya. Dia tidak bisa tenang, karena Adelia belum tahu seperti apa keadaannya.
Lalu setelah menggerutu di sepanjang jalan. El pun sudah tiba di rumah sakit Hospital Center. Dia sampai memarkirkan mobilnya asal dan langsung berlari menuju ruang UGD seperti kata Ria. Gadis yang menelepon dirinya mengunakan ponsel Adel
Tap!
Tap!
"Sus, apakah pasien yang bernama Adelia Putri ada di sini?" Elvino bertanya pada perawat yang baru saja keluar dari ruangan UGD.
"Anda siapanya pasien?" tidak menjawab karena perawat tidak mungkin memberikan laporan pada orang asing.
"Saya---"
"A--aapakah ka--kamu suaminya Adel?" sela Ria juga ikut keluar dari dalam.
Meskipun ragu-ragu Elvino mengangguk mengiyakan. "Iya, Saya suami Adel, mana dia?"
"Ada di ruang perawatan, ba--baru saja dipindahkan ke sana," jawab Ria masih tergagap melihat betapa tampannya malaikat tak bersayap yang ada dihadapannya.
"Tuan Muda Wijaya," seru perawatan tadi setelah mengigat dimana pernah melihat Elvino.
"Tolong antarkan ke tempat istri, Saya di rawat," ucap El pasa si perawatan karena wanita itu sudah mengetahui siapa dirinya.
"Baik, mari ikut Saya," si perawat yang takut di pecat akhirnya cepat-cepat mengantar Elvino ke kamar tempat Adel dirawat.
Ceklek!
Pintu dibuka oleh perawat. Namun, begitu melihat ruangannya Elvino langsung marah.
"Kenapa di tempat seperti ini? Apakah tidak ada ruangan yang layak pakai?" seru El tidak terima istrinya berada di kamar kecil yang terasa pengap bagi dirinya.
"Ma--maaf Tuan Muda, kami tidak tahu jika gadis itu adalah istri, Anda. Tunggulah sebentar kami akan memindahkan Nona Adel keruang VIP," kata si perawatan mendekati rekan kerjanya yang masih menjaga Adel.
"Tuan muda! Apakah suami Adel orang kaya?" Gumam Ria ikut memperhatikan Elvino secara diam-diam. Semua barang-barang yang dipakai oleh pemuda itu adalah limited edition.
Jadi sudah pasti apa yang dikatakan oleh suster tersebut adalah benar, bahwa suami Adelia, tuan muda Wijaya.
"Tu--tuan, maaf ini barang milik Adel. Saya tidak bisa berlama-lama karena adik Saya tidak ada yang menjemputnya pulang dari les," ucap Ria tiba-tiba merasa takut.
Takut bila disalahkan karena Adel masuk rumah sakit. Walaupun itu bukanlah kesalahan dirinya. Namun, terkadang orang kaya suka bertindak sesuka hatinya. Jadi untuk mencari aman Ria lebih baik berpamitan untuk pulang. Lagian hari pun sudah bertambah larut malam.
"Iya, terima kasih sudah mengabari Saya," menerima ponsel dan tas milik istrinya.
...BERSAMBUNG......