Chen Lin, sang mantan agen rahasia, mendapati dirinya terlempar ke dalam komik kiamat zombie yang ia baca. Sialnya, ia kini adalah karakter umpan meriam yang ditakdirkan mati tragis di tangan Protagonis Wanita asli. Lebih rumit lagi, ia membawa serta adik laki-laki yang baru berusia lima tahun, yang merupakan karakter sampingan dalam komik itu.
Sistem yang seharusnya menjadi panduan malah kabur, hanya mewariskan satu hal: Sebuah Bus Tua . Bus itu ternyata adalah "System's Gift" yang bisa diubah menjadi benteng berjalan dan lahan pertanian sub-dimensi hanya dengan mengumpulkan Inti Kristal dari para zombie.
Untuk menghindari kematiannya yang sudah tertulis dan melindungi adiknya, Chen Lin memutuskan untuk mengubah takdir. Berbekal keterampilan bertahan hidup elit dan Bus System yang terus di-upgrade, ia akan meninggalkan jalur pertempuran dan menjadi pedagang makanan paling aman dan paling dicari di tengah kehancuran akhir zaman!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Si kecil pemimpi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mei Yiran
Perempuan itu awalnya hanya mengikuti lomba bulu tangkis di kampus. Ia keluar sebentar untuk ke toilet karena menahan kebelet. Tapi begitu masuk, pandangannya tiba-tiba gelap. Ia terjatuh tanpa tahu apa yang terjadi.
Ketika ia membuka mata dan keluar dari toilet, yang dilihatnya membuat tubuhnya langsung kaku: ruangan turnamen berubah kacau. Orang-orang saling menggigit, berteriak, dan berjatuhan.
Jika bukan karena bau darah yang menyengat, ia mungkin mengira dirinya masuk ke lokasi syuting film.
Dengan tubuh gemetar, ia berusaha keluar gedung. Ia melihat teman-temannya dan people yang ia kenal—sudah berubah jadi makhluk haus darah. Perasaan sedih dan tidak berdaya hampir membuatnya pingsan.
Ia akhirnya bersembunyi di ruang kecil yang gelap.
Menunggu.
Berharap.
Tidak makan, tidak minum, hanya memeluk raket yang tersisa sebagai satu-satunya senjata.
Menjelang malam, rasa lapar memaksanya keluar. Ia mengingat adegan drama yang pernah ditontonnya—entah “Train to Busan” atau apa—yang mengatakan bahwa zombie tidak akan menyerang selama kau diam dan menahan napas di tempat gelap.
Ternyata benar. Ia berhasil melewati beberapa zombie saat berjalan perlahan menuju pintu keluar.
Tapi sialnya, tepat di depan pintu, kakinya menginjak kaleng minuman yang entah darimana jatuh. Suaranya nyaring, memantul di seluruh koridor.
Zombie langsung menoleh.
Ia tidak sempat berpikir. Ia membuka pintu dan lari secepat mungkin. Namun di luar gedung, jumlah zombie jauh lebih banyak dari yang ia duga.
Ia terus memukul zombie yang mendekat dengan raketnya. Salah satu benangnya sudah putus, tapi ia tetap mengibaskannya berulang-ulang. Ia tidak mau mati di sana.
Saat ia hampir putus asa karena kehilangan tenaga, sebuah cahaya tampak di kejauhan. Cahaya singkat seperti percikan energi. Ia tidak tahu apa itu—mungkin halusinasi karena kelelahan.
Tapi tidak. Tak lama kemudian, zombie yang mengejarnya satu per satu tumbang, tubuh mereka roboh seperti habis disambar sesuatu yang tak terlihat jelas.
Di layar CCTV, Chen Lin dan Jin Rang sudah bergerak cepat, kekuatan mereka menghancurkan barisan zombie seperti meratakan rumput tinggi.
Melihat sudah tidak ada lagi zombie Wen Tao langsung mengenakan senter kepala dan membawa ember karung, siap turun dan menggali inti kristal.
Setelah zombie terakhir jatuh, perempuan itu berdiri mematung sambil menahan napas. Matanya bergerak cepat antara Chen Lin, Jin Rang, dan mayat zombie di tanah, seolah berusaha memastikan bahwa semua itu bukan mimpi buruk berkepanjangan.
Ketika Chen Lin memberi isyarat halus agar ia ikut, perempuan itu langsung melangkah tanpa protes, walaupun kakinya masih sedikit gemetar.
Saat pintu bus terbuka, ia masuk… dan langsung terpaku untuk kedua kalinya. Dari luar bus itu kusam, penyok di sana-sini, catnya mengelupas seperti barang rongsokan yang tak terurus. Tapi bagian dalamnya? Bersih, rapi, penuh perabotan aneh yang tampak canggih.
Ia mengedip berkali-kali, wajahnya berubah jadi ekspresi lucu—pipi menggembung sedikit, bibir membuka tipis, dan mata membesar seperti karakter chibi yang kaget. Tubuhnya yang mungil dan imut hanya membuat ekspresi itu makin menggemaskan, sampai Chen Lin spontan ingin mencubit pipinya.
Kawaiiii
Wen Tao yang baru naik sambil membawa ember langsung menyodorkan minuman dan roti. “Ini, makan dulu. Kau aman di sini.”
Perempuan itu menerima roti dan minuman dengan kedua tangan.
“Terima kasih… namaku Mei Yiran,” katanya pelan.
Chen Lin mengulang nama itu dalam hati.
Mei Yiran…
di mana dia pernah dengar? Rasanya familiar, entah dari ingatan pendahulunya, atau dari komik, ah dia tidak peduli.
Males mikir.
“Kamu dari mana?” tanya Chen Lin.
“Universitas ++++.”
Chen Lin langsung menatapnya dari atas sampai bawah, alis terangkat. “Loh… kamu bukan anak SD?”
Mei Yiran yang sebentar lagi berusia dua puluh empat hanya mematung sejenak sebelum menjawab, “…tidak. Aku sudah semester akhir.”
Chen Lin mengangguk perlahan, mencoba menerima kenyataan bahwa tubuh mungil dan wajah imut itu bukan gambaran usia yang sebenarnya.
“Um… boleh tanya sesuatu?” Mei Yiran ragu. “Sebenarnya… apa yang terjadi?”
“Seperti yang kamu lihat, dunia sedang kacau,” jawab Wen Tao sambil membagikan inti kristal ke ember kecilnya.
Mei Yiran menatap benda itu bingung. “Ini… apa?”
“Inti kristal,” jawab Wen Tao santai.
“Inti… kristal?” Ia semakin bingung, apalagi ketika anak kecil berusia lima tahun menyerahkan sebuah buku ke tangannya.
“Baca ini saja,” kata Chen Wei singkat.
Walaupun bingung, Mei Yiran membuka buku itu dan membaca cepat. Tidak semuanya ia pahami, tapi cukup untuk mendapatkan gambaran umum mengenai zombie dan evolusi.
Setelah beberapa lembar, ia menutup buku itu dan bertanya dengan kaget. “Apa ini… dunia novel?”
Chen Lin langsung tersedak biji melon yang sedang ia kunyah.
Jin Rang dengan cepat memberinya segelas air.
Chen Lin meneguknya sambil mengangkat tangan, memberi isyarat bahwa ia baik-baik saja.
Pertanyaan yang mendekati kebenaran....
“Siapa yang tahu,” gumamnya akhirnya.
Setelah suasana kembali tenang, Chen Lin bertanya, “Setelah ini kamu mau ke mana?”
Mei Yiran menatap lantai sebelum perlahan menjawab, “Aku ingin kembali ke desa A. Orang tuaku ada di sana… dan aku tidak tahu bagaimana keadaan mereka.”
Kebetulan sekali tujuan mereka juga desa A, tempat hewan ternaknya berada.
"Kebetulan tujuan kita sama, jadi ikut saja dengan kami" sarannya.
Mei Yiran mengangguk dan menatap mereka dengan penuh terima kasih.
Chen Lin juga memperkenalkan dirinya dan anggota tim lainnya satu per satu. Tadi, karena ketakutan, Mei Yiran tidak benar-benar memperhatikan wajah mereka.
Namun sekarang setelah dilihat lebih jelas, ia justru terdiam—mereka semua benar-benar good looking.
Terutama Jin Rang. Baginya pria itu tampan melebihi idol Korea, tapi di saat yang sama juga memiliki fitur wajah halus yang hampir terlalu cantik. Sampai-sampai ia sendiri bingung bagaimana menjelaskannya.
Wen Tao, yang sejak tadi penasaran, bertanya, “Kamu nggak punya kekuatan?”
“Ke… kekuatan?” Mei Yiran memandangnya bingung. Ia bahkan tidak pernah memikirkan soal itu.
Chen Lin mendekat. “Coba fokus seperti yang kubilang. Lihat apakah ada reaksi.”
Wen Tao di belakang langsung berdoa dalam hati, berharap Mei Yiran juga manusia biasa seperti dirinya. Begitu menyadari betapa kejamnya pikirannya, ia buru-buru menepisnya sendiri.
Tidak lama kemudian, di telapak tangan Mei Yiran muncul tunas kecil berwarna hijau. Sebuah cahaya lembut mengelilinginya.
“Wow… kekuatan kayu,” kata Chen Wei kagum.
Mei Yiran memandang tunas itu dengan bingung, tapi juga senang. Perasaan campur aduk terlihat jelas di wajahnya.
Melihat itu, Chen Lin mengetik sesuatu di rak dan menyodorkan sebuah novel tipis. “Baca ini. Tokoh utamanya punya kekuatan kayu juga. Siapa tahu bisa jadi referensi.”
"Loh fungsinya juga bisa seperti itu? " tanya Wen Tao dengan heran.
Sedangkan Mei Yiran hanya bisa menganga karena terkejut, sungguh canggih!
Chen Lin bertanya dengan ringan "loh, baru tahu? "
Wen Tao:...
Jadi malam itu, sementara Chen Lin, Jin Rang, Wen Tao, dan Chen Wei tetap berlatih, Mei Yiran duduk di sudut ruang, membaca novel itu dengan serius sepanjang malam.
...****************...
Apa ya nama tim yang unik untuk mereka, bantu mikir dong. Soalnya othor bodoh hal begituan🥲
makasih udah up untuk hari ini👍👍👍 cerita nya bagus seru sekali cerita nya👍👍