"Jadilah istri Tuan Roger agar hutang paman menjadi lunas!"
Nazura tidak mampu menolak perintah sang paman untuk menikah dengan orang yang bahkan sama sekali belum pernah ia temui. Namun, meskipun berat tetap ia lakukan untuk membalas jasa sang paman yang sudah membesarkan.
Setelah pernikahan itu terjadi, ternyata kehidupan Nazura tidaklah lebih baik. Justru kesabarannya terus diuji.
Lantas, bagaimana kisah Nazura selanjutnya? Akankah gadis itu menemukan kebahagiaan?
Simak Kisahnya di sini.
Jangan lupa dukung karena dukungan kalian sangat berarti ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GPH 33
"Nazura!"
Nazura yang saat itu sedang duduk di bangku taman karena sedang berusaha menenangkan diri, merasa heran ketika mendengar ada orang yang memanggilnya. Ia pun memindai area sekitar dan mendes*h kasar ketika melihat Lolita yang sedang mendekat dengan langkah lebar.
"Lolita," panggil Nazura bermalasan ketika wanita itu sudah berdiri di depannya.
"Kenapa kamu di sini? Katanya, kamu sudah pergi dari Tuan Roger," ucap Lolita. Tanpa disuruh pun ia langsung duduk di samping Nazura hingga membuat Nazura mendecakkan lidahnya kesal.
"Siapa yang bilang?" tanyanya terheran.
"Tuan Roger sendiri yang mencarimu ke rumah waktu itu. Dia pikir kamu ada di rumah." Lolita menjawab santai, berbeda dengan Nazura yang tampak sedikit terkejut. "Apakah benar kalau kamu meninggalkan Tuan Roger, Na? Apa jangan-jangan sebentar lagi kalian akan bercerai?" tukasnya. Menatap Nazura penuh selidik.
Nazura menghirup napasnya dalam-dalam. Walaupun ia merasa ragu untuk mengatakan sejujurnya, tetapi ia tidak mungkin terus menutupinya. "Ya, aku memang sudah berpisah dengan Tuan Roger bahkan kami sedang mengurus surat perceraian."
Senyum Lolita terlihat mengembang ketika mendengar ucapan Nazura itu. Bahkan, dalam hatinya bersorak kegirangan. "Kamu serius, Na? Kamu tidak berbohong 'kan?" Saking gembiranya, Lolita sampai menggoyangkan kedua bahu Nazura cukup kencang.
"Hentikan," dengkus Nazura. Melepaskan kedua tangan Lolita dari bahunya. "Tentu saja apa yang aku katakan itu memang sebuah kebenaran. Aku merasa tidak cocok dan tidak sepadan dengan Tuan Roger," keluhnya.
"Memang kalian itu sangat tidak cocok. Aku yang lebih pantas bersanding dengan Tuan Roger." Lolita menepuk dada dengan angkuh. Tidak peduli meskipun Nazura sudah tersenyum miring. "Karena kamu sedang menyiapkan perpisahan, bagaimana kalau aku menggantikan posisimu sebagai pendamping Tuan Roger. Aku rasa, aku lebih pantas daripada kamu," ujar Lolita penuh percaya diri.
Nazura pun berdecak kesal karena sepupunya itu sangat narsis dan menyebalkan. "Terserah kamu. Itu bukan lagi urusanku."
Nazura memilih bangkit dan meninggalkan sepupunya begitu saja karena jika sering berada di samping wanita itu, tensi darah Nazura sudah pasti naik karena Lolita sangatlah menyebalkan.
"Hei, kamu mau ke mana? Apa kamu tidak ingin pulang ke rumah?" teriak Lolita. Menghentikan langkah Nazura yang sudah cukup jauh.
"Tidak. Aku akan kembali, tapi tidak sekarang. Titip salam untuk Paman Bima," balas Nazura setengah berteriak.
"Kamu tidak ingin titip salam untuk mamaku juga?" Lolita masih saja bertanya.
Namun, kali ini Nazura tidak menjawab dan lebih memilih untuk melanjutkan langkahnya pergi dari wanita paling menyebalkan menurutnya.
Saat ini, Nazura tidak tahu ke mana lagi ia akan pergi. Setiap langkahnya dipenuhi dengan kebimbangan. Ke mana harus mencari tempat tinggal. Jika kembali ke rumah pamannya, Nazura sangat tidak ingin karena khawatir ia akan menjadi bulan-bulanan Nety. Jika ke rumah Devi, ia pun merasa khawatir akan terkena amarah sahabatnya. Lagi pula untuk saat ini Nazura benar-benar butuh waktu menyendiri untuk menenangkan hati dan pikirannya.
"Lebih baik aku cari kos-kosan saja," pungkas Nazura setelah pikirannya berperang sendiri.
Baginya itu adalah pilihan yang terbaik.
Nazura berjalan santai sambil melihat-lihat barangkali ada yang indekos di sekitar sana. Yang pasti, selain harga yang murah juga dekat dengan tempat kerjanya.
"Hei! Bukankah kamu Nazura?"
Nazura terkejut ketika ada seorang lelaki menepuk pundaknya. Ia pun menoleh dan mengerutkan kening saat melihat lelaki itu sedang berdiri sambil tersenyum kepadanya. Ia tidak pernah melihat lelaki itu, tetapi wajahnya terasa sangat tidak asing untuknya.
"Kamu siapa? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Nazura saking penasarannya karena benar-benar tidak bisa mengingat dengan jelas.
"Jangan bilang kamu lupa denganku. Ingat, Na. Dulu waktu kecil kita bermain bersama bahkan kamu memanggilku Tamnis alias hitam manis," terangnya. Membuat Nazura berusaha mengumpulkan kepingan masa lalu yang tersisa.
Tiba-tiba senyum Nazura pun mengembang dan wajahnya tampak semringah. "Akmal? Jangan bilang kalau kamu ini adalah Akmal yang dulu hitam dan kurus, tapi senyumnya sangat manis bahkan aku sampai terpesona," tebak Nazura.
Lelaki itu mengangguk cepat, pun ikut tersenyum seperti Nazura. "Ya, aku Akmal."
"Ya Tuhan ... aku tidak menyangka kenapa kamu sekarang bisa setampan ini." Nazura menggeleng tidak percaya ketika terus mengamati wajah lelaki itu.
suka nih peran cewe begini