NovelToon NovelToon
THE ETERNAL QUEEN

THE ETERNAL QUEEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Menjadi NPC
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Yuuuki

Aku mengingat semua kehidupanku, tapi yang pasti aku tidak ingat kehidupan pertamaku, dan firasatku aku buka mahkluk bumi ini, siapa aku?
Lagi lagi aku menjadi seperti ini, terjebak di putaran dunia. kehidupan ku yang ke 1002
Besok ngapain ya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuuuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27: Siapa?

Gunung Olympus

"Hadehh.." Aprodhit menghela nafas kasar dan tampak kesal dan sedih

"Ada apa?" Ares bertanya, tak biasanya kekasih nya ini kesal dan sedih

"Apostle ku, tak tahu kalo stuard itu lilac... Huhu, apa aku bilang ya untuk berteman dengan stua-?"

"Aturan antar-dunia. Kita tidak boleh mengubah nasib langsung." Ares memotong langsung

"Tumben bener?" Ucap Poseidon yang baru saja datang

"Udah, biar in aja... Toh kalau memang tertarik untuk berbicara pasti akan berbicara dan berteman dengan natural, selagi bukan musuh (apostle (luceran) dan stuard) aman aja" Poseidon duduk dan melihat bola kristal itu

"Ck.." Ia mendengus kesal

"Sudahlah.. jangan dilihat terus, coba lihat Athena itu.. Wajahnya menyebalkan, cepat lihat" Ares menunjuk Dewi Athena yang sedang tertidur

"Ya..." Ia pun pergi

Poseidon tetap menatap kristal, wajahnya kini lebih serius.

“...Tapi beberapa saat ini, lonjakan mana di dunia terlalu besar. Melewati ambang batas. Benar begitu, Zeus?”

Sebuah cahaya besar muncul di ujung aula. Zeus, berdiri di balkon tinggi dengan tongkat petir di tangannya, menatap ke arah dunia bawah.

“Ya... Lonjakan tidak wajar. Sepertinya… anak-anak Reinkarnasi dan Transmigrasi mulai bermunculan lebih cepat dari biasanya.”

Poseidon menyipitkan mata. “Akankah Lucifer bangkit lagi?”

Zeus Terdiam sejenak. Angin di sekitar singgasananya bergemuruh lembut.

“Masih belum pasti. Tapi... beberapa dari mereka yang bereinkarnasi telah menghilang sebelum waktunya. Kematian mereka... terasa seperti diseret oleh tangan yang lebih tinggi.”

Apollo berjalan masuk. Tubuhnya bercahaya lembut, membawa harpa kristal di punggungnya.

“Oh ya? Yang transmigrasi bagaimana?” tanyanya ringan.

“Mereka...” Zeus menatap dalam.

“Kebanyakan malah hidup tenang di desa kecil, menjadi petani, pengrajin, orang biasa. Seolah mereka... menolak takdir yang telah dipersiapkan.”

“Menikmati hidup, ya?” Apollo duduk. “Mungkin... itu pelarian terbaik dari nasib yang kejam.”

Poseidon mengangguk. “Tapi... dunia tidak akan tenang lama. Jika Raja Iblis benar bangkit, maka dunia butuh lebih dari sekadar pahlawan.”

POV LUCIFER

Tempat ini... gelap.

Tidak hitam, bukan pula kosong.

Tapi gelap, seperti langit yang dilupakan oleh matahari.

“Aku… siapa?”

Suara itu nyaris tak terdengar. Serak, kering, menggema ke dalam ruang yang tidak memiliki dinding, lantai, ataupun langit-langit.

Ia terbaring di tengah reruntuhan singgasana batu. Di sekitarnya, pecahan mahkota tua, bulu-bulu hangus, dan sisa api yang mati sebelum sempat membakar dunia.

Tangannya gemetar. Tubuhnya... terlalu asing.

"Aku... pernah bertarung. Pernah mencintai. Pernah... memberontak?"

Kilatan ingatan muncul, sekejap.

Langit merah. Sayap. Darah.

Satu nama...

Athena.

“...Siapa kau?” bisiknya lagi, pada bayangan samar yang muncul dan lenyap di pikirannya.

Tubuhnya menggeliat. Ia mencoba bangun, tapi berat. Dunia tidak mengenalnya lagi. Dan ia sendiri… bahkan tidak tahu apakah ia ingin dikenali.

“Mungkin... aku tidak perlu bangkit...”

“...Mungkin biarkan aku terlupakan saja.”

Ia menutup mata. Lelah.

Ada damai dalam kehancuran, ketika kau menyerah tanpa perlawanan.

Namun…

POV LILAC / STUARD

Saat langit mulai berubah warna di sore hari, Lilac, dengan tubuh penyamarannya sebagai Stuard, berhenti membaca.

Kepalanya berat. Dada terasa... hampa.

Seolah udara berubah.

Seolah... dunia menahan napasnya.

Ia berdiri perlahan, langkahnya membawanya ke jendela asrama. Matanya kosong menatap langit yang... aneh. Tenang, tapi menakutkan.

Ada sesuatu...

Sesuatu yang lama.

Sesuatu yang pernah dekat dengan jiwanya.

Aura itu... bukan milik manusia.

Tapi bukan pula milik dewa.

Ia... mengenalnya.

Pernah. Di kehidupan sebelumnya.

"Bukan ancaman... tapi juga bukan harapan."

Lilac menutup matanya.

Dan ia melihatnya.

Sebuah ruang tak bernama.

Bayangan seseorang yang lelah.

Dan mata,...mata penuh luka, yang pernah menatapnya dengan kasih... atau dendam?

Ia tak yakin.

Namun, langkahnya tak ragu.

"Aku akan mencarinya," bisik Lilac.

"Sebelum ia lenyap... atau bangkit sebagai sesuatu yang tak lagi ia kenali lagi."

BACK TO Lucifer

Rasa dingin.

Tidak dari cuaca, tapi dari dalam dirinya sendiri.

Lucifer berdiri di tengah reruntuhan tak bernama. Batu-batu hitam mengambang di udara, langit berwarna ungu kusam. Segalanya terasa seperti mimpi buruk yang pernah terjadi—berulang kali.

Ia menatap tangannya.

Bekas luka.

Sisa sayap.

Dan… sebuah bayangan yang selalu menghantui.

Seorang perempuan.

Bersinar terang.

Tegas, dingin... namun tak bisa dibenci.

“Aku... membencimu,” gumamnya.

Meski wajahnya samar, ia tahu, ia membenci perempuan itu.

"Athena."

Nama itu keluar bagai racun.

Ia tidak tahu dari mana nama itu datang. Tapi ia tahu, ketika nama itu bergema di dadanya, rasa marah, kalah, dan kesepian kembali menelan dirinya.

"Aku punya rencana besar... Aku ingin menciptakan dunia sendiri... Tapi dia..."

Ia mengepalkan tangan. Batu di sekelilingnya bergetar.

"...dia selalu menggagalkan ku."

Ledakan samar terdengar. Sebuah bangunan runtuh dalam bayangan masa lalu.

"Dan akhirnya... dia menjatuhkan ku."

Ia memejamkan mata. Dan dalam sekejap...

POV Lilac / Stuard — Di Dunia Nyata

Lilac terlonjak.

Jantungnya berdetak keras, seperti dipanggil oleh kekuatan lama yang tak asing.

Ia melihatnya. Lagi.

Bayangan seorang pria bersayap, tubuhnya runtuh, tapi matanya penuh kebencian.

“Lucifer…”

Bisikan itu keluar begitu saja. Tangan Lilac bergetar pelan. Keringat dingin mengalir meski udara di sekitarnya hangat.

“Dulu… kau membenciku.”

Ia menatap tangannya sendiri.

“Aku pun tidak pernah bisa sepenuhnya memaafkan mu.”

Namun...

“Aku tidak akan membiarkanmu bangkit dalam kebingungan.”

Ia berdiri, menarik jubah panjangnya.

Suaranya tenang, tapi tajam.

“Aku akan datang kepadamu. Entah sebagai teman... atau musuh. Tapi kali ini, aku ingin mendengar mu bicara, Lucifer.”

Aku mengetahui nya.. Musuh lamaku

BACK TO LUCIFER

Di balik kabut, Lucifer membuka matanya.

Sekilas, ia melihat cahaya mendekat. Sosok... familiar.

Bukan Athena.

Tapi seseorang…

dengan jiwa yang sama.

Ia tidak tahu apakah ia harus melarikan diri…

atau menunggu.

Tapi untuk pertama kalinya...

ia duduk.

Dan menunggu.

POV Lilac / Stuard

Angin malam bertiup tenang di gunung belakang academy, tepatnya gua tersembunyi dileher gunung. Langit mendung, tapi tidak hujan. Lilac duduk bersila di tengah lingkaran mantra kuno, lingkaran yang hanya digunakan oleh para penenun jiwa.

“Mana ini… terasa... seperti memanggilku.”

Tangannya bergetar saat lingkaran sihir mulai menyala pelan.

Suara dunia luar menghilang.

Dan perlahan…

dunia di sekelilingnya menghilang.

Tempat Lucifer Terkurung

Langkah kaki bergema di antara reruntuhan hitam.

Lilac berjalan pelan, tubuhnya terlihat kecil dibandingkan medan luas yang hancur.

Wujud Stuard tidak bisa digunakan disini, Rambut emasku yang bersinar, mata dan bulu mata emasku tampak bersih dan jernih. (Wujudku setelah seluruh kekuatanku terbuka tanpa cela)

Langit di atasnya retak.

Batu melayang pelan.

Udara terasa berat… seperti menginjak kenangan yang sudah dibakar.

“Tempat apa ini…?” gumanku pelan.

Mataku menelusuri reruntuhan, sampai akhirnya berhenti.

Di sana.

Seseorang duduk di atas singgasana yang runtuh.

Pria itu...tinggi, kurus, dan tampak rapuh.

Rambutnya hitam, panjang, dengan kilauan merah tua samar di ujungnya. Sayap hitam sobek di punggungnya. Dan mata... merah.

Bukan marah. Tapi lelah.

Lucifer membuka matanya perlahan.

Ia membeku.

Sosok itu...

“Athena...”

Lilac menatapnya, bingung. “Apa?”

Lucifer berdiri. Langkahnya berat, seperti menyeret ribuan tahun di punggungnya.

“Kenapa... kau kembali?”

Suaranya pelan, tapi tajam.

“Apa kau ingin menginjakku lagi? Menghancurkan apa pun yang kususun lagi? Kenapa kau di sini, Athena?!”

Lilac terkejut. “Tunggu… aku tidak tahu siapa—”

“Aku tahu mata itu,” desis Lucifer.

“Mata yang sama. Nada suara yang sama. Kau bahkan tidak berubah…”

Lilac menggigit bibir.

“Aku... aku hanya mengikuti aura. Aku tahu siapa kau. Dan aku... ingat pernah bertemu denganmu. Dikehidupanku sebelum ini"

Keheningan panjang.

Lucifer menatapnya dalam-dalam. Jiwanya bergetar.

Itu dia,..tapi bukan.

“...Kau tidak bohong,” gumamnya akhirnya. “Matamu jujur. Untuk pertama kalinya.”

Dia duduk kembali.

“Aku membencimu,” bisiknya lirih.

“Tapi kau bahkan tidak tahu kenapa...”

Lilac melangkah mendekat. Tapi berhenti satu langkah sebelum terlalu dekat.

“Aku tidak tahu bagaimana bisa. Tapi aku bisa merasakan... kesepianmu.”

Lucifer menunduk. Tertawa kecil—pahit.

“Lucu ya... Dulu aku ingin memusnahkan dunia. Sekarang... aku bahkan tidak tahu apa aku ingin hidup.”

Lilac menatapnya.

Dunia terasa bisu.

Tapi di dalam dirinya… ada sesuatu yang bangkit.

Sebuah rasa bersalah… tanpa alasan.

Dan mata itu... terasa familiar, seakan ia pernah menangis karenanya.

Badanku berjalan kedepan, tanganku terulur dan memeluknya hangat. Rasa menyedihkan ini, rasa hancur ini. Hatiku tercabik. Aku tau siapa dia, dia yang selalu menjadi Rivalku di kehidupanku sebelumnya. Selalu dia entah mengapa

Ruang Spiritual – Gua leher bumi

Lingkaran sihir mulai retak.

Lucifer menoleh pelan. “Kau akan terbangun. Tapi kau akan kembali, kan?”

Lilac menatapnya. Masih bingung apa maksudnya kembali? Tapi dengan lembut, ia mengangguk.

“Ya… aku akan kembali.”

Lucifer hanya tersenyum tipis, wajahnya redup. “...Kali ini, mungkin aku tidak ingin bertarung.”

Lucifer mengerutkan dahi saat melihat Lilac tak menjauh.

Sinar putih pucat menyelimuti gadis itu,..bukan karena sihir, tapi karena ketegasan.

Lilac menghembuskan napas.

Langit hitam di atas mereka retak makin parah.

"Aku tidak tahu siapa itu Athena," katanya, mata emasnya tajam namun tenang.

"Tapi kalau memang aku adalah rivalmu... musuh yang harus kau hadapi lagi, untuk kesekian kalinya"

Ia melangkah satu langkah ke depan.

Aura emas samar menyala di bawah telapak kakinya. Dunia seakan menahan napas. Tanganku terulur menangkup wajah lelah dan pasrahnya itu

"...Kalau memang begitu..."

"Aku akan menyegel mu."

Lucifer terdiam.

Lilac menatap lurus padanya.

"...Bukan karena aku ingin menang. Tapi karena aku tidak ingin kau sendirian. Aku... akan ikut masuk ke dalam segel itu. Bersama."

Lucifer terbelalak. “Kau... gila.”

“Tidak.”Suara Lilac tenang.

“Kau lelah. Dunia takut padamu, dan kau membalas dengan teror. Tapi aku... aku hanya ingin memastikan semuanya berhenti. Termasuk penderitaanmu.”

Ia menatap langit runtuh. “Aku tidak tahu kenapa aku merasa begini. Tapi... aku tahu ini benar.”

Lucifer terduduk. Tertawa. Tapi kini... getir dan gentar bercampur.

“Ini... Athena. Ini betul-betul kau.”

Suara pria itu gemetar.

“Dulu kau menyegel ku juga. Tapi bukan dengan tubuhmu sendiri...”

Lilac menggigit bibir.

“Aku bukan dia. Tapi... aku akan menebus apa pun yang dia tinggalkan. Bahkan kalau itu berarti aku harus tenggelam bersamamu.”

Lucifer mendongak. Matanya berkaca-kaca.

Ia tidak tahu apakah ia ingin membunuh gadis ini... atau melindunginya dari dirinya sendiri.

Kristal Para Dewa – Olympus

“Athena? Aku merasakan jiwa Athena di dalam tubuh lilac saat ini!!!" Ares berbicara sambil menatap tubuh asli Athena yang masih tertidur

"Hah? Apa yang sedang Tuhan Pencipta lakukan? Ia berniat menyegel Athena dengan Lucifer?"

"Aura segel kuno itu... dia ucapkan tanpa diajari," kata Apollo terkejut.

Zeus mengepalkan tangan.

“Dia bahkan bersedia dikurung bersamanya. Dia tidak sadar siapa dirinya, tapi jiwanya masih dewi.”

Aphrodite menutup mulutnya. Air mata mengambang.

“Bodoh... kenapa kau selalu mengorbankan dirimu untuk semua orang... bahkan untuk musuh yang ingin membunuhmu?”

"Apa otaknya hanya berisi strategi yang bahkan merusak dirinya sendiri? Hanya demi perdamaian sementara?!!" Ares marah besar, ia bangkit dan hampir turun ke dunia bawah

"Jangan gegabah ares!" Hephaestus mencegahnya

"tapi.." Mereka menggeleng bersamaan kepada Ares

Tapi sesuatu berubah.

Dan jauh di bawah tanah dunia ini...

Lucifer membuka mata perlahan.

Matanya lembut. Tapi langit runtuh di sekelilingnya.

“…Kau benar-benar gila, Athena…”

Setelah hari dimana aku menuju segel Lucifer, aku kembali dengan tubuh lemas... Banyak menguras mana.

Aku menjalani kehidupan dengan baik di Academy, Fokusku sekarang bukan Lucifer, aku merasa ia bukan ancaman yang menjadi masalah besar dimasa depan.

Lingkaran sihir di dunia nyata pecah.

Lilac terbangun dengan peluh dingin dan napas terengah.

Angin dingin berhembus. Langit berwarna kelam keunguan.

Pohon-pohon berdesir... dan sebuah retakan samar muncul di antara akar raksasa pohon tua.

Cahaya gelap menyelinap keluar.

Dari celah itu...

seekor ular kecil bersisik hitam-perak merayap keluar.

Matanya merah menyala sejenak, penuh amarah, penuh kenangan...

tapi dalam satu kedipan, cahaya itu padam. Terganti dengan kebingungan.

"Apa... ini tubuhku?"

Ular kecil itu menggeleng.

"Kecil... lemah... tapi setidaknya... aku masih hidup."

Ia mencoba merayap, tubuhnya gemetar.

Tak jauh dari sana, seorang pria tinggi berambut panjanh, hitam gradasi merah dengan mata emas muncul membawa kantong buku, mata letih, habis latihan malam.

STUARD

Ular itu membeku.

Aura itu...

"Aku menemukannya! Tapi kok laki laki?" Ular kecil itu bergumam.

"Kenapa aku merasa... damai?"

Lilac mendekat, tanpa sadar. Matanya menatap lurus.

"Huh? Ular... kecil?"

Ia jongkok, memerhatikan. Ular itu tak menggigit. Tak bergerak.

Justru... menggulung tubuhnya dan menyentuh ujung sepatu Lilac.

"Lucifer? Auranya mirip sih... Apa semua ular sepertinya?"

"...Lucu juga."

Lilac tersenyum. “Kau tersesat, ya?”

Tanpa tahu apa-apa, ia mengambilnya pelan dan membungkusnya dengan sapu tangan hangat.

Aku kembali ke Asrama dan mulai membersihkan diriku

Ular kecil itu kini tidur di dalam kantong jubah Lilac, dekat meja belajar.

"Namamu siapa, ya?" Lilac menatapnya sambil duduk bersila.

"...Hhmm... kau seperti... 'Lulu'. Ya, aku panggil kamu Lulu."

Ular itu membuka mata.

Tapi tidak bicara. Hanya diam...

Namun... di hatinya, sesuatu terasa aneh. Hangat.

"Dulu kau menyegelkanku, Athena.

Sekarang kau... memberiku nama? DAN ITU NAMA PEREMPUAN!!"

Ular itu tampak acuh dan kembali tertidur.

POV DEWA OLYMPUS

Poseidon berdiri kaku di depan bola kristal.

"...APA?! DIA JADI ULAR?!"

Aphrodite menjatuhkan cangkir teh-nya.

"...Dipelihara Lilac!?"

Zeus menepuk dahi.

"Astaga... kalau dia ingat siapa dirinya nanti, bisa-bisa.."

Ares tertawa kencang.

"HAHAHA! Jadi ular!! DIA JADI ULAR DI KANTONG DEWI KEADILAN! IRONI!!"

"Haduh.. Rencana apa yang dia pikirkan" Zeus menggeleng ketika melihat Lucifer mulai mendekati lilac yang berada di Academy.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!