NovelToon NovelToon
Asmaraloka

Asmaraloka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Reinkarnasi / Time Travel / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Naik Kelas
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

Ketika Romeo dan Tina mengunjungi sebuah museum desa terpencil, mereka tidak pernah menyangka bahwa patung kuno sepasang Dewa Dewi Asmara akan membawa mereka ke dunia lain—Asmaraloka, alam para dewa yang penuh kemegahan sekaligus misteri. Di dunia ini, mereka bukan lagi manusia biasa, tapi reinkarnasi dari Dewa Kamanjaya dan Dewi Kamaratih—penguasa cinta dan perasaan.
Terseret dalam misi memulihkan keseimbangan cinta yang terkoyak akibat perang para dewa dan iblis, Romeo dan Tina harus menghadapi perasaan yang selama ini mereka abaikan. Namun ketika cinta masa lalu dan masa kini bertabrakan, apakah mereka akan tetap memilih satu sama lain?
Setelah menyadari kisah cinta mereka yang akan berpisah, Sebagai Kamanjaya dan Kamaratih mereka memilih hidup di dunia fana dan kembali menjadi anak remaja untuk menjalani kisah yang terpisahkan.
Asmaraloka adalah kisah epik tentang cinta yang melintasi alam dan waktu—sebuah petualangan magis yang menggugah hati dan menyentuh jiwa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3. Menuju Hotel

...****************...

Hujan deras terus mengguyur saat Romeo dan Tina masuk ke dalam bus dengan pakaian basah kuyup. Para siswa lain, yang sudah berlindung di dalam bus, memandang mereka dengan rasa ingin tahu bercampur kekhawatiran. Wali kelas memeriksa kondisi mereka dengan cepat sebelum akhirnya membiarkan mereka duduk dan menghangatkan diri.

Romeo dan Tina duduk di bangku paling belakang, masih terengah-engah setelah kejadian barusan. Tina membungkus dirinya dengan jaket yang diberikan Romeo, masih bergetar, bukan hanya karena dinginnya hujan tetapi juga karena rasa takut yang masih membayangi pikirannya.

Romeo menatap Tina dengan serius. "Tina, lo tadi kenapa sih? Gue nggak pernah lihat lo sekaget itu," tanyanya dengan nada lembut, mencoba membuat Tina lebih tenang.

Tina menggigit bibirnya, ragu-ragu untuk menjawab. Akhirnya, ia berkata pelan, "Gue nggak tau, Rom. Gue ngerasa ada sesuatu... di belakang Jovan. Gue nggak yakin itu nyata atau bukan, tapi... itu bikin gue takut banget."

Romeo menghela napas panjang, mencoba memahami apa yang Tina alami. "Mungkin cuma bayangan atau refleksi cahaya, ya? Desa ini kan banyak cerita mistis, jangan-jangan itu cuma beban pikiran Lo aja." katanya mencoba menenangkan.

Tina hanya menggeleng pelan. "Enggak tau, Rom. Gue cuma nggak mau kejadian kayak tadi terulang lagi."

Melihat Tina yang masih pucat, Romeo mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Tina. "Lo nggak usah takut. Gue di sini buat jagain lo. Apa pun yang lo lihat, gue nggak bakal ninggalin lo sendirian," katanya dengan tulus.

Tina menatap Romeo dengan mata yang mulai sedikit tenang. "Makasih, Rom. Gue nggak tau apa yang bakal gue lakuin kalau lo nggak ada tadi," katanya lirih.

Perjalanan menuju hotel akhirnya dimulai lagi, dengan suasana di dalam bus yang mulai tenang. Namun, di tengah keramaian siswa lain yang sibuk mengobrol, Tina dan Romeo menyadari bahwa pengalaman barusan meninggalkan sesuatu yang tak terlupakan di hati mereka berdua.

"Jangan ceritain lagi Tina, kalau Lo gak siap dan masih takut." kata Romeo yang menenangkan Tina gadis itu mengangguk pelan. Dinar yang pindah ke tempat dan bertukar dengan Romeo.

 "Gue aja yang temenin dia." Romeo setuju dengan Dinar.

Romeo mengangguk, menyerahkan tempat duduknya kepada Dinar yang sudah menatap Tina dengan penuh perhatian. "Gue di depan aja, biar Dinar yang nemenin lo," kata Romeo pelan sebelum berdiri.

Tina menggenggam jaket Romeo erat-erat, seperti enggan melepas kehadirannya. Namun, ia tahu Dinar bisa menjadi teman yang tepat untuk menenangkannya. "Oke... makasih, Rom," jawab Tina dengan suara pelan, masih terdengar lelah.

Romeo tersenyum kecil, menepuk bahu Dinar. "Tolong jaga dia, Din. Gue di depan kalau ada apa-apa." Dinar mengangguk penuh keyakinan, lalu duduk di samping Tina.

...****************...

Setelah Romeo pergi ke kursi depan, Dinar langsung memandang Tina dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. "Lo kenapa sih, Tin? Kok sampai segitunya?" tanya Dinar, suaranya lembut, tak ingin membuat Tina semakin tertekan.

Tina menghela napas panjang, menatap keluar jendela yang dipenuhi tetesan hujan. "Gue nggak tau, Din. Gue cuma merasa ada sesuatu... di belakang Jovan tadi. Rasanya kayak bukan cuma bayangan atau halusinasi biasa," katanya dengan suara yang hampir berbisik.

Dinar mengangguk pelan, mencoba memahami situasi yang dialami temannya. "Udah, nggak usah dipikirin dulu, ya. Lo butuh istirahat. Kalau lo terus mikirin, nanti malah makin parah," ujarnya sambil meraih tangan Tina, mencoba memberi rasa tenang.

Tina mengangguk kecil, mengerti maksud Dinar meskipun hatinya masih diliputi rasa takut. Ia bersandar di kursi, mencoba mengosongkan pikirannya.

Sementara itu, Romeo yang duduk di depan hanya bisa mencuri pandang ke belakang sesekali, memastikan Tina baik-baik saja. Dalam hati, ia berharap kejadian tadi tidak meninggalkan bekas trauma yang mendalam bagi gadis itu.

Tina, yang mulai bisa mengendalikan dirinya setelah hampir sampai di hotel, akhirnya membuka mulut. "Tadi... tadi... gue lihat orang besar banget, serem banget, Naar. Gue beneran takut," ceritanya, suaranya gemetar, mengingat kejadian yang membuatnya berlari histeris.

Dinar mengerutkan kening, bingung. "Orang besar? Maksud lo apa?"

Sebelum Tina bisa menjelaskan lebih lanjut, Romeo datang dari kursi depannya dan menyerahkan handuk kecil kepada Tina. "Udah kalau gak bisa diceritain jangan dulu.Nih, Tina. Lo kedinginan," kata Romeo, suaranya lembut.

Tina menerima handuk itu dengan tangan yang masih gemetar, mengucapkan terima kasih dengan suara pelan. "Makasih, Rom," ucapnya sambil mengelap wajah dan tangannya yang basah.

Dinar menatap Romeo sejenak sebelum kembali ke Tina. "Mungkin lo kecapekan, Na, makanya lo jadi kayak gitu. Tapi gue di sini, tenang aja," kata Dinar sambil merangkul sahabatnya, mencoba menenangkan.

Romeo, yang juga masih khawatir, memandang Tina dengan serius. "Apa yang lo lihat tadi? Mungkin itu cuma bayangan atau efek dari lampu-lampu di desa tadi," tambahnya, mencoba memberikan logika di tengah-tengah rasa takut yang dirasakan Tina.

Namun, Tina hanya menggeleng pelan, masih merasa takut dengan sosok yang ia lihat. "Gue gak tau, Rom... tapi tadi gue ngerasa bener-bener ada yang ngikutin kita."

Suasana di dalam bus menjadi hening sejenak setelah pengakuan Tina. Dinar merangkul Tina lebih erat, mencoba memberi rasa aman. "Udah, Na. Kita udah aman sekarang. Apa pun yang lo liat tadi, gak akan bisa ngapa-ngapain lo di sini," kata Dinar dengan nada meyakinkan.

Romeo, yang tetap berdiri di samping mereka, menghela napas pelan. "Gini aja, nanti kita ceritain ke Bu Guru atau siapa pun yang ngerti soal daerah ini. Kalau ada sesuatu yang aneh, mereka pasti tahu gimana ngatasinnya," usulnya.

Tina menatap Romeo dengan mata berkaca-kaca, merasa sedikit lega mendengar perhatian dari teman-temannya. "Iya... mungkin gue cuma terlalu capek," jawabnya pelan, meskipun hatinya masih diliputi keraguan.

Dinar tersenyum kecil, mencoba mencairkan suasana. "Gue yakin setelah makan malam, tidur di kasur hotel, lo bakal lupa sama kejadian ini, Na. Apalagi kalau kita nonton film bareng nanti malam," katanya dengan nada ceria.

Romeo menimpali, mencoba mengikuti suasana yang mulai lebih ringan. "Asal bukan film horor ya. Kalau horor, Tina bisa lari lagi tengah malam," candanya, membuat Dinar terkekeh. Tina hanya memutar mata, meski sudut bibirnya mulai terangkat sedikit.

Di balik percakapan ringan itu, Romeo diam-diam tetap waspada. "Kalau memang ada sesuatu, gue harus jaga Tina dan anak-anak lain," pikirnya dalam hati, sambil kembali ke kursinya. Ia memutuskan untuk lebih memperhatikan apa yang terjadi di sekitar mereka selama perjalanan ini.

Karena suasananya sudah stabil lagi kini Wali kelas berdiri di depan bus, menyampaikan pengumuman dengan suara tegas. "Anak-anak, besok kita akan melanjutkan wisata lagi di Desa Asmaraloka karena ada studi banding di sana. Mereka sudah menyiapkan villa dan tempat peristirahatan untuk kita, jadi ibu harap kalian bisa mematuhi peraturan di sana," katanya, sambil menatap seluruh siswa.

Anak-anak yang duduk di kursi mereka tampak mendengarkan dengan seksama, beberapa terlihat lelah setelah perjalanan panjang.

Wali kelas melanjutkan, "Baik, sekarang kita sudah sampai di hotel. Kalian akan diantar oleh pegawai hotel ke kamar masing-masing. Tolong istirahat dengan baik karena besok akan menjadi hari yang cukup sibuk."

Begitu bus berhenti di depan hotel, para siswa mulai bergerak perlahan, mengambil tas mereka dan keluar dari bus. Tina, yang masih terpengaruh oleh kejadian tadi, berjalan dengan hati-hati di samping Dinar dan Romeo. Romeo masih membawa handuk kecil yang diberikan kepada Tina sebelumnya.

"Besok kita bakal balik lagi ke desa itu, ya?" tanya Tina dengan nada cemas pada Dinar.

"Iya, tapi lo santai aja, Na. Kita bakal di villa, gak bakal ada yang aneh-aneh," jawab Dinar, mencoba menenangkan.

Romeo yang berjalan di belakang mereka ikut menambahkan, "Gue yakin besok bakal lebih aman. Gue sama lo, jadi gak usah takut."

Mereka pun masuk ke hotel, disambut oleh pegawai yang mengarahkan mereka ke kamar masing-masing. Meskipun suasana sudah mulai tenang, Tina masih merasa ada sesuatu yang ganjil di Desa Asmaraloka, tapi ia berusaha menyembunyikan rasa cemasnya dan mengikuti teman-temannya masuk ke kamar.

1
sjulerjn29
" kita beneran dewa"😂
sjulerjn29: ya ampun thor suasana kerajaan tp gk ngebosenin .
thor mampir di episode baru ceritaku😊🤭
total 1 replies
HNP
semangat, jangan lupa follback.💪
iqbal nasution
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!