Saat cinta menyapa, mampukah Resti menepis rasa dendam itu?
Restina Adelia, menerima pinangan Raka Abhimana. Pernikahan mereka, hanya diwarnai pertengkaran demi pertengkaran. Suatu hari, Raka pulang dalam keadaan mabuk, hingga membuka rahasia kematian orang tua Resti.
Resti pun memutuskan pergi dari kehidupan Raka. Saat itulah, Raka menyadari perasaannya pada Resti. Mampukah Raka menemukan Resti? Bagaimana cara Raka meyakinkan Resti, bahwa hanya Resti pemilik hatinya, setelah Raka menyakiti Resti terus menerus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ruth89, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 33 ~ Perdebatan
"Tidak, kok. Lanjutkan saja perpisahan kalian. Aku masuk dulu," pamit Resti.
Tanpa menunggu respon keduanya, Resti segera menutup pintu kamar. Ia lelah melihat sandiwara yang Riska lakukan. Resti pun kehilangan moodnya. Ia menutup laptop dan memilih berganti baju.
Entah mengapa, ia ingin mengunjungi rumah yang pernah menjadi tempatnya berteduh. Rumah, yang selalu ia rindukan. Saat ia akan keluar dari kamar, pintu terbuka. Raka berdiri tepat di hadapannya.
Tak ingin berdebat, Resti pun melewatinya begitu saja. Raka pun menahan langkah Resti. Ia memegang pergelangan tangan sang istri.
"Mau kemana?" tanya Raka datar.
"Kemana saja. Aku bosan di rumah," jawab Resti seraya melepas pegangan Raka dari tangannya.
"Aku antar," ujar pria itu.
"Tidak perlu. Aku ingin sendiri." Resti menjawab dengan tegas. Kemudian, ia melanjutkan langkahnya.
Raka hanya bisa menatap punggung Resti hingga menghilang di balik pintu. Raka hanya bisa menghela napas perlahan. Aku harus memperbaiki hubungan kami. Bagaimana pun, dia sedang mengandung anakku.
***
Resti menatap bangunan tua, yang sudah ia tinggalkan selama beberapa bulan. Sejak menikah, ini kali pertama ia menginjakkan kaki di sana. Terlihat, banyak rumput yang tumbuh di halaman rumah orang tuanya.
Perlahan, Resti melangkah masuk. Menatap sekeliling sesaat, sebelum membuka pintu. Ada banyak debu dan sarang laba-laba. Sangat wajar, bila rumah itu dibiarkan kosong selama lebih dari tiga bulan. Resti meletakkan tasnya dan mulai membersihkan rumah.
Ia menggunakan masker untuk menghindari terhirupnya debu. Selama kurang lebih dua jam, Resti menyelesaikan pekerjaannya. Rumah itu sudah terlihat bersih. Tak lagi terlihat seperti saat ia masuk. Aromanya pun, terasa familiar
"Aku merindukan rumah ini," gumamnya.
Setelah menyelesaikan bagian dalam rumah, Resti melanjutkan pekerjaannya ke halaman. Mencabuti rumput liar, dan menyirami tanaman yang mungkin, masih bisa ia selamatkan.
Terlalu asyik dengan kegiatannya, Resti tak menyadari waktu yang berlalu. Ia bahkan tak tahu, jika ponselnya sudah berulang kali berdering. Saat ia menyelesaikan pekerjaannya, Resti tersenyum senang. Rumah itu terlihat seperti dulu.
"Inilah rumah yang aku rindukan. Rumah yang selalu membuatku nyaman."
Melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, Resti terkejut. "Wah, aku lupa waktu. Ini sudah sangat sore. Sebaiknya aku kembali dulu."
Ia bergegas masuk mengambil tas. Setelah memastikan rumah terkunci, ia segera melangkah pergi. Sayangnya, Resti kembali tepat saat jam sibuk. Di mana kendaraan yang berlalu lalang semakin ramai.
Akhirnya, ia bisa tiba di rumah tepat pukul tujuh malam. Hampir satu setengah jam ia habiskan di jalan. Sedikit terkejut, saat melihat mobil Riska di sana. Mau apa lagi, dia ke sini?
Resti melangkah masuk. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar pembicaraan di dalam. Ia memfokuskan pendengarannya, untuk mendengarkan pembicaraan antara Raka dan Riska.
"Aku tahu, kamu tidak mencintai dia, 'kan?"
Resti mengenal suara Riska. Suaranya terdengar putus asa. Entah sejak kapan mereka berbicara. Selama beberapa detik, Raka memilih diam.
"Jawab aku, Ka. Aku butuh kepastian darimu. Jika kau mencintai Resti, aku akan memilih pergi!"
"Aku gak tahu, Ris. Jujur, aku belum bisa melupakan kamu. Tapi, aku juga gak mungkin melepas Resti!"
Kali ini, Raka menjawab. Resti memejamkan mata sesaat mendengar jawaban sang suami. Ia merasa, bila Raka terlalu serakah.
"Kamu gak bisa poligami. Aku gak suka dimadu!"
Dari nada suara Riska, Resti tahu wanita itu tengah marah. "Aku pun tidak mau dimadu. Lebih baik aku melepas dia, dibanding harus mempertahankan rumah tangga, yang jelas-jelas sudah rusak!" gumam Resti.
Kpan lgi nie kax🥰🥰🥰🥰🥺🥺🥺🥺🥺🥺