NovelToon NovelToon
Menikahi ustad tampan

Menikahi ustad tampan

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:18.7M
Nilai: 4.7
Nama Author: triani

Zahra, gadis biasa yang begitu bahagia dengan kehidupan remaja pada umumnya, tiba-tiba harus meminta seorang ustad yang usianya jauh di atas dirinya untuk menikah.

***
"Ustadz Zaki!" panggilnya dengan sedikit ngos-ngosan, terlihat sekali jika gadis itu baru saja berlari.

Dua pria berbeda generasi yang tengah berbicara itu terpaksa menoleh kepadanya.

"Zahra, bisa sedikit sopan kan, kamu tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa!?" pria dengan baju putih dengan rambut yang juga sebagian memutih itu terlihat kesal, tapi si gadis tidak mengindahkannya. Tatapannya hanya tertuju pada sang ustadz.

"Ustad, menikahlah denganku!"

Pernyataan gadis itu tentu membuat sang ustadz tercengang, ia menatap pria di depannya bergantian dengan gadis yang baru datang dan tiba-tiba mengajaknya menikah itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Beli pembalut

Akhirnya ustad Zaki sampai juga di rumah masih dalam keadaan gelap, dan benar saja seperti dugaannya Zahra bahkan belum beranjak dari atas tempat tidur.

"Assalamualaikum, dek!" ucap ustad Zaki saat memasuki rumah, tapi segera ia mengucapkan istighfar saat melihat istrinya masih bermanja di atas tempat tidur.

"Astaghfirullah hal azim!?" dengan cepat ustad Zaki mendekati Zahra dan menarik selimutnya, "Waktu shubuh sudah hampir habis, bangunlah!?"

"Hehhhhh, iya! Berisik banget sih!" Zahra sudah terduduk karena terkejut ustad Zaki menarik selimutnya dengan kasar.

"Astaghfirullah hal azim!?" lagi-lagi ustad Zaki mengucapkan istighfar begitu menyadari ia hampir tersulut emosi, "Maafin mas, tapi ini beneran mataharinya sudah hampir terbit!"

Tiba-tiba Zahra memegangi perutnya dan wajahnya terlihat pucat,

"Dek, kamu sakit ya?"

Zahra hanya menggelengkan kepalanya, "Aku mau ke kamar mandi!"

Zahra pun segera turun dari tempat tidur dan berjalan cepat ke kamar mandi. Ustad Zaki merasa khawatir dengan keadaan Zahra, tapi kemudian tatapan ustad Zaki terarah pada seprei putih yang terdapat noda merah.

"Dek Zahra datang bulan ya!?" gumamnya pelan, ia jadi semakin merasa bersalah.

Ia pun mendekati pintu kamar mandi dan mulai mengetukkan tangannya di pintu kamar mandi.

tok tok tok

"Dek, kamu tidak pa pa?"

"Enggak!"

"Yakin?"

"Iya!"

Walaupun begitu, ustad Zaki enggan meninggalkan Zahra. Ia memilih melepas seprei kotornya dan menyimpannya di dalam keranjang baju kotor.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka sebagian, dan Zahra hanya mengeluarkan kepalanya.

"Mas ustad, bisa bantu Zahra nggak!" baru kali ink Zahra bicara dengan nada yang lembut membuat ustad Zaki terpaku.

"I_iya, apa?"

"Aku sebenarnya kehabisan pembalut, tapi kalau mas ustad tidak bisa aku bisa pergi sendiri!"

"Tidak, biar mas yang pergi. Kamu duduklah, perutmu pasti sakit."

"Hmmm!"

Akhirnya ustad Zaki melepaskan sarungnya dan mengangkat dengan celana panjang, tidak lupa ia mengambil ponsel dan juga dompetnya.

"Tetap aktifkan ponsel kamu ya!"

"Buat apa?"

"Aktifkan saja, siapa tahu butuh! Assalamualaikum!"

"Waalaikum salam!"

Ustad Zaki pun benar-benar pergi, ia sengaja membawa motornya agar cepat sampai ke minimarket terdekat.

Hanya butuh waktu lima menit dan akhirnya ia sampai di minimarket 24 jam, karena jika di toko biasa belum ada yang buka sepagi ini.

"Selamat datang!" sapa karyawan minimarket dan ustad Zaki hanya tersenyum.

Ia segera menuju ke rak-rak yang berjejer dan mencari rak yang berisi pembalut.

"Yang mana ya?" gumamnya karena begitu banyak mereka pembalut yang terpajang di sana dengan berbagai ukuran.

Ustad Zaki pun mengambil foto jejeran rak itu dan mengirimkannya pada Zahra.

05.15

//Dek, mau pilih ya mana?//

05.16

//Yang hijau, atau ungu, atau yang pink?//

Zahra

05.20

//Yang tiga puluh lima centi, yang warna ungu//

ustad Zaki

05.21

//Ok, tunggu mas pulang ya, mas sekalian beli ini//

05.22

Tapi Zahra tidak lagi membalas pesan dari ustad Zaki.

Akhirnya ustad Zaki mengambil beberapa bungkus pembalut seperti yang di minta oleh Zahra tidak pula beberapa botol obat pereda nyeri.

Setelah keranjangnya penuh, ustad Zaki segera menuju ke kasir dan melakukan pembayaran.

Tentu hal itu menjadi pusat perhatian karyawan minimarket, siapa yang tidak kenal dengan ustad tampan ini,

"Belanja sendiri ustad?"

Ustad Zaki lagi-lagi hanya tersenyum,

"Enak ya jadi istri ustad Zaki, sudah ganteng perhatian lagi."

Lagi-lagi ustad Zaki hanya tersenyum, tapi tanpa ia sadari senyumnya itu selalu berhasil membuat siapapun meleleh dengan lesung pipinya.

"Sudah?" tanyanya kemudian setelah kasir selesai dengan pekerjaannya.

"Sudah ustad, semuanya dua ratus ribu!"

Ustad Zaki pun mengeluarkan uang dua lembar seratus ribuan dan memberikannya pada kasir, satu kantong pstik besar sudah berpindah ke tangannya yang hanya berisi pembalut juga larutan pereda nyeri perut.

"Ustad!?" suara seseorang berhasil menghentikan langkah ustad Zaki saat menuruni tangga minimarket.

"Assalamualaikum, dek Imah!"

"Waalaikum salam ustad, belanja ya?" tanyanya sambil mengamati kantong plastik besar yang transparan milik ustad Zaki, "Banyak sekali ustad belinya?"

Ustad Zaki tersenyum tipis, "Iya, biar sekalian untuk beberapa bulan!"

"Itu, larutannya kenapa beli banyak?"

"Aku tidak tahu apa yang harus aku beli untuk meredakan nyeri perutnya dek Zahra, jadi aku beli ini."

"Kayaknya nggak terlalu bagus deh ustad, oh iya Imah punya sesuatu!"

Fatimah mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya,

"Lebih baik pakek ini saja, soalnya ini hanya di tempelkan di perut jadi nggak terlalu beresiko."

Ustad Zaki menatap benda tipis yang ada di tangan Imah,

"Jangan sungka. ustad, ambil saja. Imah belum perlu!"

"Terimakasih ya!" akhirnya ustad Zaki menerimanya.

"Sama-sama ustad!"

"Dek Imah mau ke mana? Atau dari mana?"

"Imah habis dari pasar, mau pulang."

"Ohhh!? kalau begitu saya duluan ya dek Imah."

"Iya!"

"Assalamualaikum!"

"Waalaikum salam!"

Akhruh ustad Zaki meninggalkan Imah sendiri, walaupun mereka sejalan tapi ustad Zaki tidak berani menawarinya tumpangan takut menimbulkan fitnah.

Sedangkan Fatimah masih berdiri terpaku di tempatnya melihat motor ustad Zaki yang semakin menjauh, ia padahal berharap ustad Zaki akan menawarinya tumpangan.

Bersambung

Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya

Follow akun Ig aku ya

IG @tri.ani5249

...Happy Reading 🥰🥰🥰...

1
yuning
paling suka kalau Jahra ketemu parit 🤣🤣🤣
Novika Riyanti
alhamdulillah 🥰
mksh kk baik🥰
Tri Ani: sama2 kak, ditunggu kehadirannya
total 1 replies
Sativa Kyu
👍👍👍
yuning
sweet banget mas ustadz
Cah Dangsambuh
tapi boleh kan kak aku nabung bap dulu soale baru dikit 😃/Pray/
Tri Ani: siap nggak pa pa kak, pokoknya aku tunggu kehadirannya biar tambah semangat nulisnya
total 1 replies
Cah Dangsambuh
alhamdulillah semoga kak tri selalu sehat dan di mudahkan segala urusanya sehingga bisa up tiap hari
Tri Ani: aamiiiiin
total 1 replies
siffa_ fauzhia
akhirnyaaaaaaaaa
yuning
aku suka tempe menjes
yuning
Imah,sifat aslinya keluar
Tri Ani: ya begitulah manusia
total 1 replies
Aiko_azZahwa
semakin seruuuuuu....
Tri Ani: di tunggu koment selanjutnya ya kak
total 1 replies
Sukeni Warsito
cantik saya suka
Ides Yulianti
😍👍👍
Sukeni Warsito
Luar biasa
Siti Fatmah
keren
Diah Wijayanti
Luar biasa
Rita susilawati
lucu nya crita ini kayak nyata deh🤣
Rita susilawati
🤣🤣🤣🤣 acieee cemburu
Alecia Gamoy
cerita ustadz Farid apa judulnya ya Thor 🥲
Raudah
kejutan yg luar biasa,so sweet ustadz aku juga mau
Raudah
mati kutu aku kaya gini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!