Kisah bujang lapuk penjual celana kolor keliling yang memiliki kisah pahit bersama wanita, tiba tiba dihadapkan pada kejadian di mana dia harus menikahi tiga belas wanita secara bersama.
Kejadian apakah itu? Bagaimanakah ceritanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penjahat Beraksi
Siang hari ini udara terasa begitu menyengat. Panasnya terasa seperti membakar kulit. Padahal waktu belum menunjukan pukul dua belas siang. Mungkin panas yang menyengat, akibat dari banyak orang yang berlalu lalang hingga banyaknya bangunan yang atapnya bukan dari genting.
Disalah satu sudut sebuah pasar, nampak tiga wanita yang masih terlihat muda dan satu orang wanita yang sudah tidak muda lagi, sedang duduk di depan deretan kios yang tertutup. Tangan mereka masing masing memegang segelas gede es cendol guna melepas dahaga mereka.
Tiga wanita muda itu terlihat sangat antusias menikmati minuman dingin yang sama sekali tidak pernah mereka rasakan sebelumnya. Di negara asal mereka memang tidak ada jenis minuman tradisional seperti itu. Makanya mereka terlihat senang saat di ajak untuk membelinya sebelum mereka pulang.
Tidak sampai tiga puluh menit, es cendol itu telah habis mereka santap. Dengan keadaan badan yang kembali merasa segar, empat wanita itu mulai beranjak menuju jalan raya guna mencari angkot untuk pulang.
Tidak ada obrolan yang berarti diantara ke empat wanita itu. Bahkan saat mereka sudah naik angkutan umum, mereka lebih banyak diam hingga mereka sampai di tempat tujuan. Tidak lebih dari sepuluh menit, mereka telah sampai di komplek dimana mereka tinggal.
Saat mereka mulai melangkah memasuki jalan komplek, tak jauh dari mereka, ada tiga pasang mata yang mengawasi gerak gerik mereka. Ketiga orang itu bersembunyi di dalam mobil dan mengawasi tiga wanita yang sedang mereka cari.
"Ternyata benar, mereka wanita yang kita cari," ucap salah satu dari mereka yang memang mengenali wajah wajah targetnya.
"Kalau begitu kenapa kita tidak bergerak saja sekarang, Jo? Mumpung ada kesempatan," usul si kepala plontos.
"Jangan! Kita awasi dulu keadaannya. Jalankan mobil, kita ikuti mereka!" titah Bejo.
Empat wanita yang tengah berjalan kaki menuju rumah itu tak menyadari ada mobil yang mengikuti mereka. Panas matahari membuat mereka ingin cepat cepat sampai di rumah. Cukup jalan kaki kurang lebih selama lima menit, mereka sudah sampai di tempat tujuan. Ke empat wanita itu segera saja menuju pintu belakang.
Sedangkan mobil yang mengikuti para wanita itu, memilih terus berjalan melewati rumah yang dihuni wanita incaran tiga pria yang ada di dalam mobil. Mereka sengaja ambil jalan lurus agar tidak dicurigai dan juga untuk menunggu waktu yang tepat buat membawa wanita itu meski hanya salah satunya.
Sementara itu di lain tempat, Jiwo dan salah satu istrinya sedang duduk di sebuah warung makan. Mereka sedang istirahat sambil menikmati makan siang.
Kali ini tempat jualan Jiwo jaraknya lumayan jauh dari desanya. Meski begitu, kedatangan Jiwo seperti sudah ditunggu oleh orang orang kampung tempat tujuannya berdagang. Mungkin karena Jiwo sudah cukup lama tidak jualan keliling di daerah itu. Di tambah lagi, Jiwo jualan sambil membawa istrinya. Makin gebohlah para warga yang memang sudah mengenal Jiwo.
"Setelah ini, kita kemana lagi, Mister?" tanya sang istri yang di beri nama panggilan Aziza.
"Kita ke desa lain, sekalian menuju arah pulang," jawab Jiwo lalu dia menyalakan batang rokoknya. Keduanya memang sudah selesai makan belum lama ini.
"Kok cepet? Nggak sampe sore?"
"Sekarang kan kita berada di desa yang jaraknya lumayan jauh dari kampung kita. Nanti kita sampai rumah juga udah sore."
Aziza nampak manggut manggut. Lalu dia menyeruput es tehnya yang tinggal setengah gelas. "Menurut Mister, orang orang yang menculik kita, bakalan datang lagi nggak ya?"
"Ya pastilah, mereka aja sampe mau susah susah mencari alamat keberadaan kalian. Maka itu sekarang kita harus bergegas, agar kita pulangnya nggak kemalaman."
"Oke."
Jiwo dan sang istri segera beranjak meninggalkan warung makan.
Waktu perlahan terus berjalan. Kini sore hampir menyapa. Di rumah Jiwo, para istri dan emaknya lagi santai di depan televisi. Tidak adanya kegiatan membuat mereka memilih menonton televisi sekalian belajar bahasa negara ini. Sementara itu, tak jauh dari rumah Jiwo, sebuah mobil terparkir di sebuah lahan kosong, yang menuju area persawahanan. Mobil yang berisi Bejo dan dua rekannya itu memang sengaja bersembunyi di tempat yang sepi agar tidak dicurigai warga.
Saat mereka sedang serius mengawasi, mata mereka melihat dua wanita yang mereka incar keluar dari rumah. Mereka sontak tersenyum senang. Melihat keadaan sekitar yang cukup sepi, mereke bergegas menyalakan mobil dan perlahan mendekati dua wanita yang sedang terlihat riang.
Tentu saja dua wanita itu kaget saat tiba tiba ada mobil yang berhenti menghalangi jalan mereka. Dan mereka lebih kaget lagi saat melihat siapa yang turun dari dalam mobil.
"Hallo, Nona nona, apa kalian masih ingat dengan kami?"
Deg!
...@@@@@...
yach.. namanya juga fantasi/Smug/