Dinda,Arin,Dimas,Dani dan Wiira berencana mengisi liburan setelah ujian akhir sekolah,mereka berencana pergi ke naik ke gunung ciremai.
Fadilah dan Farhan teman teman Dani yang mendengarnya ikut bergabung,mereka adalah seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi dikota Jakarta sedang liburan ditempatnya Dani.
Mereka tak menyangka liburan mereka jadi bencada dan mengakibatkan kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JK Amelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bahaya masih mengintai
Dinda terbangun,ia menatap sekelilingnya,terlihat disampingnya ibunya Yanti tidur ditepi tempat tidur,tenggorokan kering,ia merasakan sangat haus seolah-olah ia sudah tertidur begitu lama.
"Bu..,"Dinda membangunkan ibunya yang tidur disampingnya sambil duduk dikursi.
Bu Yanti tergagap,ketika ia bangun dan melihat Dinda udah siuman,ia langsung menangis memeluk Dinda.
"Dinda!! Ya Allah nak,kamu sudah sadar,"tangis haru dan bahagia menyelimutinya.
"Bu aku dimana?"Dinda melihat sekelilingnya.
"Kamu dirumah sakit nak,kamu sudah seminggu tidak sadarkan diri,"ungkap ibunya.
Pikiran Dinda mengalir,"rumah sakit,apa yang terjadi,kenapa aku bisa disini?"batin Dinda berkecamuk berbagai pertanyaan berada dibenaknya,ia belum bisa mencerna kejadian sebelum ia pingsan.
"Apa yang kamu pikirkan nak,sudahlah lupakan semuanya,yang penting kamu selamat."
Mendengar perkataan ibunya,sedikit demi sedikit Dinda mulai mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
"Persembahan,orang banyak, Dimas,ya Dimas dia mau membunuhku,"sambil bergumam Dinda segera memeriksa dadanya,terlihat bekas jahitan disana.
"Berarti aku tidak mimpi Dani,kakek,dimana mereka?"Dinda menatap wajah ibunya penuh kekhawatiran menanyakan perihal Dani dan Kakeknya,ia mulai menangis mengingat kejadian horor yang dialaminya.
"Dinda kamu tenang nak,kamu tenang,kamu aman sekarang,"ibunya berusaha menenangkannya.
"Bu bagaimana keadaan Dani dan kakek?Apakah mereka baik-baik saja,dimana mereka bu?"berbagai pertanyaan meluncur dari bibir Dinda.
"Sssttt....,kamu tenang dulu,mereka tidak apa-apa,kamu tenang ya."
Dinda menyeka airmatanya,ia merasa sedikit lega mendengarnya,tapi rasa khawatir tetap terselip dihatinya,bagaimanapun bayangan kejadian itu masih melekat dikepalanya,semuanya terasa begitu menakutkan dan membuatnya trauma,"Bu,apakah Dimas,Farhan dan Fadilah tertangkap?"
Ibunya Dinda terdiam sejenak,lalu dia menatap Dinda,"sebagian melarikan diri termasuk Dimas dan Fadilah,sedangkan Farhan ditembak ketika dia ditangkap dan melawan polisi,dan ternyata Dimas adalah pemimpin salah satu sekte,data-data tetang dia semuanya palsu,siapa dia tidak ada yang tahu,sudahlah lupakan semuanya nak,yang penting kamu sudah selamat."
Dinda terhenyak,ia semakin khawatir dan masih tidak percaya bisa mengalami kejadian yang begitu horor dan bagaimana bisa Dimas melakukan itu,Dimas yang ia kenal baik dan sering membantunya ternyata mengincar dirinya dan ternyata ia adalah pemimpin sekte,apakah selama ini ia tidak mengenal Dimas,berbagai pikiran berkecamuk dikepalanya.
Ibunya yang melihat Dinda diam terhenyak memeluknya dan berusaha menguatkannya,ia tahu apa yang sedang dipikirkan anaknya.
Beberapa hari kemudian setelah Dinda pulang dari rumah sakit,ia mulai kembali bersekolah,tapi kejadian itu membuatnya trauma,dia jadi sering waspada melihat orang asing didekatnya dan takut kalau keluar rumah sendirian.
Dan siang itu ketika Dinda sedang menunggu Dani didepan gerbang sekolah,secara tak sengaja matanya menatap dua orang yang berdiri diseberang jalan sedang memperhatikan kearahnya,Dinda menatap mereka rasa-rasanya ia seperti mengenal mereka.
"Siapa ya,aku seperti mengenal mereka,tapi siapa?Dimana?"Dinda terus berfikir dan tiba-tiba ia teringat sesuatu,mata itu,tatapan itu,tiba-tiba ia teringat pada seseorang.
"Dimas,Fadilah!!"tubuh Dinda seketika gemetar,wajahnya pucat pasih,ia mulai ketakutan,berusaha mengalihkan pandangannya.
"Hei!! Dinda kamu kenapa?"Dani sudah berdiri didepannya,dengan sepeda motornya,ia terkejut melihat tubuh Dinda gemetar dan wajahnya pucat pasih.
"Dan,aku melihat mereka Dan,"tubuh Dinda gemetar,wajahnya pucat dan terlihat panik.
"Mereka siapa?"Dani mengenggam tangan Dinda yang gemetar dan sangat dingin.
"Dimas, Fadilah,aku takut Dan,"ucap Dinda,ia mulai menangis ketakutan.
"Dimas,Fadilah!! Dimana mereka?"Dani terkejut mendengar nama mereka.
Dinda menunjuk kearah seberang jalan,tapi kedua orang itu sudah tidak ada.
"Ta tadi,mereka disana,kemana mereka?"Dinda melihat kesekitar,tapi tidak ada siapapun disana.
Dani melihat kearah yang ditunjuk pada Dinda,perasaan jadi was-was,ia khawatir pada keselamatan Dinda,"sudahlah,tidak ada siapapun disana,itu hanya halusinasimu,karena kamu masih belum bisa melupakan kejadian itu,ayo kita pulang,"Dani membelai rambut Dinda,menenangkan,tapi ia sendiri jadi khawatir.
Dani mengantarkan Dinda pulang,begitu sampai dirumah Kakeknya sudah menyambut mereka.
"Kalian sudah pulang?"Kakeknya menunggu didepan rumah,duduk diteras,setiap hari Kakeknya akan menunggu Dinda pulang sekolah didepan rumah,sejak peristiwa itu Kakeknya lebih ketat menjaga Dinda,ia tahu bahaya masih mengancam karena Dimas dan Fadilah masih berkeliaran bebas.
"Iya kek,"jawab mereka serempak.
Setelah menyalami Kakeknya Dinda masuk kerumah,ia menemui ibunya disamping,diwarung kecil mereka,sementara Dimas dan Kakeknya berbincang didepan rumah.
"Kek,ada yang mau aku bicarakan dengan kakek,"ungkap Dani setelah ia duduk disamping Kakeknya Dinda.
"Iya kenapa Dan?"
"Itu kek,tadi kata Dinda ia bertemu dua orang yang sedang memperhatikannya,tapi ketika aku lihat orang itu sudah pergi,"ungkap Dani lagi.
Kakeknya Dinda terkejut,"Dinda belum aman Dan,dia akan terus terancam selagi Dimas dan Fadilah belum ditemukan,dia sudah ditandai,mereka akan terus mengincar Dinda,kita harus berhati-hati,"ujar Kakeknya Dinda sambil menghela nafas panjang.
"Jadi kita harus bagaimana?Biar Dinda bisa terbebas dari mereka?"
"Dimas akan terus mengejar Dinda,ritual itu udah setengah jalan,dan darah Dinda sudah sempat tumpah dialtar itu,jiwanya sebagian sudah tergadai dan iblis itu akan terus meminta penyelesaian ritual itu,"ujar Kakeknya lagi.
Dani terdiam sejenak,perasaannya semakin was-was,"apa tidak ada cara menyelamatkan Dinda?"
"Yah sementara ini,yang bisa kita lakukan hanya menjaganya sampai aku bisa mencari solusi cara menyelamatkan Dinda,"ungkap Kakeknya.
Sementara itu,disebuah Villa tampak disebuah ruangan gelap banyak orang berkumpul tampak mereka sedang melakukan ritual.
Dimas yang sedang memimpin ritual menyuruh dua orang membawa seseorang masuk,"bawa dia kesini,dia sudah menghianati perkumpulan,dia harus dihukum."
Kedua orang itu pergi dan kembali dengan seorang perempuan yang memakai hijab,tangannya diikat dan mulutnya dilakban.
"Brukhhh...."
perempuan itu dihempaskan di depan Dimas.
"Kretek....."
Suara lakban yang ditarik dari mulut perempuan itu dengan kasar.
"Kamu telah melanggar perjanjian,kamu harus dihukum,"ujar Dimas sambil memegang wajah perempuan itu dengan kasar.
"Kalian gila,aku tidak mau lagi mengikuti ajaran sesat kalian,aku mau kembali kejalan yang benar,"sahut perempuan itu menatap wajah Dimas dengan mata berapi-api.
"Hahahaha......"
"Dasar bodoh,bawa dia kealtar,kita akan memulai ritual nya dan ingat bila kalian menghianati perkumpulan kalian akan tahu akibatnya."
Perempuan itu diseret dan ditempatkan di altar.
"Allah akan melaknat kalian,kalian tunggu saja azab yang akan mendatangi kalian,"perempuan itu berteriak-berteriak mengumpat semua yang ada disitu.
Suara mantra mulai terdengar semakin lama semakin kencang,suara lenguhan dan geraman mulai terdengar dan ketika satu sosok hadir ditengah mereka Dimas menancapkan pisau belati kearah perempuan itu.
Terdengar jeritan yang menyayat hati,Dimas mengambil ja****gnya dan dipersembahan pada mahluk yang hadir disitu.
Semua anggota bergidik ngeri,mereka sudah sering melakukannya tapi melihat teman sendiri yang mereka persembahankan membuat mereka bergidik.
Satu persatu semua orang meninggalkan ruangan setelah acara selesai.
Kemudian Fadilah datang menghampiri Dimas yang masih menatap patung itu dan hendak keluar dari ruangan.
Dimas berbalik dan menatap Fadilah yang menghampirinya,"Dilah,kita harus bisa mendapatkannya,tuan menginginkan dia,kamu pantau terus keberadaannya,purnama nanti kita harus mendapatkannya.
"Baik tuan,"Fadilah pergi,ia mengajak dua orang bersamanya.
Sementara dikamar Dinda yang selesai belajar menatap kearah jendela,menatap pekatnya malam,ia menghembuskan nafas panjang,peristiwa yang ia alami masih membekas dan kadang membuat tidurnya tidak nyenyak.
"Klekkk...."
Terdengar suara pintu dibuka dan suara ibunya yang membuyarkan lamunannya.
"Kamu belum tidur Din,"tanya ibunya,sambil mendekatinya.
"Oh belum bu,ini baru mau tidur,"ujar Dinda,sambil menutup jendela kamar,tapi begitu jendela mau ditutup,ia melihat seorang perempuan dan dua orang laki-laki menatap kearahnya dari jalan didepan rumahnya.
Dinda terkejut,ia tertegun,perasaan was-was datang menyelimuti dirinya,ia bergegas menutup jendela kamarnya dan menarik gorden jendela.
Ibunya yang melihat perubahan wajah Dinda terkejut,ia kemudian menarik gorden dan melihat kearah pandangan Dinda,"apa yang kamu lihat nak?"sambil memperhatikan jalan didepan rumah.
"Enggak apa-apa bu,tadi aku seperti melihat ada orang yang memperhatikan dari jalan didepan rumah,"ujar Dinda.
Ibunya menghela nafas,kemudian kembali menutup gorden,ia mendekati Dinda dan memeluknya,"Itu mungkin itu hanya perasaanmu saja,"ibunya Dinda berusaha menenangkan anaknya tapi dalam hati ia jadi khawatir.
"Mungkin bu,tapi sudah beberapa hari ini,sepertinya ada orang yang selalu mengawasi dan mengikuti Dinda,"ungkap Dinda.
"Sudahlah,tidurlah itu mungkin hanya perasaanmu saja karena kamu masih trauma,"ujar ibunya sambil menyelimuti tubuh Dinda yang terbaring ditempat tidur.
"Mungkin bu,"Dinda berusaha memejamkan matanya,dipeluknya tangan ibunya untuk menenangkan diri.
mana berkuasa pula kepala sekolah
ruwet
supaya aman di pesantren kan saja
pergilah ke alam baka buat makhluk tekutuk di hutan itu
jangan sembarang ke tempat orang.. semua tempat ada peraturannya masing-masing. saling menghargai...
kembali jadi ke aslinya kakek peot
dr awal aku juga udah curiga sama Dimas...
tengah malam puncak ritual
Dinda di buat telanjang
di depan pemuja setan ?