Novel tentang pelakor, untuk mengikuti lomba Konflik Rumah Tangga. Bagi pembaca yang anti pelakor, boleh skip. tapi kalau mau menantang adrenalin untuk coba membaca dari sudut pandang pelakor, silakan baca dan jangan lupa tekan favorite ❤️
Demi melunasi seluruh hutang yang ditinggalkan orangtuanya, Kania menjual keperawanannya di sebuah klub malam. Namun, takdir membawanya bertemu dengan bosnya sendiri bernama Satria yang menjadikannya istri kontrak untuk melampiaskan hasrat.
Satria sudah memiliki istri, tapi istrinya yang super model itu terlalu sibuk untuk menjalankan kewajibannya. Rasa kesepian itulah yang membuat Satria nekat bermain api.
Akankah pernikahan kontrak itu bisa berjalan dengan mulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IKPH . Bab 33
Hawa dingin menembus ke dalam tulang. Walau tidak ada pendingin udara di kamar berukuran 3×3 meter itu, tapi hawa dinginnya sampai membuat Satria terbangun di pagi buta. Dia melihat Kania yang masih terlelap di sampingnya. Satria lalu memeluk wanita itu dan berbagi kehangatan.
Kania merasa terusik saat Satria menggerakkan tubuhnya. Dia membuka mata dan seketika disambut oleh hangatnya senyuman dari laki-laki tampan itu.
“Masih malam, Sayang, tidur lagi ya!” kata Satria sembari mengusap wajah cantik istrinya.
“Kenapa kamu bangun, Mas?” tanya Kania yang bukannya memejamkan kembali matanya, malah semakin terbuka lebar.
“Enggak apa-apa, dingin banget di sini, Kanya,” jawab Satria dengan suaranya yang berat menahan gejolak di tubuhnya, dia pun semakin mendekap tubuh Kania.
Akibat hawa dingin itu memang berhasil membangunkan sesuatu di bagian bawah Satria. Sebagai laki-laki normal sangat wajar adiknya itu terbangun, apalagi dia bersentuhan langsung dengan wanita yang dicintainya.
Namun, Satria sadar diri, anak dalam perut Kania tidak akan mengizinkan ayahnya memasuki ibunya.
Satria berusaha menahan hassratnya dan akhirnya memilih untuk menyembunyikan wajahnya di leher Kania.
“Kamu pengen ya, Mas?” tanya Kania yang seperti memahami kegelisahan Satria.
“Hem. Enggak kok,” elak laki-laki itu.
“Jujur aja sih, Mas.”
Kania masih sadar posisi. Dia masih istri Satria, dan rasa cintanya pada laki-laki itu tidak luntur begitu saja meski dia berusaha melarikan diri darinya.
Satria bangun dan memposisikan diri di atas Kania. Tatapan matanya seperti harimau kelaparan yang ingin menerkam mangsanya. “Iya sih, tapi takutnya nanti pas di tengah-tengah malah aku mual lagi.”
Kania tersenyum membayangkan betapa kacaunya mereka nanti saat yang ditakutkan Satria itu benar-benar terjadi. “Makanya izin dulu dong sama dia, biar enggak kaget,” kata Kania sambil mengusap wajah Satria.
Laki-laki itu lalu mengangkat kedua bibirnya membentuk lengkungan indah yang semakin menambah kadar ketampanannya. Dia lalu bergerak turun ke bagian perut Kania dan membuka baju istrinya itu.
“Sayang, daddy hari ini mau pulang, izinin daddy main-main bentar ya. Kamu jangan kaget, daddy mainnya pelan-pelan kok,” kata laki-laki itu seolah anaknya bisa mendengar apa yang dia katakan.
Kania tertawa mendengar apa yang Satria katakan pada anak mereka. Mana mungkin Satria bisa pelan-pelan seperti yang dia katakan itu.
Satria yang ditertawakan sontak saja menatap Kania dengan gemas. Wanita itu yang menyuruhnya meminta izin, dia juga yang menertawakannya.
Tanpa mau banyak bicara, Satria yang sudah dalam mode tinggi langsung menyerang leher Kania dan menciptakan tanda merah di sana. Satria semakin gemas dan menyerang seluruh area seensitif istrinya.
Ya, pagi yang dingin ini berubah panas karena mereka berhasil menyatu tanpa gangguan.
***
***
Kania dan Satria sudah sampai di puskesmas saat ini. Setelah mengantre, akhirnya Kania mendapat giliran untuk diperiksa.
Satria sangat antusias mendengarkan penjelasan bidan mengenai kehamilan Kania. Bahkan suara detak jantung bayi itu membuat Satria berkaca-kaca. Dia bisa merasakan ikatan emosional yang luar biasa dari bayi itu, dan hal itu tidak dia rasakan saat mengantarkan Feli periksa kehamilan.
“Semuanya sehat, dan tidak ada yang perlu dicemaskan. Yang terpenting, istirahat cukup dan jangan sampai stres,” pesan bidan itu sambil menuliskan hasil pemeriksaan di buku khusus ibu hamil.
Setelah selesai pemeriksaan, mereka kembali ke rumah tinggal Kania sebelum nantinya Satria kembali terbang ke ibu kota.
“Kanya, kamu tadi dengar suara detak jantungnya. Rasanya itu seperti hadiah terindah yang pernah aku terima,” kata Satria sangat antusias. Dia terus tersenyum sejak keluar dari ruang pemeriksaan tadi.
Kania memandangi buku yang diberikan bidan tadi. Di sana tertulis jelas namanya yang disandingkan dengan nama Satria. Hal itu membuat hatinya berbunga-bunga sampai dia tidak mendengar apa yang Satria katakan.
Satria melihat wajah Kania yang tersenyum sambil memandangi buku berwarna merah muda itu.
“Sebentar lagi, kita akan punya dokumen resmi yang ada nama kamu dan namaku di sana!” kata Satria sambil merangkul pundak kania.
Ekspresi si Bang Sattria setelah dapat izin dari dedek bayinya 🤣🤣🤣