 
                            Berkisah tentang seseorang yang terkena kutukan 'Tanpa Akhir' di kehidupan pertamanya. Pada kehidupan ke 2020 nya, sang Trasmigrator yang sudah tidak tahan lagi dengan kutukannya, memohon kepada Tuhan untuk membiarkannya mati.
 
Akan tetapi, seolah Kutukan Tanpa Akhir' menertawakannya. Sang Trasmigrator yang mengira kehidupan ke 2020 nya ini adalah yang terakhir. Sekali lagi jiwanya terbangun didalam tubuh orang lain. Kali ini adalah kehidupan seorang Nona Muda Bangsawan manja bernama Rihana Ariedny yang meninggal karena keracunan. 
Sang Trasmigrator yang berhenti mengharapkan 'Kematian'  memutuskan untuk menghibur dirinya dengan memulai kehidupan baru yang damai di sebuah wilayah terpinggirkan bernama Diamond Amber.
Namun siapa sangka banyak masalah mulai muncul setelahnya. Musuh bebuyutan dari banyak kehidupannya, sesama Transmigrator, yang baru saja ia temui setelah sekian lama malah ingin menghancurkan dunianya.
Yuuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NATALIA SITINJAK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
P. D. A
Sang putri mendekat, lalu memegangi pundak sang Raja. "Selama persidangan, Ayah akan di jaga ketat oleh para prajurit hingga persidangan selesai."
Raja Right ingin protes. "Hei... bagaimana bisa kalian memperlakukan Raja Negeri ini—"
"Biarpun begitu Ayah harus patuh dengan prosedur kerajaan."
Right sedikit mengerutkan keningnya tapi tetap menyetujui usulan putri mahkotanya. Tidak ada salahnya juga untuk membawa mereka bersamaku... Memperkenalkan mereka secara tak langsung seharusnya tidak masalahkan.
Raja Right mengingat percakapan sebelumnya dengan sang penyihir.
- "Karena Baginda Raja sudah sehat, datanglah ke pengadilan hari ini."
- "Untuk apa Yang- maksudku penyihir Agung? Apa anda ingin menyelamatkan seseorang? Dengan imbalan menyembuhkan ku, kalau anda mau saya bisa-."
- "Tidak, datang saja dulu," sambil tersenyum penyihir itu berbicara lagi.
- "Anda pasti ingin tahu identitas ku kan?."
- "Te-Tentu Saja! Saya Ingin Tahu."
- "Kalau begitu datang saja, aku menunggumu- ah! Hampir lupa."
Sang penyihir misterius itu menunjukan sebuah dokumen kepemilikan wilayah yang sangat di kenal oleh Right.
- "Itukan-!."
- "Nahh... Ini adalah dokumen asli wilayah Diamond Amber, yang kamu tanda tangani dan di beli langsung oleh pemilik wilayah Ariedny dari lelang resmi. Ngomong-ngomong temanku menyuruhku untuk menunjukannya padamu sekaligus menyembuhkan mu."
- "Teman anda? Siapa teman anda itu? Orang mulia macam apa yang berani meminta anda menyembuhkan saya."
- "Kamu bisa menemuinya di pengadilan nanti jadi datanglah."
- "Baik, Saya Akan Usahakan."
Setelah percakapan singkat itu, sang penyihir menghilang dari hadapan Right. Kemudian, putri dan pengawalnya masuk kedalam kamar setelahnya.
"Ayo berjalan lebih cepat."
Dengan begitu, masalah kesehatan telah teratasi, sekarang yang perlu Right lakukan hanyalah memenuhi perkataan dari sang penyihir baik hati untuk bertemu dengan dermawan itu.
Setibanya di ruang pengadilan. Staf pengadilan bahkan hakim dan juga beberapa orang penting lainnya sudah berkumpul di ruangan khusus untuk menyambut kedatangan sang Raja.
Begitu raja masuk, mereka langsung berhamburan untuk bertanya mengenai keadaan sang raja terkasih.
"Yang Mulia! Apakah anda baik-baik saja, Viktor ini sangat terkejut mendengar penyusup di kediaman anda," ucap sang kepala hakim.
"Aku baik-baik saja."
"Yang Muli-."
"Lupakan basa-basi nya, sekarang aku ingin melihat pengadilan di langsungkan secepatnya."
Beberapa orang keheranan dan beberapa orang terkagum-kagum karena raja yang luar biasa masih begitu perhatian pada keadilan negerinya ketika istananya bahkan baru saja diserang.
"Baiklah Raja ku, kami akan segera memulai pengadilan secepatnya."
"Yah itu harus, kalian harus segera melakukanya."
Di sebelah sang raja, sang putri dengan cermat mengamati Ayahnya yang begitu menggebu-gebu akan sesuatu.
Ayah pasti menyembunyikan-... Aku harap itu bukan sesuatu yang berbahaya.
Sejenak pandanganya melirik kearah kapten Indrak yang juga meliriknya.
Pikiran mereka terhubung dengan cara aneh, keduanya sepakat untuk bergerak ketika sesuatu mulai berbahaya.
Beberapa menit kemudian, akhirnya pengadilan yang sempat di tunda, dimulai kembali, beberapa terdakwa yang terjadwal hari ini pun telah di panggil kembali.
Bisa di bilang, terdakwa hari ini semuanya memiliki riwayat bermasalah dengan pembelian tanah milik sang raja.
Posisi duduk sang raja berada di tempat khusus dan terlihat sangat mencolok. Sang Raja duduk satu tingkat di atas para hakim kerajaan, yang sekarang mulai memimpin persidangan.
Raja Right bergumam, "Baiklah, aku telah menuruti kehendak mu, sekarang anda ada dimana—-."
- "Aku disini, Yang Mulia."
"!!!."
Suara di dalam kepalanya familiar. Dia telah mendengar dan menghafal suara itu sekitar dua puluh menit yang lalu di kamarnya.
Suara itu membuatnya langsung melihat-lihat keberbagai arah secara perlahan, hingga matanya bertemu dengan seorang wanita muda di sudut barat, tempat keluarga Ariedny duduk.
"...."
- "Mata kita akhirnya bertemu."
Wanita itu memiliki wajah serupa dengan penyihir di kamarnya, tidak, sejak awal wajah itu memanglah milik sang penyihir.
Namun.
Mengapa dia duduk di samping terdakwa, Erikson Ariedny?.
"...."
"...."
Ketika mata mereka kembali bertemu, wanita muda yang Right lihat, mengedipkan mata kirinya dan memberikan kecupan kecil di udara sambil tersenyum jenaka.
"...."
Apa yang terjadi, apakah itu benar-benar dirinya. Apakah penyihir Agung itu sebenarnya adalah putri dari kepala rumah tangga Ariedny yang menyembunyikan identitasnya?.
Apakah orang baik hati yang memintaku untuk di sembuhkan juga sebenarnya adalah putri bangsawan tanpa gelar itu?.
Bagaimana bisa? Bukankah keluarga Ariedny hanya keluarga pedagang kaya saja selama ini?. Tanda tanya besar terlihat jelas di wajah sang Raja.
"Baginda? Apakah anda baik-baik saja?," tanya Putri mahkota yang duduk di sebelah kanannya.
"Aku baik-baik saja .... Mungkin."
"...."
Diam-diam Sang putri mengikuti kearah mana sang Raja melihat, itu adalah tepat duduk khusus bagi orang-orang dari kediaman rumah tangga Ariedny.
Keluarga pedagang dari timur tengah yang cukup kaya untuk membeli wilayah tenggara milik sang raja dimasa lalu. Akan tetapi, dari yang dia ketahui, baru-baru ini kepala rumah tangga Ariedny itu memberi dokumen palsu ketika akan menjual kembali wilayah Diamond Amber.
Dan karena kelancangannya itu, raja menjadi sangat marah sampai-sampai penyakitnya kambuh sebentar. Apa mereka yang ingin dilihat oleh Ayah?. Tatapan tajamnya tertuju pada orang-orang dari timur tengah. Aku tidak akan bersikap lunak jika baginda raja memutuskan untuk menyingkirkan mereka.
Tatapan Putri mahkota kembali bertemu dengan kapten kesatria, mereka mengangguk pelan lalu kemudian sang kapten perlahan mengatur jarak untuk memisahkan diri dari keduanya.
"Selanjutnya kepala rumah tangga Ariedny di harapkan untuk maju kedepan bersama para saksi."
Pada saat itu, mereka yang berasal dari timur tengah, wilayah Ariedny, maju secara bersamaan.
Terdakwa bersama dengan para saksi serta pembela duduk di saling berdekatan. Tidak ada yang terlihat istimewa disana saat saksi dan pembela terdakwa mulai mencoba melakukan pembelaan terhadap pemimpin wilayah Ariedny.
Hanya saja, wanita muda di kursi saksi adalah satu-satunya dari mereka yang terlihat begitu tenang seolah masalah yang di alami oleh klannya bukanlah masalahnya.
Begitulah semua orang memandang dirinya dari berbagai sisi.
Kemudian di tempat lain, putri Mahkota melihat Baginda raja mulai tampak gelisah sejak persidangan keluarga Ariedny dimulai.
Putri Mahkota Mahar melihat sang raja terlihat gugup dan terkadang, pandanganya melirik terus kearah wanita muda bernama Rihana Ariedny.
"...."
Mahar yang tidak sengaja melakukan kontak mata dengan Rihana mendapatkan hal tak terduga.
"...."
Tersenyum.
Ketika Mahar dan Rihana melakukan kontak mata, sensasi merinding langsung menyerang seluruh tubuhnya.
"D-Dia-!!!."
Wanita yang di tatapnya sama sekali tidak menunjukan ketakutan atau bahkan keinginan untuk menghormatinya.
Apa-apaan dia Ini? seolah dirinya lebih tinggi daripada aku. Dia sebenarnya sudah takut tapi tidak mau mengakuinya, oleh sebab itu dia mencengkram pedang leluhurnya sekuat mungkin untuk menutupi rasa gugupnya.
"Putri mahkota, tenanglah. Siapa yang ingin kau bunuh di persidangan ini," kata sang hakim yang terlihat berkeringat dingin.
Bukan hanya sang hakim, hampir seluruh orang di dalam ruang persidangan memiliki ekspresi serupa, semuanya ketakutan karena aura membunuh dari sang putri terasa cukup kuat.