Gerbang Dunia Ghoib

Sekar merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang sangat empuk menurutnya, Ia memandang langit-langit kamar. Pikiran nya melanglang buana ke masa lalu, kejadian demi kejadian di masa lampau dan juga pesan Ayahnya terngiang kembali di ingatannya.

Sekar gelisah dan duduk kembali, Ia nampak berpikir keras dan kemudian berlari keluar mencari wanita yang tadi mengantarkan nya ke kamar miliknya.

" Hei. " Sekar menyapa dan langsung duduk di samping Dewi.

" Hai juga Nona, ada apa. Apa anda perlu sesuatu. "Tanya Dewi dan Sekar pun menggeleng.

" Nggk Bu, sebenarnya aku hanya bosan di kamar saja. Aku kan baru disini, seharusnya aku di beritahu mengenai pekerjaan apa yang harus aku kerjakan disini. Masa iya, aku di bawa kemari hanya untuk tidur- tiduran saja. "

Dewi tersenyum, sebenarnya Ia kasihan pada Sekar. Bagaimana pun juga Sekar berasal dari dunia manusia dan seharusnya Ia berada di dunianya, bukan terkurung dalam tempat seperti mereka saat ini.

" Panggil saja Dewi, dan ini Pak Dewo. Adalagi nanti satu lagi namanya adalah Sri, nanti juga kamu akan bertemu dengan nya. Sekarang dia masih giliran tugas. "

Sekar manggut-manggut memandang aktivitas di dalam rumah bak istana itu, lebih tepatnya seperti mall atau hotel yang mempunyai fasilitas lengkap.

" Apa mereka semua yang ada disini adalah orang- orang yang sudah meninggal atau ada yang sama seperti ku. "

Giliran Dewo yang menyunggingkan senyum walau hanya di sudut bibirnya saja.

" Ya, Nona benar. Semua yang ada disini adalah mereka yang sudah meninggal, tapi tidak bisa pergi karena sesuatu hal. Ada yang penasaran kenapa mereka harus meninggal dan ada juga yang tidak Terima kalau dirinya sudah meninggal dan banyak lagi alasan dari mereka. "

" Seperti arwah penasaran begitu. "

Dewi dan Dewo saling pandang dan kompak mengangguk. Sekar kembali mengamati setiap pergerakan disana.

" Selamat datang di Istana kami, ada yang bisa kami bantu. "

Dewo langsung menyambut seorang tamu yang baru masuk, mereka sempat berbincang sesaat kemudian pergi dari hadapan Sekar dan juga Dewi.

" Apa orang tadi juga sudah meninggal. " Tanya Sekar, banyak rasa penasaran di benaknya yang belum satupun terjawab.

" Sepertinya begitu Sekar. " Jawab Dewi.

Sekar manggut-manggut, Ia menemani Dewi dan menanyakan berbagai hal padanya.

\*\*\*

Sekar kembali ke kamarnya, Ia mengarahkan pandangan nya kesana kemari mencari sesuatu.

" Kalau memang tempat ini adalah tempat perkumpulan para arwah manusia yang sudah meninggal, apakah Mama dan juga Papa ada disini juga. Bukannya Papa pernah kemari dua puluh dua tahun yang lalu, apa kemungkinan Papa sekarang masih ada disini. " Gumam Sekar.

***

Di dunia nyata

Milan menunggu sampai menjelang magrib, Ia bingung karena adiknya tak kunjung datang. Padahal tadi dia tidak menemukan adiknya di kantor tempat dirinya bekerja.

" Ma, kok ade belum pulang ya. Ini sudah hampir magrib. "

Milan bertanya pada Ibunya namun Hana tidak menjawab pertanyaan Putranya itu. Hal itu membuat Milan menaruh curiga pada Ibunya.

" Ma, kok Mama nggak khawatir kalau Sekar nggak pulang. Padahal biasanya Mama yang selalu membuat keributan kalau Putri Mama itu terlambat pulang. Ma, katakan pada Milan ada apa sebenarnya. "

Milan menghampiri Ibunya dan duduk tepat di depan wanita itu, Hana bingung harus menjawab apa.

" Ma, jawab. Dimana Sekar sekarang, Mama pasti tau dimana dia berada saat ini. "

Karena Milan terus bertanya akhirnya Hana terpaksa jujur pada Putranya itu.

" Dia pergi ke Istana itu Milan. "

Milan terkejut, Ia langsung berdiri dan mengusap wajahnya kasar.

" Tadi Pria itu datang kemari, menjemput adik mu. Sudahlah Milan, kita harus bisa menerima ini semua. Bukankah kita memang sudah tau kalau hal ini kan terjadi, seharusnya kita bisa dengan mudah menerimanya. Mama yakin kalau adikmu bisa menyelesaikan semuanya dan kembali kepada kita lagi, dia anak yang baik, pintar juga. Sekar pasti bisa membawa diri dimana pun dia berada, kelak dia akan kembali pada kita lagi. "

Malam itu Milan tidak bisa tidur, Ia menghawatirkan keselamatan adik perempuan nya itu. Beberapa kali Milan berbicara pada potret Ayah nya, Ia tau kalau Pria itu ada di sekitar mereka setiap saat.