Aku Janda Kamu Duda

Ayah Sheila akhirnya tewas di tempat setelah dihakimi massa tanpa ada yang menyelamatkan. Robert masih tak menyangka, kenapa gadis sebaik Sheila harus punya ayah seorang pria brengsek.

Robert menghampiri Sheila yang masih tertunduk di samping makam sang ayah. Pria itu mendekap erat tubuh Sheila dan mencium puncaj kepala gadis itu.

"Ayo pulang!" Ajak Robert lembut seraya membimbing Sheila untuk bangkit berdiri.

Robert sudah bertekad untuk menikahi Sheila secepatnya. Robert tak akan menunggu lagi.

****

"Tidak!" Ucap Papi Guntur tegas saat Robert membawa Sheila ke kediaman Hadinata serta meminta izin pada kedua orang tuanya untuk menikahi gadis perawat tersebut.

Robert memang tak pernah mengatakan tentang asal-usul Sheila. Namun tentu saja bukan hal yang sulit untuk Papi Guntur menyelidiki latar belakang Sheila dan tahu semuanya.

"Robert mencintai Sheila, Pi!" Robert masih berusaha menahan amarahnya, berharap sang papi alan berubah pikiran dan melupakan apapun yang pernah dilakukan oleh ayah kandung Sheila.

Sheila tak seharusnya menanggung apa yang pernah dilakukan oleh ayahnya. Posisi Sheila tak tahu apa-apa disini.

"Papi tidak akan sudi putri dari penjahat ini menjadi menantu di keluarga Hadinata!"

"Kau bisa mendapatkan gadis lain yang lebih baik, Robert!" Tukas Papi Guntur keras kepala.

"Tidak ada gadis lain!" Jawab Robert dengan suara yang sudah meninggi.

"Robert hanya mencintai Sheila dan Robert akan menikahi Sheila!" Ucap Robert lantang dan tegas.

"Papi dan mami tak akan memberikan restu!" Ancam Papi Guntur.

"Terserah! Robert tetap akan menikahi Sheila!" Robert tetao keras kepala.

"Robert, jangan membantah perkataan papimu! Tinggalkan saja gadis itu!" Mami Indri ikut-ikutan buka suara dan menentang hubungan Robert dan Sheila.

"Robert mencintai Sheila, Mi!" Robert ganti menatap tegas pada sang mami.

"Tinggalkan dia, Robert!"

"Atau--"

"Atau apa?" Robert menatap berani pada sang papi.

"Papi mau mengusir Robert dan mencoret Robert dari keluarga Hadinata?" Tatapan mata Robert benar-benar menantang kemarahan sang papi.

"Tak perlu repot-repot melakukannya, karena Robert akan amgkat kaki dari rumah ini mulai sekarang!" Ucap Robert tegas masih dengan tatapan beraninya.

"Robert jangan keras kepala dan tinggalkan saja gadis ini! Kamu putra mami satu-satunya!" Mami Indri memohon pada Robert.

"Robert tidak akan pernah meninggalkan Sheila, Mi!"

"Lebih baik Robert pergi dari rumah ini!" Pungkas Robert seraya menarik tangan Sheila dan mengajak gadis itu untuk keluar dari kediaman Hadinata.

"Robert!" Lirih Sheila dengan raut wajah sendu.

Robert menghentikan langkahnya sejenak dan langsung meraup Sheila ke dalam dekapannya.

"Aku tetap akan menikahimu," ucap Robert yang jemarinya sudah mengusap airmaya di kedua pipi Sheila.

"Aku akan tetap menikahimu, Sheila!"

"Kita akan pergi jauh dari sini, lalu memulai semuanya dari awal." Robert menyatukan keningnya dengan kening Sheila.

"Dan aku akan selalu menjagamu."

"Aku berjanji," ucap Robert bersungguh-sungguh yang hanya membuat Sheila mengangguk-angguk.

"Aku mencintaimu," ucap Sheila yang langsung menghambur ke pelukan Robert.

"Aku juga mencintaimu, Sheila!"

"Aku mencintaimu."

Flashback off

Sita terdiam saat melihat butir bening yang menuruni kedua pipi Robert. Meskioun pria itu langsung dengan cepat menghapusnya.

"Maaf, aku hanya ingat pada-"

"Sheila?" Potong Sita menebak dengan sangat tepat.

Robert terdiam dan menatap lekat wajah Sita yang masih berada di bawah kungkungannya. Pria itu bahkan merasa bimbang apa harus melanjutkan pergelutan ini atau mengakhirinya begitu saja. Tapi pikiran Robert mendadak jadi kacau sekarang dan Robert takut jika ia melanjutkan, ia malah akan menyakiti Sita.

"Kita sudahi saja, jika kau sedang tak ingin," ucap Sita lirih yang balik menatap lekat wajah Robert. Sita sedikit mendorong dada Robert seolah memberikan isyarat agar Robert menyingkir.

Salah Sita juga yang malah melontarkan pertanyaan di waktu yang tak tepat pada Robert.

"Maaf!" Gumam Robert lirih. Tatapan mata pria itu sudah berubah menjadi raut penyesalan sekarang.

"Mungkin sebaiknya kita tidur sebentar dan melanjutkannya lagi nanti," usul Robert selanjutnya yang hanay ditanggapi Sita dengan raut datar.

"Terserah kau saja."

Sita hendak turun dari atas tempat tidur, saat Robert menahan lengan istrinya tersebut.

"Mau kemana?"

"Membersihkan diri lalu memakai bajuku lagi," jawab Sita seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat tidur untuk mencari keberadaan bajunya yang tadi dilucuti oleh Robert.

"Tidak usah pakai baju dulu!" Robert menarik tubuh Sita ke dalam dekapannya, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan juga tubuh istrinya tersebut.

"Aku akan tidur dulu sebentar, lalu nanti kita lanjutkan," ucap Robert lagi seraya mengecup puncak kepala Sita. Tangan Robert mengusap perut Sita di dalam selimut. Sita tak menjawab dan hanya berusaha memejamkan matanya. Wanita itu masih berusaha mengusir rasa ragu di hatinya pada Robert yang tak berhenti bergelayut.

Namun bukannya beranjak pergi, rasa ragu itu justru semakin membuncah sekarang.

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.