Bo Li dibesarkan oleh kakeknya yang sangat kaya raya dan memiliki perusahaan dan bisnis hampir diseluruh belahan dunia ini.
Bo Li tumbuh dewasa nyaris sempurna, cantik, anggun, dan sangat kaya raya bahkan kekayaannya mampu membeli separuh dunia.
Bo Li adalah seorang CEO perusahaan setelah kakeknya mengangkat dirinya untuk menggantikannya sebagai regenerasi pimpinan perusahaan.
Tapi itu semua tidak membuat Bo Li besar kepala dan manja, dia adalah sosok wanita yang sangat mandiri selain itu dia mendapat anugerah kehormatan sebagai salah satu bintang masa depan yang memiliki reputasi yang baik.
Dibalik itu semua Bo Li memiliki sesuatu kisah yang sengaja dia sembunyikan dari kehidupan sosialnya...
Bo Li juga mendapatkan warisan dari seorang pria yang tidak dia ketahui identitas dirinya ketika dia masih kecil...
Lalu siapakah sosok pria tersebut dan mampukah Bo Li menemukannya...
Apa yang disembunyikan oleh Bo Li selama ini dan mengapa dia menyem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pohon Hutan
Akhirnya Bo Li dan peri kecil Dryada sampai ke pantai tempat pertama kali Bo Li datang dari dunia manusia untuk memasuki hukuman sistem Bo Li 115 di dimensi lain yaitu hutan pantai para peri tinggal.
Bo Li dikirim oleh sistem yang berasal dari buku harian miliknya ke tempat ini untuk mencari tim editor perinya.
Tugas misi ini sebagai hukuman Bo Li atas kesalahannya yang tidak mampu menjawab pertanyaan sistem.
Dia dikirim oleh Sistem Bo Li 115 ke tempat itu dengan menggunakan kotak kaca yang merupakan sarana transportasinya menuju dimensi lain para peri.
Buku Harian peninggalan ibunya merupakan pedoman dirinya untuk membantu Bo Li merebut kembali Kerajaan Kuota dari tangan Elmar, pamannya yang kejam dan jahat. Paman yang telah membunuh kedua orang tua Bo Li semasa ia berumur sepuluh tahun.
Untuk itu sistem Bo Li 115 dibuat agar ia mendapatkan timnya yang akan menemani Bo Li dalam perburuan iblis Elmar agar ia dapat kembali pulang keasalnya yaitu Kerajaan Kuota dan menjadi Ratu di sana menggantikan sang ayah, baginda Raja Kuota Sanders IV yang telah tiada.
Bo Li terdiam memandang pantai itu, ia mengenang kembali kejadian pertama kalinya datang ke tempat ini.
Bagaimana dirinya datang ke pantai para peri ini didalam sebuah kotak kaca yang dikirim oleh Sistem Bo Li 115.
Kotak kaca itu jatuh dengan iringan cahaya yang berkumpul didalam satu titik menuju dimensi lain dan mendarat keatas hamparan pasir putih di pantai ini tanpa menimbulkan pecahan dan tetap utuh bentuknya.
Semua kejadian di alam peri ini adalah ajaib, asing, aneh, tanpa batasan dan diluar akal manusia.
Ini semua adalah kejadian yang terulang kembali setelah Bo Li datang lagi dari dimensi lain dimana Zaban berada, dan setelah ia menulis catatan kematiannya dibuku milik Zaban, dengan tujuan untuk memperbaiki catatan kematian miliknya.
Hal itu dilakukannya atas perintah Zaban, alasan dibalik itu semua adalah agar perjalanan setelah reinkarnasinya berjalan mulus dan memiliki maksud yang sangat baik.
Zaban membantunya untuk mengurangi dosa Bo Li yang telah melanggar ketentuan Tuhan dengan memakan buah surga Amethyst Ungu agar jiwanya serta ingatannya kembali.
Tindakan yang dilakukan Bo Li menyebabkan terhapusnya catatan kematian dari buku milik Zaban, sedangkan tindakan yang dilakukan oleh Bo Li atas saran penjaga pintu maut adalah salah dan merupakan pelanggaran ketentuan langit dengan memaksakan reinkarnasi tanpa mengikuti prosedur aturan langit.
"Bo Li...! Ayo kita kembali kedalam hutan dan pulang ke asal mu, negeri manusia !", kata peri Dryada.
"Emm...!? Baiklah...", sahut Bo Li tanpa menengok kearah peri kecil itu.
Pandangan Bo Li masih terpusat pada pemandangan pantai dengan pasir putihnya serta bentangan laut biru yang dalam, ia masih mengenang saat-saat pertama kalinya datang ke tempat ini.
Nampaknya, dia enggan pergi dari tempat yang damai nan permai ini. Karena ini adalah satu tempat yang mampu membuatnya tenang tapi sayangnya uang yang dimiliki Bo Li tidak dapat membelinya.
Dia terdiam sejenak menatap lurus pemandangan laut biru yang dalam, terbersit rasa nyaman memasuki relung-relung hatinya.
"Seandainya aku dapat tinggal disini selamanya..., alangkah menyenangkannya..., meninggalkan luka di hati..., membiaskan dendam yang ada..., lalu melupakan rasa sakit didalam hati..., dan tinggal bersama dengan orang yang kita cintai..., menjadikan tempat ini sebagai tujuan terakhir...", ucap Bo Li dalam hatinya.
"Andai saja...!? Itu benar-benar terjadi..."
"Ayo, Bo Li ! Mari kita segera pergi dari sini !", ucap peri Dryada.
Ajakan peri daun hijau kecil itu membuyarkan lamunan Bo Li yang tengah terbuai dengan pemandangan di pantai tentang rencana kecilnya di masa depan setelah perburuan berakhir.
Entah itu nanti, ia hanya mampu berencana tapi haruskah ia menghabiskannya bersama seseorang disini lalu dengan siapa ia akan melewati hari-hari itu disini.
Bo Li membalikkan badannya lalu pergi meninggalkan pantai menuju kedalam hutan peri.
***
Hutan pantai itu berpenghuni sesosok makhluk indah yang bersayap kelip-kelip dan berukuran kecil sekali, ia dapat terbang hingga keatas puncak pohon yang tinggi sekali bahkan ke dasar lautan yang luas.
Kelopak bunga adalah tempat makhluk indah, kecil itu. Mereka sering menjadikan kelopak-kelopak bunga sebagai tempat bermain mereka.
Ukuran kelopak bunga mampu menjadi selimut untuk makhluk kecil bersayap nan indah itu. Karena itu mereka terkadang menjadikan bunga sebagai tempat makhluk indah itu beristirahat setelah lelah bermain dan bekerja.
Yeah..., namanya peri...
Makhluk indah bersayap itu bernama peri yang selalu terbang sesuka hati, kemanapun mereka pergi dengan kedua sayapnya yang berkelip-kelip serta bercahaya terang.
Selama di dunia peri ini, Bo Li tidak banyak melihat sosok makhluk indah lainnya yang seperti peri daun hijau kecil itu. Tetapi ia tidak pernah menanyakan keberadaan yang lainnya pada peri Dryada, kemungkinan mereka tengah bersembunyi dari pandangan Bo Li selama dirinya berada di dunia para peri ini.
Keduanya terbang memasuki kedalaman hutan yang gelap, melewati tanaman-tanaman hijau dengan daunnya yang lebar serta lebat. Melesat cepat bagaikan kilat yang bercahaya terang menuju hutan terdalam.
Tubuh mereka terlihat meliuk-liuk diantara rimbunan tumbuhan hijau yang rapat, lincah dan sangat cepat.
Memasuki hutan dimana deretan pohon besar yang rindang tumbuh dengan lebatnya, tempat peri daun hijau kecil itu tinggal.
"Kenapa kita kembali kedalam hutan ? Bukankah kita akan pergi ke dunia manusia ?", tanya Bo Li.
"Iya, kita akan pergi dari tempat ini !", sahut peri daun hijau kecil itu sembari terbang menuju pohon dimana ia tinggal.
"Tapi aku tidak melihat pintu keluar menuju dunia manusia ?", ujar Bo Li heran.
"Sebentar lagi kamu akan melihat pintu itu, Bo Li !", sahut peri kecil Dryada.
"Benarkah ?", tanya Bo Li.
"Iyaa...!!!", jawab peri kecil itu tersenyum kecil.
Bo Li melihat peri daun hijau kecil itu terbang menuju keatas puncak pohon lalu berhenti diantara cabang dahan pohon.
Peri kecil penghuni pohon hutan menoleh kearah Bo Li yang berada dibelakangnya lalu tersenyum pada Bo Li dengan manisnya.
"Bersiaplah karena kita akan segera pergi dari tempat ini dan menuju ke dunia manusia !", ucap peri Dryada.
"Baiklah ! Aku mengerti peri tapi kita akan lewat mana ? Aku tidak melihat pintu menuju ke sana ?", tanya Bo Li.
"Tunggulah, pintu itu akan terbuka dan kamu akan melihatnya !", sahut peri Dryada.
"Oh Iya ?", gumam Bo Li.
Beberapa detik kemudian dari arah pohon mulai terlihat sebuah pintu muncul di badan pohon dan pintu tersebut seukuran tubuh peri Dryada.
Pintu menuju ke dunia manusia itu ternyata terletak di badan pohon yang merupakan tempat peri kecil itu tinggal sebagai rumahnya.
"Lihatlah pintu itu Bo Li ! Itu adalah pintu yang aku maksudkan dan pintu itu merupakan pintu menuju ke dunia manusia !", ucap peri kecil itu.
"Iya peri, aku melihatnya ! Tetapi pintu itu terlalu kecil untukku dan bagaimana caranya aku melewati pintu itu, peri Dryada ?", ucap Bo Li seraya menautkan alisnya.
"Tenanglah, kamu tidak perlu khawatir ! Aku akan membuatmu dapat melewati pintu tersebut, Bo Li !", kata peri kecil itu.
"Benarkah ?", tanya Bo Li.
"Tentu saja ! Dan lihatlah kemari Bo Li, aku akan membuatmu melewati pintu itu !", ucap peri Dryada.
"Baiklah...", sahut Bo Li tersenyum lembut.
Secercah cahaya terang muncul dari tongkat milik peri daun hijau kecil ketika peri itu mengayunkan tongkatnya kearah Bo Li.
Cahaya kelip-kelip mengitari seluruh tubuh Bo Li yang tengah terbang didekat pohon hutan peri.
Lihatlah...
Apa yang sedang terjadi pada tubuh Bo Li, ia berubah menjadi seukuran tubuh peri, ia benar-benar terlihat sangat kecil sekali.
Tubuh Bo Li tiba-tiba menyusut menjadi sangat kecil seperti peri Dryada, dan ia sangat terkejut dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
"Apa yang terjadi padaku ? Aku berubah kecil sepertimu, peri ?", ucap Bo Li.
"Iya, aku memang sengaja membuatmu sepertiku agar kamu dapat masuk kedalam pintu itu ! Jika aku tidak menyihir mu berukuran kecil maka kita berdua tidak akan dapat pergi ke dunia manusia !?", ucap peri Dryada sambil mengangkat kedua pundaknya keatas.
"Astaga ! Apa yang kamu lakukan padaku peri ? Bagaimana mungkin aku sekecil ini ?", ucap Bo Li panik.
Bo Li terbang berputar-putar dengan gelisah didepan pintu yang ada di pohon besar peri.
Dia merasa tidak tenang dengan perubahan yang terjadi pada dirinya sekarang, karena ini mengejutkan sekali dan ia tidak bisa membayangkan tubuhnya yang sekecil itu, lebih kecil dari sehelai kelopak bunga.
"Tidak ! Tidak ! Ini tidaklah benar peri ! Bagaimana kamu menyihir ku seperti ini ? Ini sangat aneh, peri ? Dan bagaimana..., bagaimana..., jika aku tidak dapat kembali lagi semula ?", ucap Bo Li cemas.
"Tenanglah Bo Li ! Sihir itu hanya bekerja sementara dan setelah keluar dari pintu pohon, tubuhmu akan berubah kembali semula !", ucap peri daun hijau kecil itu.
"Benarkah ?", ucap Bo Li agak sedikit tenang.
"Tentu saja, sihir ku hanya mampu bertahan sesaat dan nanti tubuhmu akan ke bentuknya lagi ! Percayalah padaku !", jawab peri Dryada.
"Baiklah ! Aku percaya padamu ! Lantas apalagi yang kita tunggu sekarang ?", tanya Bo Li.
"Tidak ada ?", sahut peri kecil itu.
"Bagaimana kalau kita segera pergi dari sini menuju ke dunia manusia !", ucap Bo Li bersemangat.
"Ha...Ha...Ha..., ayo kita berangkat ! Mari kita pergi, Bo Li !", sahut peri Dryada lantang.
Bo Li dan peri Dryada pergi meninggalkan hutan pantai peri melalui pintu ajaib yang terletak di badan pohon hutan yaitu hutan tempat dimana peri daun hijau tinggal menuju ke dunia manusia, dunia Bo Li seharusnya berada.
Keduanya masuk kedalam pintu pohon menuju ke rumah Ivander Liam, tempat Bo Li tinggal.
Meninggalkan alam hutan yang penuh dengan deretan pohon yang lebat dan tanpa sinar cahaya matahari cerah. Kembali ke dunia yang nyata dan sesungguhnya serta melanjutkan perburuan yang akan segera dimulai.
Yaitu...,
Berburu sesosok Iblis Elmar yang sangat kejam dan jahat.
