Kakak readers tersayang, tolong jangan di boomlike ya! Budayakan kasih like setelah membaca. Terima kasih 🙏🏻
Saat dia dicampakkan oleh kekasihnya, dia bertemu dengan seorang lelaki yang kemudian menjadi suami sirinya.
"Dengar! Meski kita sudah menikah, tapi kamu jangan berharap banyak padaku, karena aku sudah memiliki seseorang yang aku cintai," Dave Sky Pradipta
"Aku tidak keberatan jika kamu menceraikanku sekarang juga. Lagipula pernikahan kita hanya siri," Sevia Kireina Dzakiya
Pernikahan yang awalnya dijalani tanpa cinta, tetapi saling menguntungkan untuk keduanya, mampu menumbuhkan benih-benih cinta tanpa disadari oleh Sevia dan Dave.
Sampai pada saat cinta semakin berkembang dalam pernikahan rahasia mereka. Keduanya sepakat untuk mengungkapkan perasaan di hari yang telah di tentukan. Namun ternyata, hari itu adalah awal dari perpisahan yang tidak mereka harapkan. Sementara tanpa Sevia ketahui, dia telah mengandung anaknya Dave. Mungkinkah cinta dapat menyatukan mereka kembali ataukah hanya menjadi sebuah kenangan yang tak akan terlupakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon thatya0316, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Bersabarlah!
"Apa kamu cemburu melihat mereka?"
"Nggak! Sudahlah, ayo kita nonton filmnya sudah mulai." Dave langsung membenarkan duduknya saat lampu mulai dimatikan.
Awalnya mereka tertawa melihat film yang bergenre komedi romantis tapi saat adegan dewasa, Dave langsung menyenderkan badannya miring ke arah kursi Sevia. Hanya dengan satu tarikan tangannya, kini Sevia seperti yang sedang menciumnya karena posisinya dia di atas Dave yang sedang menyender.
Zee dan Kejora begitu kaget melihat samar-samar apa yang dilakukan oleh sahabat kecilnya. Dia tidak menyangka Dave mau berciuman di dalam bioskop. Namun sepertinya, kedua gadis itu mengira kalau Sevia yang memanfaatkan kesempatan untuk mencium bule bermata biru itu.
"Agresif sekali pacarnya Dave. Bukankah dia sangat tidak suka dengan cewek agresif ya?" tanya Zee merasa heran dengan apa yang dilihatnya.
"Kelihatannya gadis itu polos tapi ternyata dia sangat ahli, Zee. Lihat! Mereka begitu lama saling berpagutan tapi kenapa yang disebelahnya tidak merasa terganggu," ujar Kejora dengan mata yang terus melihat ke arah Dave dan pacarnya.
"Iya bener, aku gak nyangka Dave mainnya udah jauh." Lagi-lagi Zee merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Kalian sedang ngobrolin apaan, serius banget?" tanya Malvin yang ada di samping Zee.
"Gak ada, udah yok kita nonton lagi!" Zee langsung mengalihkan pembicaraan khawatir pacarnya melihat apa yang Dave lakukan bersama Sevia.
Sembilan puluh menit sudah berlalu, film pun sudah selesai diputar, begitupun dengan acara Dave dan Sevia yang membiarkan film dan sahabatnya menonton dirinya yang saling berpagutan. Saat sudah berada di luar, Zee langsung menarik tangan Dave untuk menjauh dari teman-temannya.
"Dave, seberapa jauh cara pacaran kalian?" tanya Zee to the points.
"Maksud kamu apa Zee, aku ga ngerti?" tanya Dave dengan menautkan kedua alisnya.
"Aku melihat apa yang kalian lakukan di dalam. Apa kamu sering melakukannya?" tanya Zee.
Dave menghela napas dalam sebelum akhirnya dia menjawab apa yang Zee tanyakan. "Kenapa memangnya Zee? Kita sudah sama-sama dewasa. Lagipula hal itu merupakan privasi aku."
"Aku harap kamu tidak melewati batas, Dave. Walau bagaimanapun kita menganut adat timur. Jangan sampai pacara kamu hamil di luar nikah." Zee pun sedikit mengingatkan pada Dave.
"Itu juga yang mau aku katakan padamu, Zee. Jangan sampai cinta membutakan kamu sehingga melanggar norma yang ada. Aku pulang duluan, sudah terlalu sore." Dave menepuk pundak Zee pelan. Hatinya merasa tidak karuan. Meski mulutnya terus memungkiri tapi ada sedikit rasa cemburu saat melihat Zee begitu lengket dengan Malvin.
Setelah berpamitan dengan Kejora dan yang lainnya, Dave pun langsung membawa Sevia pergi ke parkiran. Dia terus bungkam selama perjalanan menuju apartemennya yang ada di kota industri. Tak berbeda dengan Sevia yang ikut terdiam saat melihat suami brondongnya diam seribu bahasa.
Sesampainya di apartemen, Sevia langsung bergegas ke kamar mandi. Dia merasa geram setelah perjalanan yang lumayan jauh. Sementara Dave, dia langsung menuju ke balkon menghabiskan benda bernikotin yang diharapkan mampu mengembalikan suasana hatinya. Mungkin baru kali ini pria bermata biru itu bicara sedikit kurang enak di dengar oleh Zee, karena selama ini dia selalu mengalah dengan apa yang Zee lakukan.
Maafkan aku Zee! Sepertinya perasaan yang selama ini aku pendam untukmu semakin menipis. Dulu aku selalu menjaga ucapanku agar tidak melukai hatimu, tapi apa yang tadi aku ucapkan, aku yakin telah menyinggungmu. Mungkin itu lebih baik untuk kita karena aku tidak mungkin bisa memilikimu, batin Dave.
Dave terus larut dengan lamunannya, sampai dia tidak menyadari ada tangan kecil yang melingkar di perutnya. Kepala Sevia pun menyender di punggungnya "Dave, apa kamu menyesal menikah denganku? Aku minta maaf jika kehadiranku sudah mengacaukan impianmu," tanya Sevia.
Mendengar apa yang Sevia katakan, Dave langsung membalikkan badannya dan menangkup kedua pipi Sevia dengan tangannya. " Via, aku tidak pernah menyesal dengan apa yang sudah terjadi di antara kita. Aku bahagia bisa hidup bersama denganmu. Bersabarlah sebentar lagi," ucap Dave
Aku akan buat hari di mana Sevia menangis karena dicampakan oleh laki-laki itu, menjadi hari di mana aku akan melamarnya dengan benar. Tunggulah kejutan dariku, Via. Monolog hati Dave.
"Terima kasih Dave, kamu sudah menjadi malaikat penolongku," ucap Sevia tulus.
"Aku tidak butuh terima kasihmu Via. Aku hanya butuh kamu untuk selalu menemani tidurku," ucap Dave dengan mengerlingkan matanya.
"Ya Tuhan, brondongku benar-benar mesum." Cebik Sevia.
"Tapi kamu juga sangat menyukainya. Sudahlah aku mau mandi dulu, nanti kita lanjutnya tadi yang di bioskop." Dave langsung membawa Sevia masuk ke dalam kamarnya. Lalu meninggalkannya di tempat tidur karena dia akan membersihkan diri terlebih dahulu.
...***...
Hari pun terus berlalu, satu bulan sudah Sevia sibuk dengan kuliah malamnya. Setiap hari dia selalu pulang lewat dari jam sembilan malam. Namun, Dave yang sedang sibuk di kantor pusat menjadi kurang memperhatikan dengan rutinitas istrinya. Dia hanya kadang-kadang menelpon Sevia untuk menanyakan keadaannya.
Seperti hari ini, saat Sevia masih berada di kampus Dave yang baru tiba di apartemennya menelpon untuk menanyakan keberadaan istrinya,
"Hallo, Via! Lagi di mana? Kenapa belum pulang?" tanya Dave di seberang sana.
"Aku masih di kampus Dave, aku pulang jam setengah sepuluh malam."
"Kenapa malam sekali? Aku jemput ke kampusmu."
"Tidak usah, aku bawa motor." sahut Sevia.
"Gak bisa, nanti biar Harry yang membawa motormu."
Klik
Sambungan langsung terputus saat Sevia akan menjawab telepon. Dia hanya menghela napas dalam dengan apa yang dilakukan suaminya. Tanpa di sadarinya, Andika sudah berdiri di belakang Sevia.
"Via, kalau kamu tidak bahagia dengan pernikahanmu, mending cerai saja. Kita kembali mengulang kisah kita yang belum usai," ucap Andika yang tepat berada di belakang Sevia.
"Kamu becanda, Di! Dave tidak akan menceraikan aku. Kalaupun aku sampai berpisah dengannya, aku tidak akan mau kembali padamu." Sevia langsung masuk ke dalam Lab komputer karena memang hari ini jadwalnya belajar komputer.
Setelah jam di dinding menunjukkan angka 9 di jarum pendek dan angka 6 di jarum panjangnya, perkuliahan untuk hari ini pun selesai. Sevia dan Reina yang memang satu kelas langsung bergegas untuk pulang. Namun, kedua gadis itu nampak kaget saat di depan mading mendapati dua pria tampan dengan jaket kulit hitam dan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya sedang melihat-lihat agenda kampus yang dipajang di sana.
"Dave," panggil Sevia.
...~Bersambung~...
...Dukung terus author ya kawan! Klik like, comment, rate, gift, dan favorite....
...Terima kasih!...