Bela yang baru saja putus cinta bertemu dengan lelaki yang membuat dia bisa melupakan mantan kekasihnya.
Dan ternyata lelaki itu adalah Agam. Pria dewasa yang sudah memilik istri. Tak hanya itu, Agam juga adalah sahabat dari papanya.
Apakah Bela bisa bersanding dengan Agam, atau ada laki-laki lain yang bisa mencuri hati Bela???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KuningHijau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMARAH
Begitu masuk kedalam kamarnya, Bela hanya berjalan bulak -balik. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Belapun kembali menghubungi Agam, tapi nomornya sudah tidak aktif.
Bela semakin gelisah, karena dia yakin Agam dalam perjalanannya menuju ke singapura.
Sudah hampir dua jam Bela menunggu di kamarnya.
"Sebentar lagi Agam pasti datang." Ucapnya dalam hati. Matanya ia pejamkan dengan berharap ini semua hanya mimpi.
Bela mendengar suara Bel Apartmen Daniel Berbunyi. Diapun bergegas keluar kamarnya, sebelum Daniel yang membukakan pintu.
Bela berpas-pasan dengan Daniel yang juga akan membukakan pintu itu.
"Biar aku saja. kamu tunggu di dalam kamar." Ucap Daniel menyuruh Bela Agar kembali ke kamarnya.
"Tapi Dan, aku yakin itu Agam."
"Ya, percaya padaku. kamu masuk."
Daniel membukakan pintu untuk Agam, sedangkan Bela kembali masuk kedalam kamarnya.
Agam melihat Daniel dari ujung kaki hingga kepalanya. Daniel terlihat sangat gagah dengan seragam pilotnya. Melihat pesona Daniel Agam menjadi sangat marah. Dia tidak ingin Bela kepincut pesona Daniel.
"Kita pernah bertemu sebelumnya." Sapa Agam, Dia tetap berlaku sopan saat memasuki rumah orang lain, walaupun Tatapan tajamnya terus ia tunjukan Kepada Daniel.
"Ah, iya saya tidak lupa. Silahkan masuk."
Agam memasuki rumah Daniel dengan sorot mata mengarah ke semua sudut. Agam sangat penasaran dengan sosok Daniel yang bisa membuat Bela langsung terbuka kepadanya.
"Saya datang kesini untuk membawa Bela." Tanpa basa-Basi Agam mengarah langsung kepada tujuannya.
"Tidak bisa. Om David sudah mempercayakan Bela kepada saya." Daniel Tidak bisa begitu saja mengizinkannya, sementara David menitipkan Bela kepadanya.
"Saya tidak percaya kepada kamu. Tunjukan saya di mana kamar Bela!"
"Kamu tidak bisa memaksakan kehendak seperti ini, Bagaimana jika Om david tahu kalau Bela tidak ada di rumah ini, melainkan bersama kamu." Daniel sedikit memperingatkan Agam.
Agam mengacukan jari telujuknya mengarah ke wajah Daniel.
"David tidak akan tahu, kalau kamu terus Diam." Agam menekan gigi grahmnya menatap daniel masih dengan tatapan tajamnya.
"Dia ada di sana." Daniel menunjukan Kamar yang di tempati Bela, Dia tidak mau mencampuri lebih dalam urusan percintaan Bela. Dia tahu saat ini Agam sedang menahan marahnya, jadi Daniel tidak ingin terus memojokannya.
Agam langsung memasuki kamar yang di tunjuk Daniel.
Ceklek....
Bela menoleh begitu pintu di buka Agam.
"Agam." Bela bangun dari duduknya menghadap Agam yang sudah mendekati dirinya. Jantungnya berdegup kencang. Jelas sekali terlihat sorot mata Agam yang menatap bagai puluhan mata pisau mengarah ke jantungnya.
"Kemasi barang kamu sekarang dan ikut aku!"
"Aku gak bisa gam. Aku gak bisa meninggalkan rumah ini. Karena papa taunya aku disini!"
"Atau memang kamu ingin disini bersama Dia?" Tuduh Agam kepada Bela.
Hatinya seperti di tusuk mendengar tuduhan Agam.
"Apa maksud kamu Gam, kenpa kamu selalu tidak suka dengan Daniel?"
"Aku hanya tidak suka.tidak butuh alasan untuk itu."
Agam meraih koper Bela dan mengeluarkan Baju-baju Bela di dalam lemari dan ia masukan kedalam koper. Melampiasakn kemarahnya kepada benda-benda yang tidak bersalah itu.
"Agam, kamu gak bisa gini dong. Kita bisa bicarakan ini baik-baik!" Bela mencegah apa yang di lakukan Agam.
"Oke, aku mendengarkan, apa yang akan kamu katakan?"
Agam melepaskan koper yang di pegangnya dan duduk di tepi tempat tidur untuk mendengarkan apa yang akan Bela katakan.
Bela sangat ketakutan, Hatinya bergetar, kedua matanya sudah siap untuk membendung Air mata Bela. Karena Baru kali ini Bela melihat Agam semarah ini.
"Aku minta maaf. Aku tahu aku salah menyembunyikan kebenaran ini. Tapi ini semua karena aku tidak ingin bertengkar dengan kamu Gam."
"Tapi pada akhirnya kita bertengkar juga. Mungkin kalau David tidak menceritakan tentang kamu, aku tidak akan tahu, dan selamanya kamu akan bungkam."
Bela hanya diam, dia tidak bisa mendebat lagi, dan memang benar yang di katakan Agam, kalau Bela tidak akan memberitahu Agam tentang keberadaannya di Apartment Daniel.
"Ayo kita pergi dari sini, aku ada apartmen tak jauh dari sini. Kamu bisa tinggal di sana sesuka hati kamu dan juga ada mobil, kamu bisa pakai untuk melanjutkan sisa liburan kamu,tapi tidak sini."
Bela menuruti semua keinginan Agam, dia meneruskan mengemas pakaiannya kedalam koper. dengan wajah yang di tekuknya, hilang semua keceriaan yang hari ini di dapatnya. Dia sangat kesal kepada Agam, tapi dia tidak bisa melampiaskannya, karena memang dirinya yang salah.
"Terimakasih Dan, kamu udah izinin aku tinggal di sini." Ucap Bela sebelum pergi.
"Kamu hati-hati ya Bel." Daniel tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya menatap kepergian Bela.
Dua harinya bersama Bela sudah cukup baginya, untuk merasakan kehidupan seperti yang teman-temannya jalani.
...※※※※...
"Rey loe kenapa???" Tanya Naya yang melihat wajah pucat Reyna, Dan juga keringat yang membasahi pakaian Reyna.
Naya Berniat mengajak Reyna berbelanja, tapi yang dia dapatkan adalah Reyna yang sedang berbaring di atas tempat tidurnya.
"Gak tau Nay, akhir-akhir ini gw sering mual-mual gak jelas." Ucapnya yang teus memegangi perutnya.
"Jangan-jangan loe hamil Rey, loe udah ke dokter?"
Reyna membelakan mata tak percaya denga pertanyaan Naya.
"Belum, gak mungkin gw hamil Naya. Gw udah lama gak behubungan dengan Agam."
"Tapi loe main dengan yang lainnya Rey."
"Gw main aman kok Nay." Reyna bersikukuh
"Coba loe ingat-ingat lagi, siapa tahu loe main tanpa pengaman?" Naya masih tetap yakin dengan tebakannya.
"Kayanya sebulan yang lalu Nay, Aduh.... Naya gimana ini, gw gak mungkin minta tanggung jawab orang itu. Gw gak mau hamil Nay." Reyna berteriak panik, dia baru ingat kelalaiannya.
"Loe mau hamil tanpa suami, bagaimana orang akan nilai loe Reyna."
"Gimana dong, gw gak bisa bilang ini anak Agam, karena udah lama gw gak beruhungan dengan Agam. lagi pula gw udah tandatangan surat cerai Nay. Apa gw gugurin aja?" Reyna semakin tidak bisa berfikir jernih. dia tidak tahu harus melakukan apa.
"Jangan pernah loe gugurin. Anak ini bisa buat Agam melupakan Bela.Gw punya rencana untuk itu. tapi sekarang kita kedokter buat mastiin.dan loe harus cepat ambil kembali surat cerai yang udah loe tandatangani itu."
Setelah mendengar saran dari Naya. Reyna diantar Naya menuju rumah sakit untuk memeriksa kandungannya. Naya sudah sangat yakin kalau Reyna sedang mengandung, karena dia pun pernah merasakan hal yang sama ketika dulu saat mengandung.
"Ibu Reyna, silahkan masuk." panggil salah satu suster.
Reyna yang di temani Naya masuk kedalam ruang pemeriksaan.
"Silahkan berbaring bu." dokter mulai membuka bagian perut Reyna dan menempelkan alat USG.
"Ini sudah terlihat Ibu, walaupun masih sangat kecil sekali, seukuran biji jagung. kehamilan Ibu Reyna menginjak minggu ke 5. Mohon untuk makanannya di jaga. makan- makanan yang kaya akan nutrisi. Dan jangan minum beralkohol jika ibu suka meminumnya. Baik ibu sudah selesai.
"Terimakasih Dok."
Reyna Dan Naya keluar dari ruang pemeriksaan dan melanjutkan rencananya. yaitu mengambil kembali surat cerai yang ada pada Agam. Kali ini Reyna bertekad tidak akan pernah melepaskan Agam walaupun itu perintah papa mertuanya.Dia takut jika Agam tidak akan kembali bersamanya lagi.
"Sampai sini aja Nay, gw akan masuk sendiri. Thanks ya untuk hari ini."
"Oke Rey. kalau loe udah siap untuk rencana berikutnya, hubungi gw."
Naya pergi meninggalkan Reyna di depan rumahnya.
Reyna bergegas masuk kedalam rumah menuju ruang kerja Agam, sebelum Agam datang dan menggagalkan rencananya.
Reyna membuka setiap laci di meja kerja Agam, tapi di tidak menemukan yang di carinya.
"Jangan-jangan Agam memabwa nya ke kantor?"
Reyna duduk menyandarkan dirinya di sofa, Dia sangat lelah, setelah hampir satu jam mencari berkas perceraiannya. Namun tak ia temukan di ruang kerja Agam.
"Aku harus mencarinya di kantor Agam, sebelumnya aku harus tahu dulu jadwal Agam."
Hari ini Reyna menyudahi pencariaanya, dia akan melanjutkan besok hari di kantornya Agam.