NovelToon NovelToon
Senandung Sang Bunga

Senandung Sang Bunga

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Teen School/College / Karir / Fantasi Wanita / Chicklit
Popularitas:475
Nilai: 5
Nama Author: Baginda Bram

Aidol atau idol. Adalah istilah yang lumrah di zaman ini karena kehadirannya yang telah masif.

Chandra Kirana adalah salah satunya. Ia yang mulai dari nol, tak pernah berpikir untuk menjadi seorang idol.

Namun, ia "terperosok" ke dalam dunia itu. Dunia yang tak pernah ia tahu sebelumnya.

Mulai saat itu, dunianya pun berubah.

(Update setiap hari selasa, kamis, Sabtu dan minggu.)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baginda Bram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Serunya acara kemarin.

Rasanya memori itu akan selalu terkenang seumur hidup.

Memori tentang wajah itu. Wajah dingin yang penuh percaya diri itu, akhirnya meleleh. Pemandangan itu tak bisa luput dariku. Tiap kali aku mengingatnya, aku tersenyum sendiri.

Hari ini, entah mengapa, sedari pagi aku merasa ada yang janggal. Ketika aku berjalan ke sekolah, cuaca memang sedikit mendung, tapi bukan berarti bisa menjadi alasannya.

Lama aku memperhatikan sekitar, aku baru sadar akan beberapa pasang mata yang menatapiku dengan intens. Kutatap mereka balik dengan kesal.

Jujur aku benci dengan tatapan orang-orang. Dari dulu aku sering ditatap dengan jijik lantaran potongan rambut dan gaya berpakaianku yang seperti laki-laki. Itu karena mereka menganggap aku aneh, atau tidak normal.

Sering, bukan? Jika kita melihat cewek yang mirip seperti cowok, lalu kita mengganggap dia abnormal, bukan?

Seperti itulah yang kurasakan. Karena itu, aku alergi tatapan orang lain. Tapi, sejak menjadi anggota Flow, aku berangsur-angsur berubah.

Aku diajari bagaimana berpakaian yang bagus oleh teman-temanku di sana. Mulai sering pakai rok dan memakai beberapa produk kecantikan.

Rambutku saja sudah sebahu. Penampilan pun sekarang telah berubah drastis berkat saran dari staf dan teman-teman.

Aku yang biasanya tidak peduli, sekarang mulai memikirkan penampilan, menyisir rambut dan memakai aksesoris cantik pemberian mereka.

Entah sejak kapan mereka sepeduli itu padaku. Katanya agar penampilanku makin cantik. Jujur, aku tidak suka memakai aksesoris karena mengganggu, tapi karena itu pemberian, aku merasa tak enak jika tidak memakainya.

Terlepas dari penampilan, walaupun mungkin orang pangling dengan gayaku, aku masih tidak suka ditatapi terus menerus.

Ketika di kelas pun, saat aku memasuki ruang kelas, aku dibanjiri tatapan. Semua tatapan terpaku padaku saja.

Aku terkejut, namun tetap mencoba terlihat tenang. Berjalan seakan tak terjadi apapun, melewati mereka semua hingga sampai di tempat dudukku. Begitu duduk, aku langsung berbisik dengan Ratna,

"Eh, kok orang-orang liatin gue ya?"

Ratna hanya menggeleng pelan. Tumben dia tidak bicara? Apa karena lagi sariawan?

Kutanya hal yang sama kepada Citra. Ia hanya diam. Tanpa menoleh sedikitpun.

Aku yang tak tahu menahu duduk ke kursi sembari terheran-heran. Kuhela napas. Mungkin mereka sedang punya masalah?

Kutahan diri untuk tak mencuri bincang dengan teman-teman. Hingga bel istirahat menggema. Baru kutanya mereka untuk menanggalkan rasa penasaranku.

"Kalian ada masalah apa nih?"

Mereka masih tetap diam. Kulayangkan pandang ke mereka bertiga. Mereka saling pandang lalu tertunduk. Seperti tak menghiraukan pertanyaanku, mereka melanjutkan langkah.

"Eh Rat, sebenarnya ada apa sih?" Ucapku sambil menarik lengan Ratna.

Ratna membisu bahkan membuang muka. Tanpa berucap sepatah kata pun mereka bertiga tetap berusaha beranjak pergi.

Aku termangu. Keheranan dengan mereka. Otakku kepikiran salahku di mana? Aku tak menemukannya. Lalu mereka kenapa?

Sampai pulang aku masih bingung. Bahkan, ketika latihan, masih terus menjadi bahan pikirku. Membuat pikiranku tak karuan.

Aku selalu berpikir, apa ada yang salah? Apa yang sudah kulakukan pada mereka?

Gerakanku ikut kacau. Otakku kesulitan memproses. Rasanya tak baik jika latihan ini diteruskan. Meski salah di sana sini, aku berusaha melanjutkan latihan hingga akhir.

Latihan kali ini menjadi latihan terkacau. Tubuhku yang seharusnya terbiasa bergerak, mendadak terhuyung. Kepalaku serasa mau meletus.

Sepertinya sebuah kompres air dingin bisa meredam ini semua. Aku ke dapur secepat yang kubisa. Baru setengah perjalanan, terdengar pekikan seseorang sedang mengumandangkan namaku.

"Kirana ...! Kirana ...!"

Aku sontak berhenti. Asal suara semakin dekat. Seorang staf terlihat datang dari belakang.

"Eh Kirana, kamu diminta menemui Miss Suk Hyun."

Kuanggukkan kepalaku pelan sebagai pengganti jawaban.

Sepertinya aku harus menahan sakit kepalaku sedikit lebih lama. Aku banting stir. Mengikuti staf tadi.

Aku sampai di sebuah ruangan yang terpisah dari ruangan lain. Sebuah ruangan sakral tempat bersemayamnya Bu Suk Hyun.

Sebentar ...

Kenapa aku merasa penyebutan barusan salah? Ini gara-gara staf tadi yang memanggilnya begitu. Mungkin itu alasannya ia pakai "Miss".

Kuketuk pintu itu. Terdengar jawaban, "masuk".

Dengan berdebar, kubuka pintu. Terlihat sosok wanita pirang sedang duduk di kursi. Menggeser naik turun smartphone. Rambutnya lurus panjang. Wajahnya tirus. Tatapannya tegas tanpa celah. Tubuhnya langsing ideal dengan tinggi badannya.

Aku yakin orang tidak akan percaya jika umur orang ini sudah kepala tiga jika melihat bagaimana mempesona sosoknya.

Kalau saja tak ada yang memberitahuku, mungkin aku mengiranya masih dua puluhan. Ia melayangkan pandangannya padaku. Tatapan yang penuh intimidasi. Ia menunjukan layar ponselnya.

Terpampang sebuah video yang menampilkan pertunjukanku ketika acara kemarin.

"Maksudnya apa ini?" Tanyanya.

Aku keheranan. Bagaimana bisa ada video itu? Apa seseorang telah merekam lalu mengunggahnya ke internet?

"Itu video ketika kami tampil, Miss."

"Aku tidak ingat ada schedule untuk kalian tampil. Apalagi sampai membawa nama Flow."

"Kemarin saya ingin menemui anda, tapi anda sedang tidak ada. Tapi, kami pergi dengan sepengetahuan Miss Desy. Malah aku di bantu make up olehnya."

"Miss Desy itu staf biasa. Dia tak punya otoritas untuk memberikanmu izin. Selain itu, aku yakin dia mengira kamu sudah izin denganku."

Benar juga. Aku benar-benar tak terpikir tentang hal itu. Sudah masalah di sekolah, belum lagi ditambah masalah ini. Sumpah! Kepalaku serasa mau beneran meledak!

Aku hanya bisa menunduk terdiam. Miss Myeong pun menghela napas panjang.

"Tapi setidaknya views-nya mencapai 300k."

Masa? Bisa sebanyak itu?

"Jadi, untuk kali ini, akan kubiarkan."

Huh?

"Aku orang yang tak peduli dengan proses. Bagaimana pun prosesnya, selama hasilnya positif, aku tak masalah. Jadi, Kirana...."

Suaranya menghilang. Kesunyian mendadak menghampiri. Kuangkat pandangan. Mendapati Miss Myeong menatapku lekat-lekat.

"Lakukan apa yang menurutmu benar. Jika kamu merasa butuh sesuatu, datanglah ke mari dan carilah aku."

Suaranya menghilang dengan nada ironi tersembunyi, dibarengi dengan senyum tipis mengundang pertanyaan.

Benar deh. Senyum wanita itu, meski terlihat manis, tapi di saat yang sama juga menakutkan.

...----------------...

Kalimat Miss Myeong terdengar seperti kalimat penyemangat. Tapi, entah mengapa aku tak merasa semangat. Justru perasaan aneh yang terasa. Aku tidak tahu bagaimana mendeskripsikannya, memang wanita itu selalu dibalut aura kuat yang misterius.

Kesampingkan hal itu. Setelah banyak hal yang berkecamuk dalam pikiranku, aku harus menuntaskan masalah ini. Benar. Kalau dibiarkan, masalah ini tak akan pernah selesai.

Aku cukup terpukul. Semua sahabatku, entah mengapa, menjauhiku. Tak hanya mereka, semua perempuan di kelasku pun seolah berusaha menghindar dariku.

Tak mungkin hal ini terjadi begitu saja. Aku yakin, pasti ada sesuatu. Tapi, agar tahu sumber masalahnya, aku harus tahu apa yang sedang terjadi dengan mereka .

Bel sekolah pertanda jam istirahat terdengar. Aku yang mendengarnya, segera bangkit dari duduk. Mereka bertiga yang akan ke kantin, dengan gesit kuhadang.

Aku berdiri di hadapan mereka sambil merentangkan tangan.

Hari ini, aku harus tahu semuanya.

"Gue enggak akan biarin kalian lewat sebelum kalian jelasin semuanya! Kalo gue ada salah, bilang aja! Jangan kaya gini!"

Pekikanku menyita perhatian seisi kelas. Semua pasang mata sontak tertuju padaku. Mereka bertiga menghentikan langkah. Citra berdecak paling kencang. Ratna memalingkan wajah.

"Gue mau pertegas sesuatu."

Citra akhirnya buka suara. Alisnya bertemu. Nadanya meninggi.

"Mulai hari ini, jangan anggap kita temen lagi. Jangan pernah negur kita, apalagi kumpul bareng kita. Gue paham lu udah beda dunia sama kita, tapi jangan sok kecakepan deh jadi cewek! Gue capek sama lu, sok polos, udah gitu gayanya selangit. Mentang-mentang udah jadi artis, gaya banget! Please deh! Jangan deket-deket sama rakyat jelata kaya kita lagi!"

Aku termangu. Lidahku kelu tak sanggup membalas perkataannya. Bagaimana bisa mereka berpikir seperti itu? Apa salahku?

Perasaan aku tidak pernah jahat pada mereka sedikit pun. Lalu kenapa? Kenapa mereka melakukan hal ini?

"Kalian lagi bercanda 'kan? Kalian lagi prank gue 'kan?"

"Lu pikir gue lagi bercanda?"

Tatapan Citra menajam. Menghujam ke dalam dadaku. Menusuk tepat pada ulu hatiku. Aku tak henti termangu. Otakku tak sanggup memproses tsunami informasi yang datang mendadak.

Tanganku yang terentang menurun. Citra mulai melangkah dengan sedikit menyenggol bahuku. Mereka bertiga melewatiku.

Bahkan Ratna, teman sebangkuku, teman terakrab yang kupunya, tak mengucapkan sepatah kata pun.

Mereka temanku kan? Lalu kenapa mereka bisa seperti ini?

Lalu apa itu teman? Hanya sebuah kata ganti saja? Atau julukan?

Aku semakin tak memahami makna kata itu.

1
SakiDino🍡😚.BTS ♡
Bagus banget deh, bikin nagih!
KnuckleDuster
Buat gak bisa berhenti baca!
Coke Bunny🎀
Gemesinnya minta ampun!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!