Mencintai Sahabat Papa
Suara dentuman musik memenuhi indra pendengaran semua orang yang berada di dalamnya, yaitu klub malam yang paling ramai di kunjungi di kota ini. Dari mulai mahasiswi sampai para pekerja yang menghabiskan malam minggunya di klub tersebut.
Puluhan manusia sedang meliuk-liukan badannya mengikuti dentuman musik, kecuali gadis yang sedari tadi masih duduk di meja bar menghabiskan beberapa gelas minuman beralkohol.
Dia adalah Bela Davinson, sedang meratapi nasib percintaannya, yang baru saja berakhir karena perselingkuhan.
Gelas demi gelas sudah dia teguk, dengan air mata yang terus saja mengalir membasahi kedua pipinya. Merasa sudah tidak bisa menahan rasa mabuknya, Bela berdiri meninggalkan meja bar menuju pintu keluar klub tersebut. Namun Bukannya berjalan kearah pintu keluar, Bela justru menjatuhkan dirinya ke samping seorang pria di salah satu kursi vip.
"Kamu ternyata disini. hiks...hiks...hiks...." Bela menangis sembari memeluk pria asing disebelahnya. Dia mengira pria itu adalah Digta kekasihnya yang baru saja dia putuskan.
"Kenapa kamu menghinati aku, hiks...hiks...hiks..."
Bela terus saja menangis mengeluarkan semua pertanyaan kepada laki-laki asing di sampingnya.
Merasa memahami apa yang dirasakan Bela, lelaki itu menepuk-nepuk bahu Bela sampai Bela tertidur di pelukannya. Merasa simpati atas apa yang sudah terjadi pada gadis muda terebut, Akhirnya dia megendong Bela di punggungnya, dan membawa bela masuk kedalam mobilnya.
Bingung kemana akan mengantarkannya pulang, Akhirnya dia mencoba mencari sesuatu yang bisa menemukan alamat gadis tersebut. Dia mencari di setiap saku celana Bela, Akhirnya Dia menemukan sebuah Handphon. Namun sayangnya handphonnya tidak bisa terbuka.
Terpaksa dia menepuk-nepuk pipi Bela agar tersadar dan dia dapat menanyakan kemana akan membawa Bela pulang.
Puk...puk...puk...
"Hai... bangun. Dimana alamatmu?"
"Kemana saya harus mengantarkan kamu?"
Bela yang terusik dengan tepukan di pipinya, menyipitkan matanya, melihat siapa yang sedang mengganggu tidurnya.
"Apa sih...?" Dengan suara berat dan ternyata masih terpengaruh alkohol.
"Kamu tinggal dimana?" Tannyanya lagi dengan sedikit kesal, bicara dengan orang mabuk memang sangat mengesalkan.
"Ah...Handphonku mana? Bukannya menjawab, Bela mencari handphonnya.
Laki-laki itu memberikan handphon Bela yang sedari tadi di genggamnya.
Bela membuka handphonnya dan menelphon seseorang.
"Hallo may, jemput gw di klub xxx sekarang!" Ucapnya dengan sedikit berteriak.
Bela belum sadar sepenuhnya, tapi dia tahu saat ini dirinya berada di dalam mobil bersama laki-laki asing.
"Heemmm.... sorry, sepertinya aku sudah merepotkanmu, sebentar lagi temanku akan datang menjemput." Ucapnya ketika kesadarannya perlahan mulai kembali.
"Lain kali datanglah dengan seseorang, sepertinya tidur adalah kebiasanmu jika sedang mabuk, Bahaya untuk gadis seperti kamu tidur di sembarang tempat."
"Terimkasih sudah menunggu sampai aku terbangun, maaf merepotkan!"
Bela keluar dari mobil laki-laki itu, ketika dia melihat mobil Maya. Bela sangat berterimakasih, pasti laki-laki asing itu menunggunya sangat lama, sampai ia terbangun dan sadar dari mabuknya. Entah apa yang akan terjadi dengannya jika tidak bertemu dengan lelaki itu, karena ini kali pertama dirinya datang ke klub seorang diri.
"Siapa dia?" tannya maya sambil menyetir mobilnya.
"Dia...? ya ampun may, gw lupa tanya namanya!"
"Terus kenapa lu diklub sendirian? bukannya lu bareng Digta?" tanya maya lagi, dia penasaran mengapa sahabatnya berada di klub seorang diri.
"Dikta selingkuh may, hiks...hiks...hiks..." Bela menangis lagi saat mengingat kejadian tadi sore bersama Digta.
"Apa..., kurang ajar dia!
"Apa kurangnya aku may, dia selingkuh dengan perempuan yang pantasnya jadi orang tuanya may!"
"Maksud lu?"
"Dia selingkuh dengan tante-tante may, gw gak terima, hiks...hiks...hiks..., lima tahun may, dia tidak menghargai waktu yang kita lewati selama lima tahun ini!"
"Lupakan dia Bel, kamu terlalu berharga buat dia."
Meski usianya sama dengan Bela, Maya terlihat lebih dewasa, Dia selalu memberi masukan terbaiknya kepada Bela. Maya memberikan sarannya untuk bela segera move on dari mantan kekasinya.
"Gw masuk dulu ya...!" Pamit Bela saat sudah berada di depan rumahnya.
Bela keluar mobil Maya dan masuk kedalam rumah dengan perlahan, dia takut akan membangunkan papanya dan mendaptkan omelan dari papanya.
"Dari mana saja, kamu tahu ini jam berapa?"
Bela kaget ketika papanya sedang berdiri di depan pintu kamarnya, dengan langkah yang perlahan dirinya masih saja ketahuan oleh papanya.
"Papa belum tidur?" tanyanya dengan senyum yang di buat-buat. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi
"Bagaimana papa bisa tidur, saat anak gadis papa tidak ada di rumah di jam segini." Bela menundukan kepalanya merasa bersalah.
"Maafkan Bela pah, Bela ketiduran di rumah Maya!"
"Masuk kamar!" Ucap papanya, dengan tatapan mata tajam.
Sontak saja Bela langsung berlari memasuki kamarnya tanpa menoleh lagi kearah papanya.
Bela Davinson adalah anak satu-satunya David Davinson. hanya Bela yang david punya, setelah kehilangan istri tercinta, David hanya fokus membesarkan Bela seorang diri, Dia tidak tertarik untuk menikah lagi. Dia hanya ingin membuat anak sematawayangnya bahagia.
David bersikap tegas terhadap Bela, juga membebaskan pergaulannya, termasuk dengan siapa saja dia berteman, dan kemana saja dia pergi, asalkan Bela harus pulang ke rumah sebelum jam 12 malam. Tidak seperti malam ini, Bela pulang pada jam 3 dini hari, tentu saja David khawatir. Tapi David meloloskan kesalahan Bela kali ini, karena ini kali pertama bela pulang lewat dari jam malamnya.
...^^^※※※※^^^...
Bela sedang bersiap berangkat kekampusnya. Rutinitas pagi yang tidak boleh terlewat adalah berendam di air hangat. Bela hampir menghabiskan satu jam untuk mandi paginya.
Bela kembali mengingat betapa bodohnya semalam, memeluk laki-laki asing yang tidak jelas asal usulnya, yang jelas dia adalah laki-laki baik yang menolong dirinya, dan hampir 2 jam menunggunya sampai sadar terbangun dari tidurnya.
Mencoba mengingat lebih detail lagi sosok laki-laki misterius, yang bodohnya lagi Bela lupa menanyakan nama dan pekerjaannya.
Sosok Laki-laki tinggi, dengan dada bidangnya, jelas sekali Bela rasakan ketika memeluknya. brewok tipis di dagunya, Mata coklat yang menentramkan. Wajah yang nyaris sempurna.
Tapi, Dari keseluruhan ciri-ciri yang Bela sebutkan dia menyimpulkan bahwa laki-laki asing tersebut seusia papanya.
tok...tok...tok...
"Bela... ayo kita sarapan!" Ketukan papanya yang membuat tersadar dari lamunannya.
"Iya pah, tunggu..." Teriak Bela dari dalam kamar mandi.
Bela segera keluar kamar mandi dan memakai pakiannya. Dress biru polos selutut dengan sepatu kets putihnya, tidak lupa dia kenakan.
"Aku siap!" memutarkan badan di depan cermin yang menampakan keseluruhan tubuhnya.
"Pagi papa...!" Memeluk dan mencium pipi orang tua satu-satunya.
"Pagi sayang!"
Rutinitas kedua yang tidak boleh dia lewatkan adalah sarapan bersama papa tercinta, karena hanya di pagi hari Bela akan melihat papanya. sebab malam hari dia pasti sudah tidur saat papanya datang.
"Pah, Bela ingin ganti mobil!" Ucpnya manja kepada david.
"Mobil kamu kenapa?" Tanya David sambil meneruskan sarapannya.
"Sepertinya Mobilku rusak, Bolehkan pah aku beli mobil baru?
"Pilih saja mobil apa yang kamu inginkan, nanti papa belikan!"
"Terimakaih pah, aku berangkat dulu ya..." Bela kembali memeluk david dan berpamitan untuk berangkat kekampusnya.
Sebenarnya ada alasan di balik keinginan Bela mengganti mobilnya, yaitu karena terlalu bnyak kenangan yang sudah ia lewati bersama Digta di dalam mobilnya. Mobil yang selalu Digta bawa untuk mengantarkan kemanapun Bela pergi.
Dan juga mobil yang menjadi saksi bagaimana Bela melihat perselingkuhan itu terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Bunga Syakila
menyimak
2021-11-12
0