Kisah ini menceritakan tentang dua insan manusia yang terpaksa menikah hanya untuk membahagiakan orang tua masing-masing.
Aluna Alexander seorang mahasiswi keperawatan terpaksa menikah dengan seorang pria asing putra dari sahabat Alexander.
Bryan Smith seorang CEO dingin, memiliki sifat cuek dan anti wanita. Baginya wanita yang patut dicintai di dunia ini hanya Eliza cinta pertama Bryan.
Akankah cinta mereka bersemi atau malah layu disaat cinta itu belum tumbuh?
Penasaran? Yuk baca trus ceritanya. 🤗
Jangan lupa masukan dalam list favorit agar tidak ketinggalan cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Enak Tidak?
"Apa yang sedang mas pikirkan." Aluna berteriak sambil melempar handuk ke arah Bryan.
"Heh, apa-apaan sih. Kamu sengaja melemparnya ke arahku?"
"Iya! Lagian mas kenapa memandangiku seperti itu? Tatapanmu membuatku takut mas." Aluna segera duduk di sofa. Dia belum berani tidur di ranjang.
"Kamu tidur disini saja, aku tidak akan memakanmu." Bryan menepuk bagian ranjang disebelahnya.
"Tidak mas, aku tidur disini saja."
"Kamu mau berjalan sendiri atau aku gendong?"
Tanpa diperintah lagi, Aluna segera bangkit dan merebahkan tubuh disebelah Bryan.
"Gadis pintar!"
"Tapi janji mas jangan macam-macam padaku."
"Aku tidak tertarik kepadamu Aluna. Lihat tubuhmu, sama sekali tidak membuatku berga*rah."
"Ish Mas Bryan jahat banget!" Aluna kesal dan segera membelakangi Bryan.
"Lama-lama aku bisa betulan jatuh cinta kepadamu Aluna, jika kau terus menerus menunjukan wajah imut seperti itu." Gumam Bryan.
"Ya sudah, aku mandi dulu."
Aluna tidak menjawab, dia pura-pura tidur karena merasa kesal dengan ucapan Bryan.
"Awas kamu mas, akan ku tunjukan suatu saat nanti. Malah bisa jadi kamu akan ketagihan!" Aluna tertawa hingga suara tawanya memenuhi seisi ruang kamar.
Bryan yang masih memilih pakaian di walk in closet segera menoleh dan mendapati Aluna sedang tertawa.
"Kamu gila ketawa-ketawa sendiri?"
"Kepo, udah sana mandi."
Tak perlu memakan waktu lama bagi Bryan membersihkan diri, hanya cukup waktu dua puluh menit dia sudah selesai mengerjakan ritual mandi.
Dia melihat kearah ranjang dan menatap lekat wajah Aluna.
"Gadis ini sungguh cantik dan juga imut. Maafkan aku Aluna karena sudah pernah mengecewakanmu tapi aku janji mulai hari ini tidak akan mengecewakanmu lagi. Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian apapun yang terjadi." Bryan mengusap lembut rambut Aluna dan mengecup ujung kepala.
"Good night istri kecilku."
Bryan membaringkan tubuh dan mereka berdua terbang ke alam mimpi.
...****************...
Keesokan hari, pagi-pagi sekali para pelayan dirumah Smith sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Bu Risa selaku kepala pelayan memantau pekerjaan mereka. Jika ada yang tidak sesuai dengan keinginan Ayunda maka dia tidak segan-segan menegur secara langsung karena baginya kepuasan Ayunda lebih penting dari segalanya.
Aluna mengucek kedua mata, sepertinya dia masih belum terbiasa tidur satu ranjang dengan Bryan jadi tidurnya tidak begitu nyenyak semalam.
"Sudah pagi, aku harus segera ke dapur membantu pelayan dan menyiapkan minuman maupun sarapan untuk Mas Bryan." Aluna menyingkirkan bedcover dan segera menuju kamar mandi.
"Selamat pagi Bu Risa." Sapa Aluna lembut.
"Selamat pagi nyonya muda. Ada yang bisa saya bantu?"
"Bu, panggil saja aku Aluna terdengar aneh jika aku dipanggil nyonya."
Aluna merasa risih dengan sebutan "nyonya".
"Maaf nyonya tapi saya tidak bisa. Jika kami melanggar maka gaji kami akan dipotong oleh nyonya besar."
"Ya sudah terserah Bu Risa saja."
"Bu, dapur dimana? Aku ingin membuatkan minuman untuk Mas Bryan."
"Biar saya saja yang buat. Nyonya tunggu saja dikamar."
"Tidak Bu, aku ingin membuatnya sendiri. Mas Bryan adalah suamiku jadi aku wajib melayani dia. Sudah katakan dimana letak dapur."
"Tapi......"
"Aku yang akan bertanggung jawab jika Bu Risa kena marah mommy."
Bu Risa menuruti kemauan Aluna, dia mengantar Aluna ke dapur dan memberitahu minuman kesukaan Bryan.
"Tuan Bryan menyukai teh hangat dengan gula rendah kalori. Biasanya setiap pagi dan sepulang kerja kami buatkan untuk nya."
"Baik, mulai sekarang aku yang akan menyiapkan. Kalian semua tidak usah repot-repot menyiapkannya lagi. Paham?"
"Paham nyonya."
Aluna begitu cekatan membuatkan teh untuk Bryan. Tidak ada rasa canggung malah dia menikmati perannya sebagai seorang istri.
"Aku keatas dulu, kalian lanjutkan pekerjaan."
Aluna membawa gelas berisi teh hangat untuk Bryan yang sengaja dia buat sendiri.
Begitu sampai kamar, dia langsung membangunkan Bryan.
"Mas bangun, ini aku siapkan teh hangat untukmu."
Bryan hanya menggeliat tanpa membuka mata.
"Bangun mas, keburu dingin teh mu."
"Hem."
Bryan menuju kamar mandi, mencuci muka dan menghirup teh hangat di dalam cangkir.
"Hm, sepertinya enak."
Bryan menyeruput hingga separuh isi cangkir tandas diteguknya.
"Bagaimana, enak tidak? Aku yang membuatnya loh." Aluna merubah posisi duduk menunggu jawaban dari Bryan.
"Biasa saja."
"Dih dasar, tadi bilang enak sekarang tidak enak. Mana yang benar!" Aluna berdecak kesal.
"Sudah, aku mau menghirup udara segar. Udara disini sungguh membuatku pengap." Aluna mengipas-ngipas kaos biru yang dipakai.
Mata Bryan tidak sengaja melirik ke arah bagian sesuatu yang tertutup kaos.
"Uhuk-uhuk."
"Mas, kamu kenapa?" Aluna panik dan hendak menyentuh tubuh Bryan namun tidak jadi karena tiba-tiba dia teringat akan perjanjian pra nikah yang ditanda tangan olehnya.
"Aku keluar sebentar, kamu habiskan saja teh nya."
Bryan keheranan kenapa sikap Aluna berubah.
"Gadis aneh."
Sesungguhnya mereka (novelis dan reader) yang memuja2 pebinor adalah manusia (novelis dan reader) dengan kesetiaan sangat rendah,
Coba tanya kan pada diri kalian, juga ada wanita lain yang suka pasa suami kalian dan berusaha sok baik didepan suami kalian dan berusaha dekat dengan suami kalian dan yang paling penting bawa suami kalian pergi jauh, apakah kalian akan bilang wanita itu adalah wanita baik2 dan punya cinta tulus bukan pelakor,
Coba tolong jangan munafik dalam menilai.
Karena sesungguhnya pelakor dan pebinor sama2 menjijikan
ujung2 nya balik ke Bryan