AKU BENCI PERNIKAHAN KU

Sesampainya di rumah,fasya membuka kasar pintu penumpang depan lalu menarik kasar pergelangan tangan sonya,membuat gadis itu merintih kesakitan. Lelaki itu tak menghiraukan suara tangisan dan rintihan kesakitan yang keluar dari belah bibir sonya,ia hanya terus menyeret tubuh sonya kuat ke arah kamarnya dengan wajah yang memerah karena amarah yang sudah mencapai ubun².

Fasya membuka pintu kamarnya kasar hingga menimbulkan suara dentuman keras dan mungkin saja orang yang mendengarnya akan mengelus dadanya karena kaget. Ia membanting tubuh mungil gadis itu ke atas ranjang dengan kasar,lalu menampar pipi sonya keras. Membuat sonya yang akan bangkit dari berbaringnya kembali terpental berbaring karena tamparan fasya.

Sonya menangis sesegukan,bekas tamparan itu sangat terasa panas dan perih. Namun,rasa sakit di pipinya tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya. Ia pikir fasya sudah berubah. Ia pikir akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan rasa cinta terhadap suaminya.

Namun itu hanyalah pikiran nya semata. Karena realitanya sekarang ia harus kembali merasakan sakit di fisik dan hatinya. Baru saja luka² itu terobati oleh rasa kasih sayang dan rasa terlindungi,yang diberikan oleh suaminya. Akan tetapi,sepertinya perlakuan baiknya selama ini,kasih sayangnya selama ini,hanya sebuah kepalsuan.

Sonya tersenyum miris meratapi nasibnya hidupnya yang hanya dipenuhi oleh kesedihan dan penyiksaan dari orang² yang ia sayangi dan cintai. Apakah di kehidupan sebelumnya ia telah berbuat dosa besar? Hingga ia tak merasakan kebahagiaan di hidupnya sekarang setelah kematian kedua orang tuanya.

Ia hanya ingin bahagia,ia ingin merasakan lagi rasanya tertawa lebar tanpa beban² di hidupnya. Ia hanya ingin kembali merasakan bagaimana rasanya dicintai,dilindungi,diperhatikan. Tapi,apa keinginan semudah dan sekecil itu pun tak bisa ia dapatkan? Apakah ia tak berhak untuk merasakan perasaan² itu kembali?.

Ia lelah,ia ingin menyerah. Namun bayang² perkataan sang ibu seakan-akan terus menghantuinya. Karena ibunya pernah berkata 'Jangan menyerah. Teruslah berjuang dan berjalan maju untuk mendapatkan apa yang kau inginkan.' Dan sonya ingin membuktikannya sekarang,membuat orang tuanya bangga karena mempunyai putri yang kuat. Maka ia menghapus air matanya kasar,lalu menolehkan kepalanya memandang fasya dengan tajam walaupun masih ada bekas² air mata di kedua bola mata dan pipinya yang merah karena tamparan tadi.

"Apa ini kelakuan mu saat suami mu pergi bekerja?! Kau selingkuh di belakang ku dengan bocah ingusan itu!? Cih,apa kau berniat untuk menjadi perempuan murahan!?" fasya menatap sonya tak kalah tajam dengan senyuman remehnya.

Degh~

Entah keberapa kalinya hati sonya berdenyut sakit karena ucapan kasar dan perlakuan fasya selama ini. Ia hanya makan bersama untuk permintaan maaf kepada teman lelakinya apakah itu salah? Lagipula ia tak berdua ada laras juga yang ikut. Dan apa dia bilang? Selingkuh? Apa ia tak punya kaca?.

"Dan sudah berapa kali aku bilang kepadamu,jangan pernah dekat² dengan lelaki lain selain diriku! Apa telinga mu itu sudah tak berfungsi untuk mendengar semua kata² ku hah!!?" fasya menekan kedua pipi sonya keras,membuat sonya kembali merintih sakit akibat cengkraman kuat itu. Namun untuk saat ini ia tak akan mengeluarkan air matanya itu,walaupun air mata telah terlihat menggenang di pelupuk matanya.

"Jauhi lelaki lain! Kau itu hanya milikku! Kau mengerti,ISTRIKU!?" tanya nya sambil menekan kata 'istriku' di kalimatnya. Berniat menyadarkan sonya bahwa statusnya sekarang telah mempunyai suami.

Sonya tersenyum tipis,lalu melepaskan cengkraman tangan fasya di pipinya kuat. Menatap lelaki di hadapannya yang notabenenya adalah suaminya sendiri dengan nyalang.

"CUKUP!!" teriak nya nyaring,membuat fasya terjengit kaget dengan kedua mata yang membulat. Sonya memejamkan matanya seraya menghirup udara sedalam-dalamnya guna memasok oksigen kedalam paru²nya yang terasa kosong dan membuatnya sesak. Kembali membuka kedua matanya lalu menatap fasya dingin dan berujar dengan lantang,dengan tangannya yang terkepal kuat. Mencoba menekan amarahnya yang sudah meluap-luap.

"Hentikan semua perlakuan dan perkataan kasarmu yang menyakiti hati dan fisikku. Berhenti mengatakan aku perempuan murahan. Berhenti menuduhku selingkuh,karena bukan aku yang selingkuh. Tapi dirimu sendiri!! Hiks. Kau... Kau bahkan terang²an selingkuh di hadapanku. Apa kau tau perasaanku!? Kau tau? AKU SAKIT HATI MELIHAT KAU SEPERTI ITU!! Hiks~" sonya menjeda kalimatnya sejenak dan menghapus air mata yang keluar begitu saja tanpa di perintah. "Berhenti menyuruhku untuk menjauhi lelaki lain,sedangkan kau bebas dengan wanita di luaran sana!. Aku sudah bilang kepadamu,aku sudah meminta izin kepadamu bahwa aku akan pergi bersama teman²ku. A--" ucapan sonya terpotong karena fasya yang menyela ucapannya dengan nada suara yang masih terdengar sinis.

"Tapi kau hanya mengatakan pergi bersama laras,bukan dengan bocah itu!"

"Ya! Memang! Aku mengatakan ingin pergi bersama laras waktu pagi kepadamu. Namun,aku kembali ingin meminta izin kepadamu waktu siang saat baru ingat bahwa teman lelaki ku ingin ikut. Tapi apa!? Kau susah untuk di hubungi!! Kau kemana hah!?" jelas dan tanya sonya dengan suara meninggi. Dalam dirinya ia terus meminta maaf kepada Allah karena telah berbuat durhaka kepada suaminya sendiri.

"Aku sedang sibuk di kantor. Lalu bi--"

"Bianca!? Ya,tak perlu kau jelaskan pun aku mengerti. Aku,istri sah mu hanya akan ada di nomor 2 dibanding selingkuhan mu itu. Kau menuduh ku selingkuh,tapi... Apa kau sadar bahwa kau lah yang selingkuh!!. Kau bahkan menemaninya belanja tadi. Aku bahkan makan bertiga tadi bukan berdua,namun kau datang langsung berbuat kekacauan!!. Untuk apa kau melarang ku dekat² dengan lelaki lain? Agar aku tidak bisa merasakan rasanya kasih sayang dan perhatian yang selama pernikahan kita kau tak pernah melakukannya!!" hari ini,jam ini,menit ini,detik ini,sonya mengeluarkan semua perasaan yang ia rasakan dan ia pendam selama ini hingga ia merasakan sesak. Fasya disana hanya bisa mematung melihat istrinya yang menundukkan kepalanya dengan terisak sendu. Hati kecilnya bergetar melihat itu,ia tak sadar telah melakukan hal² yang menyakiti hati istrinya. Ia mendekat lalu mengulurkan tangannya untuk memeluk tubuh bergetar istrinya,namun sonya melangkah mundur menolak pelukan itu. Ia lalu berucap lirih dan siapapun yang mendengar suara itu,pasti akan ikut menangis dan merasakan juga semua beban yang di tanggung sonya selama ini.

"Aku tau...kau menolak keras perjodohan ini. Aku tau kau membenciku..."sonya mendongakkan kepalanya dengan air mata yang mengalir deras di kedua pipinya. Sungguh hati fasya sakit melihat itu,ia sadar ia bukanlah laki² baik yang pantas bersanding dengan perempuan seperti sonya. "...Tapi tak bisakah kau berbuat baik kepadaku? Aku hanya ingin kau melihatku sebentar saja bahwa aku selalu ada disisi mu. Aku hanya ingin menyayangi ku,mencintaiku seperti aku mencintaimu. Tapi aku sadar cintamu bukan untukku...karena nama bianca akan terus terukir di hatimu." Sonya melangkahkan kaki nya keluar kamar melewati fasya yang masih terdiam di tempatnya. Saat selangkah lagi menuju keluar kamar,sonya menghentikan langkahnya dan berbalik menatap punggung tegap itu.

"Lepaskan aku. Biarkan aku bebas,dan kau akan merasakan bebas juga." ujarnya lalu berbalik dan berlari meninggalkan rumah yang sudah selama dua bulan ini menjadi tempat tinggalnya. Ia menyetop taxi yang kebetulan lewat di hadapannya lalu masuk kedalam taxi dengan air mata yang tak berhenti mengalir membasahi pipinya. Pergi menjauh dari rumah itu,juga meninggalkan fasya yang masih terdiam di tempatnya masih mencerna ucapan yang terlontar dari istrinya beberapa menit yang lalu.

Saat tersadar ia segera berlari keluar rumah,dengan mata yang memerah menahan tangis. Mulutnya terus berteriak memanggil nama seseorang yang sudah memporak porandakan hatinya. Ia jatuh terduduk dengan kedua lutut yang terlebih dahulu menyentuh tanah,saat merasa orang yang sedari tadi di panggil namanya telah jauh dari pandangannya. Tanpa sadar air matanya menetes lewat sudut matanya. Makin lama air mata itu semakin deras membasahi pipi,tubuhnya bergetar hebat,mulutnya terus bergumam kata 'maaf'.

Ia menyesal. Sangat sangat menyesal telah melukai istrinya,dan membuatnya pergi dari sisinya.

"Maaf...maafkan aku yang telah melukai hatimu. Maafkan aku yang berlaku kasar kepadamu...hiks... Aku sekarang sadar...bahwa aku...aku mencintaimu hiks" lelaki itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya,mengabaikan orang² yang melihatnya aneh karena menangis tersedu-sedu di pinggir jalan dengan hanya mengenakan kaos biru langit juga celana selutut berwarna hitam.

"Tapi... Aku tak bisa memungkiri bahwa aku...

Masih mencintai dia..." ia bangkit dari terjatuhya lalu berlari kembali masuk kedalam rumah,mengambil kunci mobilnya dan segera melajukan mobilnya. Ia berjanji akan membawa istri kecilnya kembali kepelukannya. Dan ia berjanji akan berlaku baik kepadanya mulai sekarang,karena ia...mencintainya.

Ya~ tapi,semua orang juga tau. Bahwa tidak ada yang bisa hidup dengan dua nama di hatinya bukan?. Mau tak mau ia harus memilih. Hidup bersama seseorang yang sudah dari dulu disisinya namun menghianati nya. Atau... Memulai lembaran baru dengan orang yang tulus mencintainya.

Karena hidup itu...pilihan.

Jangan lupa follow IG author @ichanurlaelasari