Apa kamu pernah mendengar, bahwa Tuhan memberi rasa sedih kepada manusia dalam takaran yang sama jadi jika hari ini kamu menghabiskan rasa sedihmu, maka esok hari yang tersisa hanya bahagia.
Ehmm, mungkin itu yang di alami Raina, hidup melarat selama puluhan tahun, berbagai cobaan telah mendera keluarganya, namun dia tetap percaya, bahwa Tuhan bekerja dengan caranya sendiri.
Pertemuan Raina dengan keluarga Sebastian mengubah hidupnya, juga mengubah hidup orang-orang di sekitarnya, hingga dia harus menjadi ibu dari seorang gadis kecil yang bernama Aleta.
Lalu bagaimana rasanya menjadi ibu tanpa mengandung, tapa melahirkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALphino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 : Monica menjadi buronan.
Raina sudah tidak terkejut ketika mendengar bahwa dugaannya benar, cokelat yang di berikan Monica lah yang menjadi biang keladi atas masalah yang menimpa keluarga mereka, dimulai dari Aleta sampai Allan yang menjadi korbannya. Kini Monica masih dalam pengejaran, dan berbekal dari hasil uji lab terhadap coklat tadi membuat Marni yang telah mendekam di penjara menjalani pemeriksaan kembali, karena pak William curiga bahwa Monica adalah dalang di balik ini semua.
Allan merasa frustasi, berkali-kali dia menyalahkan dirinya sendiri atas kebodohannya di masa lalu, Raina berulang kali mencoba menenangkan suaminya, Aleta yang telah hadir di ruang perawatan tak lepas dari pelukan papanya, Allan begitu terpukul, dia merasa tidak berguna, bahkan ketika dia mulai menerima Aleta keadaanya tidak serta-merta membaik begitu saja.
Untuk saat ini yang ada di pikirannya adalah menjebloskan Monica ke penjara, memastikan wanita yang pernah mengisi hatinya itu tidak ada menghirup udara bebas sampai batas waktu yang tidak sebentar.
Giginya gemeretak, berulang kali Allan menelpon rekannya, meminta bantuan untuk segera menemukan Monica, tidak luput pula Carter, Allan meminta bantuan darinya karena dia tau bahwa jaringan pertemanan Carter lebih luas darinya meski dia adalah WNA yang menetap di Indonesia.
-
Langit kian kelabu, mendung menggelayut siap menumpahkan muatannya, Allan menatap kosong ke luar jendela, Raina dengan setia menghibur suaminya.
"sayang, everything Will be ok, kamu tenang aja, kita semua udah tau apa yang harus kita lakukan, sekarang yang paling penting adalah kesembuhan kamu dan memulihkan Aleta, kalau kamu terpuruk siapa yang akan menyemangati anak kita?" usapan lembut Raina membelai pundak Allan.
"kamu benar rain, aku harus kuat demi Aleta, aku akan melakukan apapun demi dia". Allan bengkit dan memeluk Raina, Aleta telah di bawa pulang oleh Bu Lidya.
tok tok tok
"siapa itu rain? coba buka pintu".
Raina segera membuka pintu, dan ternyata Valencia dan Carter yang ada di baliknya.
"hai... ". sapa riang Cia ketika melihat Raina menyembul dari dalam ruangan.
"Hai, Cia, silahkan masuk".
"Carter.. ". sapa Allan saat melihat mereka berdua memasuki ruang perawatannya.
"Bagaimana keadaanmu?"
"aku baik, aku hanya butuh bantuanmu untuk menemukan Monica". Allan menatap Carter dengan penuh harapan.
"tenanglah, dalam waktu kurang dari 24jam aku akan menemukannya". balas Carter yakin.
"semoga". jawab Allan singkat.
"rain, bisa ajak Cia keluar sebentar? ada yang ingin aku bahas dengan Carter". Raina langsung mengajak Cia untuk turun dan membeli kopi di cafe lantai bawah.
"Rain, gimana keadaan Aleta? maaf ya kemarin aku ngga bisa jengukin dia, Carter lagi luar kota kemarin". Valencia membuka pembicaraan mereka.
"Aleta baik-baik saja, dia hanya butuh perawatan untuk pemulihan, suamimu pasti udah cerita juga kan kalau dalang di balik semua ini kemungkinan besar adalah Monica?"
"iya, aku berjanji rain, aku dan Carter akan membantu kamu untuk menjebloskan dia ke penjara". wajah Cia berubah merah padam, dia adalah tipe teman yang baik, Raina merasa beruntung dapat mengenalnya, karena sejak ikut pindah ke Situbondo dia tidak memiliki satu temanpun.
"makasih ya Cia, kamu baik banget". Raina memeluk Valencia dengan tulus.
"Rain, aku menganggap kamu temanku, jadi jangan sungkan-sungkan kalau ada apa-apa". Cia menepuk punggung Raina.
"iya, pasti". Raina melepas pelukannya.
-
Seminggu sudah berlalu, Monica belum juga berhasil di tangkap, Allan mulai kembali ke rutinitasnya, pulang larut malam menjelang dinihari.
Raina menjadi lebih hati-hati, semua orang yang ada di rumahnya menjalani proses penyelidikan, dan hasilnya tidak ada yang terlibat.
"rain, kamu sehat?" tanya Bu Lidya ketika melihat Raina menyandarkan kepala di dekat jendela setelah Aleta tidur.
"sehat ma, Raina cuma lagi mikir, dimana Monica, kenapa bisa ngga ketangkep".
"semua pihak sudah berusaha semaksimal mungkin rain". Bu Lidya menepuk pindah Raina.
"apa mungkin dia pergi ke luar negeri?"
"bisa jadi, tapi semua penerbangan juga sudah di periksa rain buronan juga susah buat ke luar negeri". jawab wanita berparas teduh itu.
"Raina ngga bisa tenang sebelum Monica di tangkap ma".
"serahkan semua sama papa dan Allan, mereka yang akan mengurus itu, kita hanya perlu fokus pada Aleta".
"apa Allan pulang malem lagi?" lanjut Bu Lidya.
"iya ma, tadi udah bilang kalau pulang malem".
"baiklah".
"permisi Bu, ada temennya Bu Raina di bawah, nyariin ibu". kata Aini barusan masuk ke kamar Aleta yang terbuka.
"ah, teman? aku ngga punya temen di sini mbak". jawab Raina heran.
drrtt drrtt drrtt
Rain, aku di rumahmu, aku bosan di rumah sendirian.
Pesan masuk dari Valencia.
"oh, iya mbak, itu teman saya, tolong buatkan minum ya". Aini mengangguk.
"ma, Raina turun ya, ada istrinya temen mas Allan".
"iya rain".
Valencia sedang berdiri menatap foto pernikahan Raina dan Allan, dress warna hijau botol panjang model a-line membuat kakinya terlihat jenjang.
"Cia, haii .. ". Raina melangkah mendekati temannya, mereka berpelukan sejenak.
"ah, aku bosan rain ditinggal suamiku terus, ngga apa-apa ya aku disini".
"iya, ngga apa-apa kok tenang aja aku juga seneng kamu main kesini, sejujurnya aku lagi pusing, Monica belum berhasil di tangkap". keluh Raina pada Valencia.
"Carter juga udah nyuruh orang buat nyariin dia rain, kita berdoa aja semoga dia cepet ketemu, aku juga pengen banget tuh Jambak rambutnya, jahat banget jadi manusia aku yakin nih, kalau setan tau kelakuan dia, minder tuh setannya berasa kurang jahat aja kalau dibanding monica". Raina terkekeh mendengar perkataan Cia, selama ini dia tidak pernah punya teman untuk berkeluh kesah, dan sekarang tuhan menghadiahkan dia teman untuk berbagi.
"ih malah ketawa". protes Cia.
"habisnya kamu lucu".
"aku nginep sini ya rain, males, Carter ngga pulang kayaknya". Cia terlihat muram.
"pasti mas Allan juga ikut ngga pulang".
"Allan sih tetep pulang, tapi ngga tau nanti jam berapa, kalau Carter emang gitu, kalau kerjaannya banyak dia milih nginep daripada capek bolak-balik, suamiku kan ngga kaya suamimu rain, dia jalan aja susah walaupun pakai kaki palsu". Penuturan Valencia membuat hati Raina bergetar, teman barunya ini terlihat sangat mencintai suaminya.
"ah, iya, lagipula kalian belum punya anak, kalau mas Allan kan pulang karena kangen Aleta".
"iya, sebenarnya aku sedang hamil rain, baru 4 Minggu". Wajah Valencia terlihat bahagia ketika mengabarkan kehamilannya.
"wahh selamat ya Cia". Raina memeluk wanita yang ada di sebelahnya.
"kamu juga hamil dong, biar kita bisa senam hamil barengan". desak Cia.
"aku nanti dulu, kasian Aleta kalau harus langsung berbagai kasih sayang sama adeknya, dia kan baru sebentar ngerasain punya mama".
"iya sih, kita berdoa aja yang terbaik untuk kita semua".
VALENCIA.