* Alexandro Hutomo dan Alexandra Narnia *
Kehilangan dokumen membuat Xandra terjebak harus menjadi pembantu di rumah pemilik perusahaan dimana seharusnya ia bekerja.
Susah membuat orang percaya saat kita tak memiliki bukti ~ Xandra.
Penawaran tidak pernah datang dua kali, jika tidak silahkan tinggalkan tempat ini, jika ia mari kita pulang~ Alex.
Kita tidak tahu kemalangan apa yang akan menimpa kita, jika keberuntungan selalu ada dipihak kita~Xandra.
Mari kita lihat siapa pemenangnya~ Alex.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2-0
Xandra membuka kulkas akan membuat sarapan untuk Alex. Sayangnya, dia tidak bisa leluasa memotong sayuran dan meracik bumbu dengan tangannya yang terluka. Ia bingung, apakah harus masak telur dadar lagi untuk Alex. Ia mengamati sayur apa yang bisa ia masak, namun tak ada ide untuk membuat menu yang simple. Ia menutup kulkas dan....
" Aaa....."
Xandra spontan menutup matanya. Ada bayangan hitam dibalik pintu kulkas.
" Aaaa...." Xandra kembali berteriak lebih kencang, betapa takutnya dia. Bayangan itu mendekatinya dan menyentuh tangannya yang masih menutupi matanya.
" Pergi.... Saya tidak mengganggumu" ucap Xandra, berharap bayangan hitam itu hilang dengan ucapannya. Namun saat ia sadar bahwa tangannya digenggam, perlahan ia membuka tutup tangannya sedikit demi sedikit.
" Astaga bapak.... Saya kira hantu" Xandra kini membuka penuh tangannya.
Alex malah tertawa mendengar dirinya disamakan dengan hantu.
" Bapak ganteng deh" ucapan Xandra seketika membuat tawanya berhenti.
" Tak lucu" ucapnya kemudian.
" Memang bapak kira yang tadi juga lucu, nyebelin tau" cebik Xandra.
Xandra kembali membuka kulkas.
" Lagian bapak kenapa jam segini bangun, biasanya juga masih tidur" tanya Xandra.
" Saya mau masak. Mana mungkin kamu masak dengan tangan begitu?" Alex menunjuk tangan Xandra yang terluka.
" Cius... bapak mau masak?" tanya Xandra.
" Bilang saja apa bahannya biar saya yang meracik" ucap Alex, mengambil alih memotong wortel dan sawi yang Xandra keluarkan dari kulkas.
" Ide bagus... Tapi saya tak enak hati melihat bapak mengerjakan tugas saya" ucap Xandra berbohong, padahal dia senang setengah mati tak harus bersusah payah memasak dengan tangan terluka, dia membayangkan bagaimana cara memegang pisau sedang luka itu ada di telapak tangannya.
" Malah bengong, ayo kasih tau saya apa bumbunya"
" Eh iya "
Xandra mulai menyebutkan bahan apa saja untuk membuat sayur capcai, dan ia juga tak diam saja. Sambil menunggu Alex meracik, Xandra menggoreng ikan. Dengan begitu acara masak memasak pagi ini cepat selesai.
" Coba cicip" Alex meniup kuah sayur di sendok dan menyodorkannya pada Xandra untuk dicicipi.
" Kayak bapak" reaksi Xandra malah membuat Alex gagal paham.
" Maksudnya apa?" Alex masih tak mengerti.
" Sempurna" ucap Xandra.
" Rasanya sempurna. Asin cukup, gurih sudah. Pokoknya pas"
" Jadi, secara langsung kamu mau bilang kalau saya sempurna? Kamu baru sadar?" ledek Alex.
" He'em"....
Xandra pura-pura sibuk membereskan alat-alat masak.
" Sempurna.... Ya... ya... ya..." Alex mengucap sekali lagi kata yang diucapkan Xandra untuknya.
" Sudah,... Begitu saja langsung salting" Xandra menggerutu melihat Alex mengejeknya.
" Bukan salting, saya hanya mengulang"
" Jangan diulang lagi, gosong nanti sayurnya"
" Mana mungkin gosong, orang kompornya mati"
Xandra melihat, dan benar saja kompornya sudah mati.
" Bapak tidak mandi? Nanti kesiangan ke kantornya"
Alex malah mencuci bekas memasaknya, membuat Xandra geram sendiri di cuekin. Ia kini duduk melihat Alex yang masih mencuci.
" Kok sepi?" Alex tak mendengar suara Xandra.
" Tangan saya berdenyut" Xandra mencoba membuka kain penutup luka.
" Ini namanya infeksi. Lihat itu ada airnya. Kalau tidak segera diamputasi nanti bisa menjalar kemana-mana"
Xandra melotot mendengar ucapan Alex. Alex malah tertawa melihat espresi wajah Xandra. Ingin sekali ia mencubit pipi Xandra yang memerah menahan amarah.
" Bawa sini" Alex melihat jelas sayatan memanjang di telapak tangan Xandra.
" Dibuka saja, biar cepat kering. Ini cuma lembab" Alex dengan teliti membuka seluruh perban.
Xandra memejamkan mata, menahan perih saat benang kasa ada yang lengket di lukanya.
" Kita ke klinik, biar cepat sembuh" ajak Alex.
" Ini tidak parah, jadi tidak perlu ke klinik" tolak Xandra.
" Kalau tidak mau ke klinik, saya juga tidak akan ke kantor. Biar Reno yang ke sini" putus Alex.
" Terserah bapak, ini rumah bapak. Mau bapak di rumah ya silahkan, mau ke kantor ya monggo" ucap Xandra.
" Bilang lagi"
" Ya benarkan. Bapak mau di rumah atau di kantor, memang apa urusannya sama sa....."
Cup
Satu kecupan mendarat lagi di kening Xandra, sukses membungkam mulut Xandra.
" Bapaaaakk!" teriakan Xandra tak digubrisnya. Alex berlari ke kamar dan menutup pintu sebelum sandal yang Xandra pegang mengenainya, dan benar saja suara gedebuk terdengar setelahnya.
Alex terbahak-bahak di kamarnya, sedangkan Xandra kesal sambil komat-kamit mengambil sandalnya di depan pintu Alex.
Benar-benar gila lama-lama gue.....
Up terakhir di tahun ini ya, sampai jumpa tahun depan.
Jangan lupa kasih jejak
Salam ~Fillia ~
