[Di sarankan membaca Transmigrasi Istri Pemburu Season 1 terlebih dahulu]
↓↓
Sesama Reinkarnasi yang mencari misteri kisah kehidupan masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pulang kampung
Pagi hari berikutnya Yue terbangun dengan tubuh remuk redam. Matahari sudah diatas kelapa dan udara lembab sudah terasa, Yue menggeliat dan merasa kebas dan panas di bagian bawahnya.
"Ukh..." Yue merintih.
"Yue." Yuwen yang sedang memeluk Yue terbangun.
"Gila, ini sakit sekali aku akan lumpuh setelah ini." Yue kesakitan.
"Maafkan aku." Yuwen langsung terduduk merasa bersalah.
Yuwen buru-buru memakai celananya dan menuju kamar mandi, dia menyiapkan air hangat untuk berendam. Yuwen menggendong Yue agar berendam air hangat bersama, Yue merasa lebih baik dan sensasi perih susah mulai mereda.
"Memangnya kau binatang? kenapa tidak bisa mengendalikan diri sendiri?." Yue mengomel kesal.
"Maaf, aku benar-benar tidak mau berhenti." Yuwen merasa malu.
"Kendalikan belalaimu mulai sekarang." Ketus Yue.
"Baiklah maafkan aku Yue." Yuwen merasa bersalah.
"Hmm.. kau hanya akan menikah sekali seumur hidup mu kan?." Tanya Yue lirih.
"Hmm?." Yuwen tidak mengerti.
"Apa kau akan mencari selir?." Yue menoleh menatap Yuwen dengan tatapan serius.
"Kau tetap sama saja ya Yue, aku tidak akan melakukannya." Yuwen tersenyum hangat.
"Kau bohong ya." Sinis Yue.
"Astaga aku serius, kehidupan hangat yang ada di ingatanku ini. Aku juga ingin merasakannya lagi secara nyata." Jujur Yuwen.
"Baiklah, aku pegang ucapanmu ini." Yue merasa sedikit lega.
Setelah mandi dan sarapan, mereka kembali memakai Hanfu yang pertama mereka pakai keluar kios kemarin. Yue dan Yuwen keluar dari penginapan dan bersiap kembali ke desa. Mereka tidak membawa apa-apa, Yue hanya akan memberikan beberapa koin pada warga desa.
Mereka naik kapal dan harus melewati tiga hari tiga malam diatas air. Yue masih saja mabuk laut, dia membawa permen untuk menahan mual.
Tiga hari kemudian mereka sampai di pelabuhan desa, masih harus melewati jalan hutan untuk sampai ke desa mereka tinggal. Yue berjalan bergandengan tangan dengan Yuwen, merasa dunia milik berdua apalagi matahari pagi dan angin yang sejuk sangat menenangkan hati.
"Wahh padahal kita hanya pergi satu bulan, tapi sudah terasa asing ya?." Celetuk Yue.
"Begitu kah?." Yuwen menanggapi sekenanya.
"Yuwen, bagaimana jika para wanita desa mengejarmu setelah ini?." Yue mulai ovt.
"Kau selalu saja memikirkan hal yang tidak perlu, tenang lah aku tidak seperti yang kau pikirkan itu." Yuwen mencolek hidung mungil Yue.
"Aku jadi ingin di gendong saja rasanya." Rengek Yue, merasa lelah tiba-tiba.
"Kemarilah." Yuwen merentangkan tangannya.
Yue dengan senyum cerah menubruk tubuh tegap Yuwen. Yue menggendong Yue seperti koala, karena perbandingan besar tubuh mereka yang sangat jauh.
Yuwen memiliki tinggi badan 198cm atau mungkin sudah mencapai 209cm. Dengan badan tegap dan otot yang proporsional cocok di di badannya, sedangkan Yue hanya 160cm dengan tubuh kecil tapi tidak kurus.
Yue jadi merasa mengantuk, dia tertidur di gendongan Yuwen saking nyaman nya. Saat melewati perbatasan desa, Yuwen mulai bertemu dengan banyak orang. Mereka mengenali Yuwen dan mulai menyapa.
"Yuwen? apa kau kembali dari kota? siapa yang ada di gendonganmu itu?." Tanya seorang bibi tua.
Dia sedang berada di balai desa, banyak orang yang juga sedang di sana sepertinya sedang ada pembagian daging geratis. Para wanita dan gadis muda juga ada di sana, mencuri-curi pandang pada Yuwen dengan tatapan malu-malu.
"Tentu saja istriku." Jawab Yuwen.
"Apa? istrimu selain pemalas juga manja ya, pasti sulit hidup di kota membawa anak manja seperti itu." Cemooh para wanita.
"Justru istriku sangat membantu, jangan berani menghina Istriku Bibi." Ucap Yuwen menegur.
"Astaga seperti kau sudah terkena sihir. Bagaimana bisa kau begitu penurut pada wanita asing, aku lupa saat dulu kau kecil kita semua yang membantu membesarkan mu. Seharusnya kau memikirkan kami di banding istri pemalas mu itu." Marah mereka.
"Padahal Istriku yang mengajakku pulang untuk berbagi sedikit rezeki, tapi ternyata kalian begitu jahat pada istriku yang baik hati. Siapa yang anda bilang orang luar? tolong jaga ucapan anda sebagai orang tua." Yuwen jadi kesal.
"Itu pasti hanya akal-akalan nya saja untuk merayu mu, dia pasti wanita pemalas yang tamak. Tinggalkan saja dia Yuwen, putriku jauh lebih cocok untukmu." Ucap seorang wanita tua.
"Orang gila." Yuwen memilih pergi dari sana.
Mendengar kalimat umpatan kasar dari Yuwen, Para wanita mulai marah dan bergosip dengan panas. Yuwen kembali ke rumahnya dan merebahkan Yue diatas ranjang. Entah kenapa desa ini selalu saja membuatnya lelah.
Sore hari saat fajar mulai tenggelam, Yue dan Yuwen mendengar suara berisik di luar rumah mereka. Yue merasakan firasat buruk, sedangakan Yuwen mulai waspada.
"Tenanglah, tetap disini dan biarkan aku keluar." Ucap Yuwen gentle.
"Tidak, kita langsung pergi saja." Yue merasa takut.
"Tidak apa-apa, tunggu aku di sini." Yuwen menenangkan.
Yuwen keluar dari rumah, melihat banyak sekali warga nyaris satu desa berbondong-bondong datang sambil membawa obor dan berteriak. Yuwen tau jika ini semua karena ucapan kasarnya tadi sore, tapi dia tidak menyesal sama sekali.
"Apa-apaan ini?." Tanya Yuwen dingin.
Keluar kau dari Desa ini
Anak tidak tau terimakasih
Jika desa ini dulu menolakmu, kau pasti sudah mati mengambang di laut.
Ceraikan istrimu itu
Kau sudah terkena sihir
Ilmu hitam
Istrimu itu penyihir
Dia membawa petaka bagi desa ini
Dia harus di bakar hidup-hidup
Bawa dia keluar
Bakarr
Bakarrrr
Yuwen mematung marah, bisa-bisanya karena ucapan yang keluar dari mulutnya mereka justru memilih memojokan istrinya. Apa kesalahan Yue sampai pantas untuk di bakar? bukankah mereka semua yang lebih pantas di bakar?.
"Atas dasar apa kalian menuduh istriku seperti ini, dia tidak pernah melakukan tindakan apapun yang merugikan kalian." Yuwen marah.
"HALAHH, KAU SUDAH TERKENA SIHIR HITAM!!! ISTRIMU ITU PEMBAWA PETAKA." Teriak ibu-ibu kompor.
"SUDAH BAKAR SAJA SEMUANYA, RUMAH INI JUGA MEMBAWA PETAKA KARENA MEREKA TINGGAL DISINI." Teriakan provokatif lainnya.
Lempar minyak tanah nya
Lempar dan bakar semuanya
Bakar
Bakar
Mati lah penyihir
Manusia terkutuk
Pasangan terkutuk
Para warga mulai melempar minyak tanah dan obor, rumah Yuwen terbakar begitu saja. Yuwen masih berdiri dengan tegak tanpa merasa takut karena Hanfunya terbakar api. Dia menatap tajam semua orang yang bertindak keji padanya.
"Aku akan mengingat semuanya, jika di masa depan desa ini hancur dan di bantai tanpa sisa. Maka aku lah pelakunya, desa ini akan terus mati dan menyandang nasib buruk selamanya." Yuwen berkata dengan keras dan penuh emosi mendalam.
Dia berlari ke dalam rumah, melihat Yue yang sudah nyaris pingsan karena asap mengepul darimana saja. Yuwen menggendong Yue dan mengguyur tubuh mereka dengan air. Setelah itu Yuwen menerjang api dan berlari pergi melewati pintu pagar belakang rumahnya.
Yuwen berlari dengan gesit dan senyap, dia masuk ke dalam hutan yang selama ini sangat di larang untuk di masuki. Para warga yang melihat Yuwen masuk ke dalam hutan terlarang, langsung berhenti mengejar dan menutup kisah dengan pasangan terkutuk telah menjadi penunggu hutan terlarang.
yang pasti aku suka dengan cerita dan cara menulismu 😁