NovelToon NovelToon
Embers Of The Twin Fates

Embers Of The Twin Fates

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Action / Romantis / Fantasi / Epik Petualangan / Mengubah Takdir
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: ibar

di dunia zentaria, ada sebuah kekaisaran yang berdiri megah di benua Laurentia, kekaisaran terbesar memimpin penuh Banua tersebut.

tapi hingga pada akhirnya takdir pun merubah segalanya, pada saat malam hari menjelang fajar kekaisaran tersebut runtuh dan hanya menyisakan puing-puing bangunan.

Kenzie Laurent dan adiknya Reinzie Laurent terpaksa harus berpisah demi keamanan mereka untuk menghindar dari kejaran dari seorang penghianat bernama Zarco.

hingga pada akhirnya takdir pun merubah segalanya, kedua pangeran itu memiliki jalan mereka masing-masing.

> dunia tidak kehilangan harapan dan cahaya, melainkan kegelapan itu sendiri lah kekurangan terangnya <

> "Di dunia yang hanya menghormati kekuatan, kasih sayang bisa menjadi kutukan, dan takdir… bisa jadi pedang yang menebas keluarga sendiri <.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berkelana di Gunung Celestara

KEESOKAN HARINYA

Tujuh tahun, Itu bukan waktu yang singkat… tapi juga bukan waktu yang cukup untuk menebus semua kelemahanku di masa lalu.

Pagi ini, udara Gunung terasa berbeda. Sunyi… namun membawa sesuatu yang menuntunku bergerak maju.

tuan arvendel berdiri di depanku, tangannya memegang gulungan kecil yang ia genggam seperti menyimpan sesuatu yang sangat berharga.

“Aku rasa… sudah saatnya aku pergi,” ucapku pelan.

Tuan arvendel menatapku tanpa berkedip.

“apakah kamu sudah yakin akan meninggalkan tempat ini?”

Aku mengangguk, meski dadaku terasa sesak.

“Ya. Jika aku terus berada di sini… aku tidak akan pernah tahu seberapa jauh aku bisa melangkah."

"Aku harus bertemu dunia luar, mencari pengalaman bertarung, luka nyata… dan keputusan nyata.”

Tuan arvendel menghela napas kecil.

“Aku sudah menduga kau akan mengatakan itu.”

Ia menyerahkan gulungan itu.

“Apa ini?” tanyaku.

“Lokasi persembunyian Vargan. Tempat Reinzie dan Chelsea yang sekarang, untuk berlatih.”

Aku membuka sedikit gulungan itu. Peta kasar, digambar dengan tinta tua, dan hanya satu kalimat kecil di bagian bawahnya:

—Tempat yang menjadi rumah bagi kedua pangeran Laurent.

Arvendel melanjutkan

“Di sana… kau akan bertemu Reinzie dan Chelsea."

"Disana kau akan berkumpul kembali bersama mereka berdua"

"Jika kau ingin, kau bisa ikut aku kesana.”

Aku menutup gulungan itu perlahan.

“Maaf… untuk kali ini aku tidak bisa ikut.”

Tuan arvendel sedikit mengangkat alis.

“baiklah kalau kamu sudah memiliki keputusanmu sendiri.”

Aku menarik napas dalam-dalam.

"terimakasih atas pengertiannya"

"sama-sama."

"Aku berharap kamu bisa melindungi dirimu sendiri di perjalanan.... Ada satu lagi!."

Tuan arvendel menggatung bicaranya dan pergi memasuki gubuk

Aku sedikit heran apa yang sedang di lakukan tuan arvendel

Tapi setelah ia keluar dari gubuk aku melihat ia membawa barang yang di tutupi oleh kain di tangannya

"Kenzie ini untukmu"

Tuan arvendel menyerahkan barang itu dan menaruhnya di tangan ku

"Apa ini?.."

"Itu adalah pedang yang kau pegang di waktu kejadian tujuh tahun lalu...."

"pedang itu sudah di tempa kembali oleh Vargan dan dimodifikasi olehnya hanya untuk dirimu"

Aku sedikit terkejut mendengarnya tapi aku penasaran dengan bentuk pedang ini akan seperti apa

"Aku akan melihatnya.." kataku sambil membuka kain penutup yang menutupi pedang tersebut.

Perlahan aku mencoba mengayunkan pedang yang telah dimodifikasi pada bilahnya ini

"pedang ini sangat cocok dengan ku dan berat pada bilahnya membuat pedang ini sangat tajam"

"yah... Pedang itu sudah di persiapkan untuk di gunakan oleh mu"

"Di dalam pedang itu ditambahkan sedikit material yang cocok pada bilahnya sehingga pedang itu akan memiliki bobot yang berat dan akan terasa berbeda dari pedang lainnya"

"wah itu terdengar sangat luar biasa."

Aku terkesima saat melihat pedang ini

Pedangnya sangat bagus

"Sekali lagi aku berterimakasih pada tuan arvendel" kataku sambil memberi hormat pada tuan arvendel

"Itu bukan apa-apa.. Memang pada dasarnya pedang itu milikmu"

"Dan aku hanya menyuruh vargan memodifikasi pedang itu kembali"

"baiklah... aku sangat berterimakasih untuk hadiah yang telah anda berikan"

Ada sedikit pertanyaan di dalam pikiranku... sejak kapan tuan arvendel mempersiapkan ini..?

"Aku ingin bertanya pada tuan arvendel!.. Kapan tuan membawa pedangku pada tuan vargan?"

"aku membawanya saat kamu melakukan latihan.... Sesekali aku pergi ketempat vargan untuk melihat pertumbuhan adikmu dan Chelsea... Sekalian aku membawa pedangmu itu untuk di tempa kembali"

"jadi begitu!... Andai aku tahu anda akan pergi kesana, pasti aku akan menitip pesan pada Reinzie dan Chelsea...."

Aku merasa sesak dan ada sedikit perasaan sedih di dalam hatiku

"Baiklah tuan arvendel, aku akan berangkat sekarang... Ohh aku hampir lupa, jika anda sudah di tempat tuan vargan jangan lupa untuk beritahukan pada Reinzie dan Chelsea bahwa aku sudah menjadi cukup kuat"

"hhmm... Baiklah, kalau untuk soal itu aku pasti akan beritahu mereka"

Sebelum aku berangkat tuan Arvendel menatapku lama.

Akhirnya ia tersenyum tipis, senyum yang sangat jarang ia berikan.

“Baiklah, Kenzie… pergilah. Tapi ingat satu hal.”

“Apa?”

“Jangan pernah mati sebelum kau berkumpul kembali pada keluargamu ini.”

Aku tertawa kecil. “Jika aku mati, aku akan menyesali kehidupanku karena tak kembali pada keluargaku.”.

Kami tidak berjabat tangan. Tidak berpelukan. Tidak ada kata-kata manis.

Kami hanya saling menatap… seperti seorang guru dan murid yang telah saling memahami tanpa perlu suara.

Kemudian aku melangkah pergi.

Menuruni lembah… dan menuju dunia luar.

Tujuan awalku adalah Gunung Celestara.

................

Di perjalanan yang aku tempuh akhirnya aku melihat Gunung Celestara berdiri megah di kejauhan, puncaknya diselimuti kabut biru.

Orang-orang menyebutnya tempat persembunyian monster kuno, makhluk yang lahir dari energi bumi dan amarah alam.

Ketika aku mendekat, udara berubah dingin.

Pohon-pohon menjadi jarang… dan tanah mulai basah oleh embun berat.

Perasaan ini…

“Seperti ada yang mengamatiku dari dalam hutan…” kataku.

Aku menaruh tanganku di gagang pedang yang di tempa oleh tuan vargan selama bertahun-tahun.

Satu langkah…

Dua langkah…

Lalu tanah bergetar.

BRUUMMM!!

“Apa itu!?”

Dari balik pepohonan, seekor monster raksasa keluar.

Bentuknya seperti beruang batu, kulitnya dipenuhi retakan menyala biru, dan setiap langkahnya membuat tanah tercekik oleh kekuatan.

Aku menarik napas.

“Baiklah… ini pertarungan pertama setelah aku keluar.”

Monster itu mengaum keras.

Suara yang mampu membuat burung-burung di sekitar beterbangan ketakutan.

“Ayo… Serang aku dengan kekuatanmu.”

Aku merendahkan posisi tubuh, mengatur Ki di dantian.

Nafas masuk…

Ki mengalir ke tangan kanan…

Aku menghilang dari posisi.

SWOOSH!

Satu sabetan pedang—monster itu menahan dengan lengannya.

“Bahkan kulitnya sekeras baja,” gumamku sambil melompat mundur.

Aku tersenyum.

“pertahananmu cukup kuat... menarik.”

Pertarungan berlangsung cukup lama.

Aku menari di antara batu-batu jatuh, menghindar dari cakaran, membalas dengan Ki yang semakin panas di nadiku.

Satu tebasan.

Dua langkah dari jurus yang aku ciptakan, [jurus... langkah pembunuh langit].

Tiga hembusan napas memadatkan Ki.

Hingga akhirnya—

“Sekarang!”

Aku melompat tinggi, memusatkan Ki ke pedangku, dan menebas tepat di lehernya.

CRAAAAACK!

Monster batu itu roboh, menggetarkan seluruh kaki gunung. Nafasku terengah, bukan karena lelah… tapi karena aku merasakan sensasi bertarung yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

“…Inilah yang kucari.”

Namun aku tidak sendirian.

Di belakangku, suara langkah kecil terdengar.

“A-aku tidak percaya kau bisa mengalahkannya seorang diri!”

Aku menoleh.

Seorang pemuda dengan rambut cokelat kusut berdiri sambil memeluk tombak pendek. Di sampingnya, gadis berwajah tajam dengan pedang kurus memandangku penuh takjub.

“Kalian siapa?” tanyaku.

Pemuda itu menepuk dadanya.

“Aku Rava, pendekar dari desa bawah gunung! Ini temanku, Liera. Kami hampir jadi santapan makhluk itu kalau bukan karena kau.”

Aku tersenyum. “Berarti kalian berdua punya tujuan yang sama dengan ku. Berkelana.”

Rava mendekat.

“Kalau begitu… biarkan kami ikut bersamamu. Kamu jelas lebih kuat, dan kami butuh seseorang seperti kamu untuk bertahan hidup.”

Aku menatap mereka sebentar.

Ada sesuatu dalam mata mereka—keinginan untuk hidup, untuk belajar, untuk tumbuh.

“…Kalau kalian siap untuk bahaya yang mungkin tidak pernah kalian bayangkan sebelumnya… ikutlah bersamku.”

Rava mengangguk cepat.

Liera tersenyum kecil.

Sejak saat itu, perjalanan kami bertiga dimulai.

................

______________________.._______________________

Sementara Itu ditempat lain memperlihatkan Arvendel, Reinzie, dan Chelsea

Arvendel tiba di persembunyian Vargan.

Reinzie berdiri menunggu, mata merahnya memancarkan tekat kelam yang sulit dimengerti.

Di sampingnya, Chelsea yang menggenggam pedang setelah usai dari latihan.

Arvendel berkata,

“Latihan kalian cukup menarik.”

Reinzie menatap pedang kayunya.

"Sudah lama anda tidak berkunjung ketempat ini, sejak terakhir kali anda datang kemari. Aku dan Chelsea sudah melakukan latihan yang anda arahkan pada kami"

"baguslah jika kalian berdua sudah melakukannya sesuai arahan dariku"

"Bagaimana kabar kakak apakah dia baik-baik saja?" tanya Reinzie

"Dia baik-baik saja... Tapi sekarang kami telah berpisah, kini ia telah memilih untuk pergi berpetualang mengelilingi dunia"

"Ahh... aku pikir Kaka akan ikut bersama Dangan anda" ucap Reinzie dengan harapan. "tak ku sangka Kaka akan melakukan perjalanan"

"sepertinya Kenzie telah memilih jalannya ini... Dia juga menitip pesan pada kalian"

"Sudah kuduga ia akan menitip pesan pada anda.." Reinzie menatap wajah Chelsea dan kembali berkata. "Kalau begitu tuan, kami berdua akan pergi menyusul Kaka dan akan menemani perjalanannya"

"apakah kalian yakin dengan keputusan itu?..." tanya arvendel pada mereka berdua

"Aku tau bagaimana isi pikiran kalian tapi..." arvendel diam sejenak sambil menatap Reinzie dan Chelsea, lalu ia kembali melanjutkan perkataannya. "Kenzie berharap agar kalian bisa menjadi lebih kuat di bawah bimbinganku"

"kami juga ingin pergi berpetualang bersama Kaka dan merasakan pertarungan yang sebenarnya" ucap Reinzie untuk meyakinkan diri

"iya betul kata Reinzie..... Selama ini kami juga sudah melakukan latihan yang cukup keras di bawah bimbingan master vargan.... Dan berharap bisa berjuang bersama kak Kenzie" sambung Chelsea

"ahhh...mau bagaimana lagi, jika itu keinginan kalian maka aku tak bisa menahannya" dengan senyum yang terukir jelas di wajah arvendel memberi izin pada Reinzie dan Chelsea.

"Baiklah, persiapkan diri kalian untuk hari ini... Besok kalian bisa berangkat mencari Kenzie" ucap arvendel.

mendengar perkataan itu Reinzie dan Chelsea saling menatap sambil tersenyum gembira.

................

______________________.._______________________

Kembali pada Kenzie – Di Gunung Celestara

Hari-hari pertama berjalan damai.

Aku bertarung dengan monster kecil, berbagi makanan dengan Rava dan Liera, tertawa bersama mereka… atau mengajari mereka dasar teknik pengontrolan Ki.

Namun pada malam ketiga—

Langit berubah gelap tanpa angin.

Tanah bergetar lebih keras dari sebelumnya.

Suara gemuruh datang dari dalam gunung.

“Kenzie… apa yang terjadi!?” teriak Rava.

Aku menghunus pedang.

“sepertinya malam ini kita tak bisa istirahat dengan santai… Ini terasa seperti bukan hal yang biasa terjadi.”

Dari balik kabut, muncul puluhan makhluk—seperti serigala batu, naga kecil berkulit obsidian, dan belalang baja sebesar tubuh manusia.

Mereka menyerbu.

Rava dan Liera mencoba bertahan.... namun satu sabetan saja membuat mereka terlempar dan jatuh dalam keadaan terluka parah.

“Tidak…!”

Aku menahan napas.

“Kalau begitu… aku harus menghadapi semuanya sendiri.”

Aku berdiri di depan mereka.

Tubuhku bergerak sendiri, Ki mengalir liar seperti aliran sungai.

Tebasan.

Pukulan.

Tendangan.

Darah monster membasahi tanah.

Namun setiap kali satu jatuh—empat lainnya muncul.

Dan dari kejauhan…

Aku merasakan kehadiran seseorang.

Sebuah aura lembut, namun penuh kekuatan misterius.

Langkah ringan seorang gadis…

1
أسوين سي
💪💪💪
أسوين سي
👍
{LanLan}.CNL
keren
LanLan.CNL
ayok bantu support
أسوين سي: mudah-mudahan ceritanya bagus sebagus Qing Ruo
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!