NovelToon NovelToon
Lintang Sang Baga

Lintang Sang Baga

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy / Diam-Diam Cinta / Kencan Online
Popularitas:35.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Ada yang kayak mereka nggak sih? Jodoh lewat chat? Ya ampyuun CHAT?? Iya ho'oh! Mereka nggak pernah ketemu, cuma bertukar kabar melalui pesan ketikan, nggak ada pidio kol (video call). Cuma deretan huruf tapi membuat hidup mereka semprawut!

Giliran ketemu secara nggak sengaja di dunia nyata, mereka malah kayak musuh bebuyutan! Pas kembali ke aplikasi, weeeh sayang sayangan lagi.

Di sini yang koplak siapa sebenarnya? Lintang nya? Bang Baga? atau.... Yang nulis cerita??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part bonus

Nggak bergerak ke manapun, mereka masih ada dalam satu ruangan. Bedanya kalau tadi full kaum Adam, sekarang meski tetap mendominasi namun perbedaan itu tercipta setelah kemunculan Lintang di tengah-tengah mereka.

"Zy.. Ah.. Ga Baga, ai mau ngom-- ah.. Mau speaking sama you!"

Dia mau ngomong sama Baga udah kayak manggil bocah aja. Mana sambil lambai-lambaiin tangan segala. Dan itu dilakukan Lintang di depan para sesepuh di sana.

"Oke. Mau ngomong di sini apa di luar?" tanya Baga udah berdiri dari tempat duduknya.

"Here. Ai cuma mau balikin you punya jaket. Nih!" dicopot lah jaket Baga itu di depan pemiliknya.

Baga menghampiri Lintang, nggak ada rasa segan meski mereka mungkin sedang diperhatikan oleh kedua sesepuh yang sekarang ini nggak tau lagi ngapain. Mungkin lagi rasan-rasan via batin, entahlah.

Jaket itu akhirnya berpindah tangan. Baga menerimanya tanpa banyak kata. Tanpa senyum tengil. Tanpa godaan. Hanya satu anggukan kecil, lalu melipat jaketnya seolah itu benda biasa saja. Seolah benda itu bukan sesuatu yang sempat Lintang pakai seharian penuh, atau sesuatu yang tadi pagi memeluk Lintang lebih erat dari siapa pun.

Tentu saja hal itu membuat Lintang jadi canggung. Tangannya saling menggenggam, jari-jarinya saling mengunci seperti takut salah gerak. Dia melirik sekilas ke arah jaket yang sekarang sudah berada di tangan Baga.

"Oke… only that." ucapnya cepat. Lalu menekuk bibirnya ke dalam.

Baga mengangkat wajah. Menatap Lintang lama. Bukan tatapan yang menekan, tapi sebuah tatapan yang bisa bikin dada Lintang mengencang tanpa alasan logis.

"Iya. Ada yang mau disampaikan lagi?" kata Baga akhirnya. Nada suaranya tenang. Nggak grudak-gruduk kayak sebelumnya. Penguasaan emosinya bisa dibilang sangat baik.

Lintang menggeleng. Harusnya itu cukup. Harusnya dia bisa langsung pergi. Tapi kakinya seperti lupa cara melangkah. Bahkan beberapa detik berlalu tanpa Lintang mengatakan apapun. Ini bukan Lintang banget sih, Lintang nggak kayak gini! Mana si Lintang yang cuek dan stay cool? Mana si Lintang yang darderdor kayak petasan banting? Dan mana itu si Lintang yang hobi banget bicara meski setiap kata yang keluar dari mulutnya selalu melenceng dari kodratnya?

Di sudut ruangan, bapak Abhi pura-pura sibuk dengan dokumen. Beberapa kali tampak pak Abhi membolak-balikkan kertas tanpa dia baca sama sekali. Telinganya difungsikan dengan baik untuk mendengar pembicaraan dua anak muda di dalam ruangan itu.

Dan bapak Den.. Beliau juga pura-pura nggak dengar apa-apa. Memilih mengotak-atik laptop padahal mah jarinya cuma mencat-mencet huruf kemudian dihapus lagi, dijejerin lagi hurufnya lalu dihapus lagi. Kegiatan itu diulang hingga tak terhitung jumlahnya. Mendadak dua orang dewasa di ruangan itu seperti punya kemampuan akting level dewa.

Karena merasa anaknya dalam situasi yang mencekam dan nggak menguntungkan, bapak Den bantu 'mendorong' putrinya untuk kabur dari kerumitan yang dibuatnya sendiri.

"Dek, nanti mau pulang sama bapak? Bentar lagi kerjaan bapak selesai kok. Kita beliin red velvet cake buat ibun." ucap bapak Den nimbrung aja.

"No bapak. Ai kan bawa mobil sendiri tadi. Ai cuka sebentar di sini kok. Dan ai rasa utusan ai di sini udah selesai, ai mau jalan duku." sungguh merdu sekali suara seseorang yang gemar typo dalam bicara itu.

"Tapi hati-hati bawa mobilnya ya. Nggak usah ngebut. Kalau udah sampai rumah jangan lupa kabarin bapak, oke?"

"Ai nggak kedut kedut bawa mobilnya, bapak. Ai udah mede, jadi ai tahu lah harus gimana. Oke, ai pulang duku ya, bapak.. Om Abhi, ai pulang duku. Maaf ai udah ganggu kerja kalian."

Ini Lintang langsung salim lho sama bapaknya dan pak Abhi. Bukan salim nempelin tangan ke pipi, kagak! Tapi Lintang menempelkan tangan para sesepuh tadi ke keningnya. Meski suka belibet cara ngomongnya tapi Lintang selalu menjaga sikap sopan santun kepada orang yang lebih tua, good job Ntang!

"Kamu nggak pusing tiap hari denger dia ngomong kayak gitu?" pertanyaan dari bapak Abhi ke pak Den.

"Hahaha.. Saya udah ngadepin dia selama dua puluh tahun pak. Jadi udah hafal semua kosakata nyelenehnya." begitu kira-kira obrolan para sesepuh setelah Lintang keluar dari ruangan.

Bentar.. Kok cuma pak Den dan pak Abhi yang dipamitin. Lha Baga enggak? Enggak! Lintang bahkan sengaja melewati Baga begitu saja tanpa menatap sedikit pun. Tapi bukan Baga namanya kalau cuma diam aja. Dia ikut nyusul ke luar dengan tujuan nyamperin Lintang.

"Siap besanan?" pertanyaan dari pak Abhi membuat pak Den tertawa lepas. Nggak jawab apapun, nggak mengiyakan atau menolak hanya tawa renyah saja yang mengudara.

Sementara itu, Lintang merasa Baga sok banget di depan para sesepuh tadi. Sok jaim. Sok cool. Dan Lintang seperti nggak suka sama sifat Baga yang seperti itu. Dia biasa dikejar, biasa dimanjakan, biasa diutamakan oleh Baga. Tapi, tadi? Apa itu? Beneran bikin bete!

Lift turun pelan, membawa Lintang menuju lantai satu. Lintang berdiri di pojok, menatap pantulan dirinya di dinding kaca. Rambutnya masih rapi. Wajahnya normal. Tapi rasanya seperti ada yang tertinggal di lantai tujuh. Tapi apa? Hembusan nafas terdengar. Kayaknya keputusan untuk mengembalikan jaket Baga tadi adalah sesuatu kesalahan. Dan dia baru merasakan penyesalan itu merembet masuk dalam hatinya. Harusnya Lintang lebih bisa jaga hati kan? Baga cuma mantan pacar online! Di dunia nyata mereka nggak ada hubungan apapun juga.

Pintu lift terbuka. Lintang berjalan lambat, nggak terburu-buru seperti saat datang ke kantor ini tadi. Beberapa kali matanya menangkap orang-orang yang memperhatikannya. Lintang sih masa bodoh. Dia udah biasa jadi pusat perhatian soalnya.

"Star..." Deg. Suara itu.

Lintang menoleh cepat. Baga berdiri di depan lift, satu tangannya menahan pintu. Nafasnya sedikit lebih cepat dari biasanya, seperti dia baru saja dikejar-kejar perasaan takut kehilangan yang besar.

Sedikit berlari, Baga menghampiri Lintang. "Jangan blokir nomerku, ya.."

Hanya itu? Ngejar Lintang dari lantai tujuh ke lantai satu cuma minta buat Lintang nggak blokir nomernya? Yang bener aja lah, Ga Baga!

Tentu Lintang mengerutkan keningnya. Seolah berpikir sesuatu. "Blokir?"

Baga mengangguk. Lalu menggeleng. Nggak konsisten babar blas arek iki jebule.

"Aku kepikiran aja, kamu bakal blokir nomerku. Mungkin kamu kesel atau bete sama aku."

"I don't care. Maaf ai bulu-bulu."

Baga mengangguk tapi nggak langsung pergi. Dia berdiri di situ, jaraknya dekat namun masih sopan. Seperti orang yang sadar betul akan batasan, tapi juga sadar dengan apa yang dia mau.

"Kamu capek?" pertanyaan yang tiba-tiba membuat hati Lintang kembali menghangat. Padahal cuma dikasih pertanyaan simpel lho itu.

Lintang mengangkat bahu. "Biasa aja."

"Jangan dibiasain capek sendirian," kata Baga, datar. Bukan seperti menggurui tapi lebih menekankan jika dia begitu perhatian.

Lintang menelan ludah, lalu mencebik. "You ngompol apa? Ai nggak ngerti."

Baga tersenyum tipis. "Kalau kamu butuh aku," katanya pelan, "Kapanpun itu, bilang aja ya..."

Nggak ada embel-embel 'aku masih nunggu kamu'. Nggak ada tambahan 'balikan sama aku, yuk!'

Hanya satu kalimat. Dan itu terdengar biasa aja. Tapi untuk seorang Lintang yang terbiasa memecahkan kode-kode rumit algoritma, dia bisa menebak apa yang ingin Baga ucapkan. Hanya saja, Lintang nggak mau over pede. Dia memilih mengangguk, lalu berkata..

"I know.. Thanks for your attention."

1
Mrs. Dinold
wahhhhh jangan dulu tamat donk...
𝐙⃝🦜Ro
ikut terapi wicara lagi yok tan
Arin
Mau ngajak ngobrol apa mau nampol Baga sih Ntang🤭🤭🤭🤭.....
♏®️𝕯µɱσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐
ngompol enak mah nikah dulu Nyang elahhh🤣🤣🤣🤣🤣
bikin malu Buapkmu aslii bisa2 camer mikir ke arah anuu🤣
Dewi kunti
kesuwen le golek trasi ,up gur siji🙈
Dewi kunti: tp bikin randu kaaaannn
total 2 replies
𝐙⃝🦜Ro
akhirnya up juga
kencannya kemaren jadi gak mereka Thor?
Dfe: aku nganti lali ada scene kencan😭
total 1 replies
Mrs. Dinold
huuh bener ngilangnya lama banged LG...😄😄😄
Mrs. Dinold: tak tunggu..meskipun sering ngilang ..🤭🤭
total 2 replies
Yurni Yurni
lanjut🤭
♏®️𝕯µɱσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐
nonggol juga Thor etdahh🤣🤣🤣

lagi semedi jadi abnormal tah🤣🤣
hmmmm
♏®️𝕯µɱσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐: lha wes tuwek kog🤣🤣
pakdhe yo oleh🤣🤣
nangung wes diwoco akeh mosok gak dilanjut moco🤭
sehat Thor
total 2 replies
Yurni Yurni
😘
Rita Ariani
🤣🤣🤣ancuurrr kata²nya lintang,, mumet mumet dh tu si baga 😄
Rita Ariani
ngakak baca ni novel🤣🤣
мaya🎐ᵇᵃˢᵉ
Mantan di dunia virtual tetapi di Kenyataannya akan memulai hubungan baru 👏🏻👏🏻
мaya🎐ᵇᵃˢᵉ
Baga senang menjahili ntang sekarang ☺️
мaya🎐ᵇᵃˢᵉ
Kamar Mandi ahh di sikat
𝐙⃝🦜Ro
gassss
𝐙⃝🦜Ro
gak perlu di translate kita dah paham koq dah terlatih
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
ikot oe ikot..
gak baik klo jalan cuma berdua doang..
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
paham Thor paham 😌
gosah pake translate, soalnya saya sudah biasa menghadapi teman yg jarinya melebar hingga menciptakan deretan kalimat yg perlu kejelian dalam memahaminya😌
Arin
Kalau aku yang ngobrol sama Lintang kudu dan harus siapkan kamus khusus nih buat terjemahin yang dia ucapin. Di Mbah Google pasti ada semua yang lain ucapin, cuman artinya pastinya lain🤣🤣🤣
Kalau gak lola alias loading lama nih buat artiin yang dia omongin😁😁😁😁😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!