Trauma masa lalu mengenai seorang pria membuat gadis yang awalnya lemah lembut berubah menjadi liar dan susah diatur. Moza menjadi gadis yang hidup dengan pergaulan bebas, apalagi setelah ibunya meninggal.
Adakah pria yang bisa mengobati trauma yang dialami Moza?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32 Diculik
Pagi ini Moza sedang jogging di komplek rumah dia. Una tidak bisa menemani karena dia sedang tidak enak badan. Sebuah mobil hitam sudah mengintai Moza dari jauh.
"Itu dia orangnya," seru seseorang di dalam mobil itu.
"Kita langsung bawa dia ke dalam mobil saja," seru pria itu.
Perlahan mobil itu mulai mendekat ke arah Moza, setelah dekat dua orang keluar dari dalam mobil dan membekap mulut Moza dengan sapu tangan yang sudah diberi bius. Seketika Moza lemas dan jatuh tak sadarkan diri. Mereka segera membawa Moza pergi dari sana, entah kemana mereka akan membawa Moza.
Tidak membutuhkan waktu lama, mereka membawa Moza ke sebuah rumah kosong yang berada di pinggiran kota. Moza mulai membuka matanya, kepalanya terasa sangat pusing. Setelah sadar, dia kaget karena tangan dan kakinya diikat di atas kursi sedangkan mulutnya disumpal.
"Halo, Moza apa kabar!" seru Lula dengan senyumannya.
Moza melotot, bahkan dia berontak tapi dia tidak bisa lepas. Lula bangkit dari duduknya lalu menghampiri Moza dengan santainya. Lula mengelus kepala Moza, dan sedetik kemudian dia pun menjambak rambut Moza membuat Moza mendongak dan menahan sakit.
"Bagaimana rasanya? kemarin-kemarin kamu melakukan ini sama aku, bahkan kamu mempermalukan aku di depan semua orang dan sekarang aku akan membalas semua apa yang sudah kamu lakukan tempo hari," seru Lula dengan senyuman menyeringai.
Lula melepaskan jambakannya, lalu membungkukkan tubuhnya di hadapan Moza. "Meskipun sekarang kamu sudah cantik, tapi tetap saja aku lebih cantik dari pada kamu apalagi kerjaan kamu di dunia malam sudah pasti orang-orang akan memandangmu sebagai wanita murahan," hina Lula.
Moza ingin sekali membalas ucapan Lula tapi tidak bisa karena mulutnya disumpal. "Kenapa, kamu mau ngomong apa?" seru Lula.
Perlahan Lula pun membuka sumpalan di mulut Moza. "Kenapa kamu lakuin ini?" tanya Moza penuh amarah.
"Masih nanya kenapa? waktu itu kamu mempermalukan aku di depan umum, apa kamu tidak merasa bersalah?" bentak Lula.
"Kenapa harus merasa bersalah? kamu sendiri yang memulainya dan aku itu ingin melakukan semuanya sejak dulu tapi dulu aku belum punya keberanian untuk melawan kamu," sahut Moza.
Plakkk.....
Lula menampar Moza dengan sangat keras. "Dasar wanita murahan, kamu sudah mendapatkan banyak laki-laki di tempat kerja kamu itu tapi kenapa kamu masih mengharapkan Bagas? wanita tidak tahu malu, dulu Bagas sudah menolak kamu dan sekarang kamu masih berusaha menggoda Bagas!" bentak Lula.
"Siapa yang menggoda Bagas? jangan sembarangan kalau ngomong," sahut Moza.
Plaakkk...
Lagi-lagi Lula menampar Moza. "Jangan banyak alasan, tadi malam Bagas menolak dijodohkan dengan aku karena dia sudah mulai tergoda oleh kamu. Apa yang sudah kamu lakukan kepada Bagas sampai-sampai dia sekarang lebih memilih kamu?" Lula menjambak rambut Moza membuat Moza meringis kesakitan.
Moza terkejut mendengar ucapan Lula. Dia sama sekali tidak melakukan apa pun kepada Bagas. Jangankan menggoda Bagas, dekat-dekat dengan Bagas pun dia tidak mau.
Tiba-tiba ponsel Lula bergetar tanda ada sebuah pesan yang masuk. "Kalian jaga dia baik-baik, jangan sampai kabur," seru Lula.
"Siap, bos."
"Lula, lepaskan aku!" teriak Moza.
"Berisik!" salah satu orang di sana memukul Moza membuat Moza pingsan.
Lula pun segera pergi dari tempat itu. Sementara itu, Una pun keluar dari kamar dan mencari keberadaan Moza. "Moza...Moza...!" teriak Una.
Una pun mencari Moza ke kamarnya dan ternyata tidak ada. "Masa iya dia belum pulang jogging? ini sudah siang dan biasanya dia kalau jogging gak lama," gumam Una mulai curiga.
Una pun mencoba menghubungi Moza dan ternyata ponsel Moza ada di atas tempat tidur. "Sial, kebiasaan banget dia kalau jogging gak pernah bawa ponsel," kesal Una.
Dia pun segera keluar dan mengeluarkan motornya. Dia khawatir dan akan mencari Moza disekitaran komplek karena Una tahu kalau Moza tidak pernah jogging jauh-jauh. Una mengelilingi komplek, tapi dia sama sekali tidak melihat Moza.
"Astaga, Moza ke mana?" gumam Una khawatir.
Una pun mengendarai motornya ke pos satpam. "Pak, maaf apa Bapak tadi ada yang melihat Moza keluar dari komplek ini?" tanya Una.
"Perasaan kita belum lihat Neng Moza keluar, Mbak," sahut Satpam.
"Pak, bisa lihat CCTV gak? soalnya perasaan aku mulai gak enak ini. Moza tidak pernah pergi jogging sampai sesiang ini," pinta Una.
Satpam pun segera melihat CCTV, Una memperhatikan secara seksama. "Nah, itu Moza," ucap Una.
Mereka memperhatikan CCTV, hingga tidak berapa lama sebuah mobil hitam mendekati Moza dan Moza dibawa pergi mobil itu. "Sial, Moza diculik," seru Una panik.
"Lapor polisi saja, Mbak," seru Satpam.
"Kalian kerja gak benar banget sih, sampai bisa kejadian seperti ini. Memangnya kalian gak lihat mobil itu masuk ke komplek ini?" bentak Una.
"Tadi mobil itu memang masuk ke sini, tapi mereka bilang jika mereka akan ke rumah Neng Moza dan kita gak curiga sama sekali karena biasanya Neng Moza kan bawa bodyguard," sahut Satpam.
"Ah, kurang ajar siapa yang berani culik Moza?" Una pun segera menaiki motornya kembali dan pulang ke rumah Moza.
Una segera menghubungi Dimas, dan Dimas sangat panik mendengar Moza diculik. Mereka bingung harus cari Moza ke mana, jika lapor polisi maka tidak akan tindakan sama sekali. Setelah mendengar berita Moza diculik, Dimas langsung datang ke rumah Moza.
"Bagaimana? kenapa bisa Moza sampai diculik?" tanya Dimas panik.
Una pun menceritakan semuanya kepada Dimas. "Terus sekarang mau cari Moza di mana?" ucap Dimas frustasi.
Keduanya terdiam, bingung harus bagaimana dan ke mana. Akhirnya Una pun menghubungi Rico dan Rico dengan cepat memerintahkan orang-orangnya untuk mencari Moza. Media entah tahu dari mana masalah Moza diculik, yang jelas saat ini sedang viral kasus penculikan Moza.
Sementara itu, Bagas dan Delon sedang makan siang bersama di sebuah restoran. "Gas, Moza diculik," seru Delon yang baru saja melihat berita di ponselnya.
"Hah, serius kamu?" tanya Bagas panik.
"Ini lagi viral di medsos," sahut Delon.
"Jangan dulu percaya, sekarang banyak berita hoax," sahut Bagas.
Pada saat keduanya sedang asyik ngobrol, tiba-tiba pintu restoran itu terbuka. Lula masuk bersama temannya waktu di SMA dulu. Bagas dan Delon menutup wajah mereka dengan buku menu, supaya tidak kelihatan. Lula dan temannya duduk di belakang meja Bagas dan Delon hanya saja terhalang oleh sekat kaca.
Posisi mereka saling membelakangi. "Lul, katanya si Moza ada yang nyulik," seru Wulan.
"Aku tahu," sahut Lula dengan santainya.
"Kok kamu tahu? biasanya kamu paling malas mendengar berita si Moza," ucap Wulan.
"Tahu lah, karena yang nyulik si Moza adalah aku," sahut Lula.
Bagas dan Delon terkejut, bahkan keduanya saling pandang satu sama lain.
