Istriku! Oon?

Selamat Membaca

Jet pribadi Eric Alaric Wiguna dan Mini Chacha Pramesti kembali membelah langit, kali ini membawa mereka kembali ke Jakarta sebagai penguasa sah Conti Group. Mereka membawa Pranoto dan Marco, tetapi kali ini, mereka bergerak dengan kekuatan, bukan sebagai buronan.

Eric secara terbuka mengumumkan melalui jaringan bisnis Eropa bahwa Conti Group akan menjual Wiguna Corp. dengan harga murah. Langkah ini berhasil memancing perhatian Silvio Valerius, yang masih berada di Balkan tetapi mengawasi aset tersebut.

"Silvio akan berpikir ini adalah kesempatan terakhirnya untuk mendanai klan Valerius. Dia akan mengirim orang ke sini untuk memfinalisasi pembelian," Eric menjelaskan kepada Mini di dalam mobil. "Kita akan menggunakan kekacauan itu untuk mengamankan Ayahku."

Luca Wiguna bersembunyi di Jakarta, merasa malu dan takut setelah pengkhianatannya. Tim keamanan Marco, yang kini didanai oleh DOE, berhasil melacak Luca ke sebuah vila terpencil di Bogor.

Eric, tanpa menggunakan kekerasan, datang sendirian untuk menemui Ayahnya.

"Ayah," Eric memanggil Luca, yang terlihat pucat. "Matriark sudah dicabut kekuasaannya. Wiguna Corp. batal dijual. Perang sudah berakhir."

Luca menatap putranya. "Kau datang untuk membunuhku? Aku tahu kau membawa Shadow Fang."

"Aku datang untuk menanyakan satu hal: Di mana Tesoro Mio?" tuntut Eric, matanya dingin. "Di mana Silvio menyembunyikan arsip dan kekayaan Valerius di Asia? Kau tahu, Ayah. Kau memfasilitasi bisnisnya di sini."

Luca terdiam. Ia melihat kekalahan total di mata Eric, bukan amarah. Luca menyadari bahwa Eric benar-benar telah tumbuh menjadi Capo yang lebih kuat dari yang ia bayangkan—seorang Capo yang tidak membunuh ayahnya.

"Silvio menyembunyikannya di tempat yang tidak akan pernah dicari Conti: Museum Seni Kuno di Kota Tua," Luca berbisik. "Arsip Valerius disamarkan sebagai koleksi kuno Indonesia. Itu adalah basis kekuatan rahasia Valerius di Asia. Silvio akan datang ke sana besok untuk memastikan penjualannya sukses."

Eric mengangguk. "Terima kasih, Ayah. Kau aman. Tapi kau harus tetap bersembunyi. Pertemuan ini tidak pernah terjadi."

Eric meninggalkan Ayahnya, rasa sakit pengkhianatan Ayahnya digantikan oleh rasa tanggung jawab.

Eric kembali ke penthouse bersama Mini dan Pranoto. Mini mendengarkan rekaman Eric dengan Luca, wajahnya serius.

"Museum Seni Kuno," kata Mini. "Tesoro Mio. Itu adalah simbol kultural yang disalahgunakan oleh klan Valerius. Itu bukan hanya uang, Eric. Itu adalah identitas Valerius."

Pranoto mengangguk. "Mini benar. Jika Silvio kehilangan Tesoro Mio, dia kehilangan haknya untuk memimpin Valerius. Dia akan terpaksa menyerahkan kekuasaannya kepada pewaris sah—yaitu Mini."

Eric menyusun strategi akhir untuk menangkap Silvio dan mengambil alih kendali Valerius:

Eric memutuskan bahwa besok, Mini akan datang ke Museum Seni Kuno sebagai Signora Capo Conti yang berkuasa, menawarkan kerja sama resmi dengan klan Valerius untuk menjaga aset di Asia. Tujuannya adalah memancing Silvio untuk datang sendiri ke sana. Mini harus menggunakan Kode Ketenangan dan Kekuatan Pasangan untuk menekan Silvio agar menyerahkan kunci kendali Valerius secara damai. Sementara Mini bernegosiasi, Eric dan tim Marco akan menyusup ke ruang arsip rahasia di museum dan mengamankan Tesoro Mio sebelum Silvio bisa mengambilnya.

"Kita akan melakukannya di bawah pengawasan publik. Museum itu adalah tempat yang ramai. Silvio tidak akan menggunakan kekerasan di sana," Eric menyimpulkan. "Mini, kau harus menjadi Signora Capo yang paling meyakinkan yang pernah ia lihat."

Mini menatap cincin Seguro di jarinya, yang kini melambangkan kekuasaan Conti dan kunci Valerius. "Aku siap, Eric. Aku akan mengakhiri perang ini dengan Ayahku."

Momen Intim: Pernyataan Kekuatan Pasangan

Malam itu, Mini dan Eric berbagi momen tenang di balkon penthouse, menghadap gemerlap kota Jakarta.

"Kita telah mengalahkan Matriark, Mini. Kita telah melacak Silvio. Kita sudah melalui begitu banyak," Eric memeluk Mini erat dari belakang.

"Ya," bisik Mini. "Tapi pertemuan besok adalah yang paling sulit. Aku harus memandang Ayahku dan memaksanya menyerahkan kekuasaan. Aku harus menggunakan intuisi Valerius-ku untuk mengambil aset Valerius."

Eric membalikkan badan Mini. "Kau tidak mengambil aset. Kau mengambil tanggung jawab klanmu yang seharusnya. Dan kau adalah Signora Capo yang sah. Ingat, aku bersamamu."

Eric mencium Mini. Ciuman itu adalah sumpah baru, bukan lagi strategi, melainkan keyakinan mutlak pada pasangan hidupnya. Eric tahu bahwa Mini adalah jembatan yang akan menyatukan kedua klan Mafia itu menjadi kekuatan yang sah dan tak tertandingi di dunia.

"Mini Chacha Wiguna," Eric berbisik. "Setelah besok, kita akan pulang, dan kita akan memimpin klan ini bersama. Aku mencintaimu."

Mini tersenyum. "Aku juga mencintaimu, Eric. Besok, kita akan pulang."

BERSAMBUNG.

Pertemuan besar akan terjadi di Museum Seni Kuno Jakarta! Akankah Mini berhasil memaksa Silvio Valerius menyerahkan kunci Tesoro Mio? Dan berhasilkah Eric mengamankan warisan Valerius? Dukung terus kisah Eric dan Mini, Signora Capo dan Capo barunya, dengan Like, Comment, Share, dan Vote agar petualangan mereka terus berlanjut! Terima kasih banyak atas dukungan Anda!