Romlah tak menyangka jika dia akan melihat suaminya yang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, bahkan sahabatnya itu sudah melahirkan anak suaminya.
Di saat dia ingin bertanya kenapa keduanya berselingkuh, dia malah dianiaya oleh keduanya. Bahkan, di saat dia sedang sekarat, keduanya malah menyiramkan minyak tanah ke tubuh Romlah dan membakar tubuh wanita itu.
"Sampai mati pun aku tidak akan rela jika kalian bersatu, aku akan terus mengganggu hidup kalian," ujar Romlah ketika melihat kepergian keduanya.
Napas Romlah sudah tersenggal, dia hampir mati. Di saat wanita itu meregang nyawa, iblis datang dengan segala rayuannya.
"Jangan takut, aku akan membantu kamu membalas dendam. Cukup katakan iya, setelah kamu mati, kamu akan menjadi budakku dan aku akan membantu kamu untuk membalas dendam."
Balasan seperti apa yang dijanjikan oleh iblis?
Yuk baca ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BDN Bab 32
Sugeng lari terbirit-birit karena ketakutan, pria itu langsung masuk ke dalam kamar utama dan bahkan mengunci pintunya. Inah yang sedang berada di ruang keluarga merasa heran melihat kelakuan dari suaminya.
Heran sekali melihat Sugeng yang berlari ketakutan tanpa memakai baju, pria itu hanya memakai celana boxer saja. Badannya penuh keringat dan tentunya hal itu membuat Inah merasa curiga serta bingung.
"Dia itu kenapa? Apa mungkin dia godain Romlah, tapi ditolak ama Romlah? Tapi, dia jelek. Masa iya mas Sugeng godain dia?"
Dengan susah payah Inah berusaha bangun, lalu dia berjalan dengan begitu perlahan menuju kamar utama. Tepat di depan pintu, dia mengetuk pintu itu, tetapi tidak kunjung dibuka.
"Mas! Tolong buka pintunya, sebenarnya kamu kenapa sih? Kenapa lari-lari kayak gitu? Kenapa juga nggak pakai baju?"
Cukup lama Inah menunggu di depan pintu, hingga beberapa saat kemudian Sugeng membuka pintu itu dengan wajahnya yang pucat pasi.
"Di dalam kamar Ayu ada Romlah, kamu tau nggak? Dia itu wajahnya benar-benar menyeramkan," tutur Sugeng.
Inah merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh Sugeng, memang dia menerima Romlah bekerja di situ karena melihat wajahnya yang buruk rupa, agar Sugeng tidak genit terhadap wanita.
"Di kamar Ayu memang ada Romlah, Mas. Karena pengasuh anak kita namanya Romlah, wajahnya juga memang mengerikan. Kan' kamu tahu sendiri kalau di sebelah wajahnya ada bekas luka bakar," kesal Inah.
"Bukan Romlah yang itu, maksudnya ada Romlah, isteri pertama aku. Dia datang, dia katanya mau balas dendam loh."
"Halah! Romlah mantan istri kamu kayaknya nggak mungkin deh, Mas. Dia itu udah meninggal, kamu kayaknya lagi kangen dia. Makanya mikir yang aneh-aneh," ujar Inah.
"Kamu itu nggak percaya banget sama aku, coba sana lihat sendiri. Aku takut banget, aku nggak mau lagi ke kamar Ayu. Sana cepat kamu lihat sendiri kalau nggak percaya, di sana ada Romlah, sahabat kamu!" ujar Sugeng dengan nada yang sedikit meninggi.
Sugeng sudah terlihat seperti orang gila, Inah merasa kalau apa yang dikatakan oleh Sugeng itu tidak dapat dipercaya. Namun, pria itu berkali-kali meminta dirinya untuk pergi ke kamar Ayu.
"Ya udah ayo ke kamar Ayu-nya bareng kamu, tuntun aku ke sana." Inah menarik tangan Sugeng.
"Sudah dibilang aku tidak mau ke sana, aku takut."
Mana mau Sugeng balik kembali ke kamar Ayu, karena dia sudah melihat hal yang mengerikan di sana. Wajah jelek Romlah langsung terbayang-bayang di benaknya, kata-kata yang keluar dari mulut wanita itu terasa mengancam jiwanya.
"Kalau kamu nggak mau nganter aku, berarti apa yang kamu katakan itu bohong," ucap Inah yang tidak mau pergi sendirian karena dadanya terasa sakit sekali.
"Ya udah iya, ayo kita ke sana," ujar Sugeng.
Karena begitu penasaran akhirnya dia pergi ke kamar putrinya, Inah berjalan terlebih dahulu, sedangkan sugeng berjalan di belakang Inah sambil berpegangan pada kedua tangan istrinya. Saat Inah masuk ke dalam kamar putrinya, dia melihat Romlah dan juga Ayu tidur dengan begitu pulas.
"Tuh lihat, Mas. Tidak ada mantan istri kamu, yang ada hanyalah Ayu dan juga pengasuh anak kita. Hanya mereka, itu juga sedang tertidur dengan pulas. Gak ada yang sedang melek atau bahkan sedang menakuti kamu."
Sugeng mengedarkan pandangannya, benar saja di dalam kamar itu ada Romlah dan juga Ayu yang sedang tertidur dengan pulas. Tidak ada yang namanya kasur digelar di atas lantai, tidak ada istri pertamanya di sana yang ingin menuntut balas dendam.
Tidak ada juga pintu yang rusak karena dia tendang saat keluar dari dalam kamar itu, semuanya benar-benar dirasa sangat aneh.
"Kok bisa sih kamar ini begitu tenang? Padahal, tadi membuat aku ketakutan. Apa iya tadi aku mimpi? Kayaknya nggak mungkin deh," ujar Sugeng sambil menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.
"Kalau mimpi nggak mungkin, Mas. Karena kamu tidak tidur, sepertinya kamu tadi berhalusinasi. Makanya jangan suka nonton film horor, biar enggak ketakutan seperti ini."
"Mana ada aku nonton film horor, aku mana sempet nonton gituan. Kegiatan aku tuh banyak," sangkal Sugeng.
"Ya udah jangan dibahas lagi, mending kita tidur. Jangan terlalu berisik, nanti yang ada malah membangunkan Romlah dan juga Ayu."
"Iya iya, ya udah ayo kita ke dalam kamar."
Sebelum pergi Sugeng berkali-kali memastikan apakah Romlah tidur atau tidak, ternyata wanita itu memang tidur. Dia juga memperhatikan kasur yang ada di dalam lemari, masih terlipat dengan sangat rapi.
Sugeng benar-benar bingung dengan apa yang tadi sudah terjadi, seperti mimpi tapi nyata. Terasa nyata tapi tidak ada bukti nyata, ah... Sugeng sangat pusing sekali.
"Sepertinya aku butuh piknik, otaku sudah benar-benar buntu. Aku butuh menyegarkan otakku dan juga menyegarkan tubuhku," ujar Sugeng sebelum dia tidur.
*
Pagi harinya Sugeng terbangun dengan rasa takut, dia lebih takut lagi ketika keluar kamar melihat Romlah dan juga Ajeng. Pria itu akhirnya memutuskan untuk pergi ke resto, dia bahkan tidak sarapan terlebih dahulu.
Dia bahkan tidak berpamitan terlebih dahulu kepada Inah, hal itu membuat Inah sedih dan juga tersinggung atas sikap dari pria itu.
"Kamu semakin berubah, Mas. Kamu semakin cuek terhadap aku, apa Iya aku harus melakukan apa yang dikatakan oleh Ajeng?"
Inah berpikir kalau Sugeng sudah benar-benar bosan terhadap dirinya, kalau dia diusir atau dicerai tanpa diberikan apa-apa, Inah pasti akan merana.
Terlebih lagi anaknya tidak mau terhadap dirinya sama sekali, jangankan digendong olehnya, didekati oleh Inah saja Ayu sudah ketakutan. Sudah seperti melihat hantu.
Padahal, wajah Romlah lebih mengerikan dari dirinya, dia masih terlihat cantik walaupun kurus, tetapi anehnya putrinya itu begitu lengket sekali terhadap Romlah.
Binar bahagia selalu terlihat dari sorot mata Ayu ketika menatap Romlah, sudah seperti seorang anak yang melihat ibu kandungnya. Hal itu membuat hati Inah sangat sakit sekali, dia yang melahirkan tapi dia yang tidak bisa menyentuh anaknya itu.
"Sepertinya aku memang harus punya persiapan," ujar Inah.
Inah membuka brankas milik Sugeng, lalu dia mengambil beberapa gepok uang dan memasukkannya ke dalam tas. Dia juga mengambil semua perhiasan yang dulu diberikan oleh Sugeng kepada dirinya.
Setelah itu, Inah pergi untuk menjual semua perhiasan yang dia punya. Lalu, Inah pergi ke bank untuk menabung semua uang yang dia pegang atas namanya sendiri.
"Sepertinya ini sudah aman kalau Sugeng benar-benar mencampakkan aku," ujar Inah ketika melihat nominal yang tertera pada buku tabungan miliknya.