NovelToon NovelToon
The Lonely Genius

The Lonely Genius

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Anak Genius / Murid Genius / Dunia Masa Depan / Robot AI
Popularitas:657
Nilai: 5
Nama Author: PumpKinMan

Di tahun 2070, nama Ethan Lawrence dirayakan sebagai pahlawan. Sang jenius muda ini telah memberikan kunci masa depan umat manusia: energi tak terbatas melalui proyek Dyson Sphere.
Tapi di puncak kejayaannya, sebuah konspirasi kejam menjatuhkannya.
Difitnah atas kejahatan yang tidak ia lakukan, sang pahlawan kini menjadi buronan nomor satu di dunia. Reputasinya hancur, orang-orang terkasihnya pergi, dan seluruh dunia memburunya.
Sendirian dan tanpa sekutu, Ethan hanya memiliki satu hal tersisa: sebuah rencana terakhir yang brilian dan berbahaya. Sebuah proyek rahasia yang ia sebut... "Cyclone".



(Setiap hari update 3 chapter/bab)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PumpKinMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 32: Kambing Hitam

Di kabin pribadinya yang steril di Habitat Tambang Calicite-7, Profesor Aris Thorne menuang segelas scotch Mars lagi. Tangannya sedikit gemetar. Dia telah mencoba tidur setelah menerima konfirmasi dari Borin bahwa "masalah jurnalis" telah dinetralisir, tetapi adrenalin dan rasa bersalah yang asam membuatnya tetap terjaga.

*Telah dinetralisir.* Eufemisme yang dingin. Dia tahu apa artinya itu. Seorang wanita muda yang penuh semangat telah dibunuh karena dia terlalu dekat dengan kebenaran. Dibunuh atas perintahnya yang tersirat.

Dia meneguk scotch itu dalam satu tegukan, merasakan sensasi terbakar yang tidak menyenangkan di tenggorokannya. Dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini perlu. Ini demi Proyek. Demi kemajuan. Pengorbanan yang disesalkan, tetapi perlu.

Dia memikirkan Pradana. Bocah itu, dengan idealismenya yang naif. Jika Pradana tahu apa yang terjadi di sini...

Tidak. Dia tidak akan tahu. Thorne akan memastikan itu. Dengan jurnalis itu disingkirkan, satu-satunya kebocoran informasi telah ditutup. Sekarang, dia hanya perlu mengendalikan Borin dan kru tambang, menyelesaikan kuota, dan kembali ke Bumi sebagai pahlawan yang menyelamatkan jadwal proyek. Rostova akan berhutang padanya. Mungkin dia bahkan bisa mendapatkan kembali posisi Direktur setelah Pradana tak terhindarkan mengacau.

Dia mulai merasa sedikit lebih baik. Sedikit mabuk. Dia membuka saluran komunikasi ke Bumi, ke Julian Frost. Sudah waktunya membalas pesan licik Frost. Dia akan memainkan permainan ganda ini.

`Julian,` ketiknya, senyum tipis di wajahnya. `Pesanmu diterima. Menarik sekali. Mungkin aku bisa membantumu mendapatkan akses log itu. Tapi tentu saja, ini membutuhkan... diskresi tingkat tinggi. Dan mungkin sedikit bantuan timbal balik di masa depan? Mari kita diskusikan saat aku kembali. -Aris.`

Dia menekan 'Kirim'. Pesan itu melesat melintasi kehampaan antara Mars dan Bumi.

Dia bersandar, merasa sedikit berkuasa lagi. Dia masih punya kartu untuk dimainkan.

Dia membuka log keamanan tambang—akses penuh yang diberikan Rostova padanya. Dia ingin melihat sendiri rekaman dari Sektor 4, untuk memastikan Borin dan anak buahnya bersih.

Dia menemukan file insiden itu. Dia membukanya. Dia menonton rekaman tanpa suara itu: Jurnalis itu menyelinap masuk. Para penjaga menemukannya. Pengejaran singkat. Konfrontasi. Kilatan plasma. Kegelapan.

Bersih. Efisien. Mengerikan.

Dia akan menghapus file itu, tetapi sesuatu menarik perhatiannya. Sebuah anomali data kecil di log server tepat sebelum rekaman terputus. Lonjakan transmisi keluar yang tidak sah. Tujuannya tidak diketahui.

Jantung Thorne berdetak lebih kencang. *Transmisi?* Apakah wanita itu berhasil mengirim sesuatu keluar?

Dia mencoba melacaknya, tetapi lognya sudah dihapus—oleh Borin? Atau oleh sistem keamanan Aeterna yang lebih tinggi?

Rasa dingin mulai menjalari dirinya lagi. Jika dia mengirim sesuatu keluar... kepada siapa? Media? Pradana? *Rostova?*

Dia mencoba menghubungi Borin melalui saluran internal. `MANAJER BORIN TIDAK TERSEDIA. SEDANG DALAM INSPEKSI MENDALAM DI SEKTOR 9.` Aneh. Borin tidak pernah meninggalkan pusat kendali selama giliran kerjanya.

Dia mencoba mengakses log komunikasi Borin. `AKSES DITOLAK. OTORISASI LEVEL ROSTOVA DIPERLUKAN.`

*Apa?* Sejak kapan dia membutuhkan otorisasi Rostova untuk mengakses log bawahannya sendiri?

Panik mulai mencengkeramnya. Dia mencoba mengakses lognya sendiri—log pertemuannya dengan Borin, perintah jadwal 18 jam, balasan emailnya kepada Frost.

`AKSES DITOLAK.`

`AKSES DITOLAK.`

`AKSES DITOLAK.`

Seluruh sistemnya terkunci. Dia telah kehilangan aksesnya sendiri.

Dia melompat berdiri, menatap konsolnya dengan tidak percaya. Ini tidak mungkin. Dia adalah Kepala Logistik Mars. Dia memiliki otonomi penuh. Kecuali jika...

Kecuali jika otonomi itu dicabut.

Dia berlari ke komunikator prioritasnya ke kantor Rostova. Dia menekan tombol panggil.

`SALURAN TIDAK TERSEDIA. SILAKAN HUBUNGI ADMINISTRATOR SISTEM ANDA.`

Dia mencobanya lagi. Hasil yang sama.

Dia telah diputus.

Kenyataan menghantamnya seperti pukulan fisik. Dia bukan lagi pemain dalam permainan ini. Dia adalah bidak yang akan dikorbankan. Rostova tidak pernah berniat memberinya kekuasaan kembali. Dia hanya menggunakannya untuk melakukan pekerjaan kotor, dan sekarang... sekarang dia sedang dibersihkan.

Dia harus keluar dari sini. Dia harus kembali ke Bumi. Dia harus memperingatkan seseorang—Frost? Dewan? Siapa pun!

Dia berlari ke pintu kabinnya dan mencoba membukanya. Terkunci dari luar.

Dia mulai membanting pintu. "Hei! Buka! Ini Profesor Thorne! Ada keadaan darurat!"

Tidak ada jawaban. Koridor di luar sunyi senyap.

Dia melihat sekeliling kabinnya yang kini terasa seperti sel penjara. Tidak ada jendela. Satu pintu. Ventilasi udara kecil di langit-langit.

Dia mencoba meretas kunci pintu dari konsolnya. Gagal. Sistemnya benar-benar terisolasi.

Dia sendirian. Terjebak. Menunggu.

Dia tidak tahu berapa lama dia menunggu. Menit? Jam? Dia mondar-mandir seperti binatang yang terperangkap. Dia menghabiskan sisa scotch-nya. Dia mencoba memikirkan jalan keluar, tetapi pikirannya berputar dalam lingkaran panik.

Dia memikirkan Pradana lagi. Ironis sekali. Dia telah menghabiskan begitu banyak energi untuk mencoba menjatuhkan bocah itu, dan sekarang nasib mereka terikat. Jika Thorne jatuh sebagai kambing hitam atas "kecelakaan" Mars, Pradana—sebagai Direktur yang menandatangani laporannya—akan ikut terseret. Mungkin itulah rencana Rostova sejak awal? Menjatuhkan mereka berdua sekaligus?

Dia mendengar suara langkah kaki di koridor di luar. Berat. Teratur. Lebih dari satu orang.

Mereka berhenti tepat di luar pintunya.

Ada suara *bip* pelan saat kunci elektronik dilepaskan.

Pintu mendesis terbuka.

Dua sosok berdiri di sana. Mereka mengenakan seragam keamanan Aeterna hitam legam, tanpa lencana nama. Wajah mereka tersembunyi di balik helm gelap. Mereka tidak membawa senjata setrum standar. Mereka membawa senapan plasma militer.

Ini bukan keamanan tambang. Ini adalah sesuatu yang lain. Pasukan khusus Rostova?

"Profesor Aris Thorne," kata salah satu dari mereka, suaranya terdistorsi oleh vokoder helm. "Anda diminta untuk ikut dengan kami. Investigasi internal."

Thorne mundur selangkah. "Investigasi apa? Saya tidak..."

"Ikut dengan kami. Sekarang." Pria kedua mengangkat senapannya sedikit.

Thorne tahu dia tidak punya pilihan. Melawan berarti kematian instan di sini. Mungkin... mungkin masih ada kesempatan. Mungkin Rostova hanya ingin menakut-nakutinya. Mungkin dia bisa bernegosiasi.

"Baiklah," kata Thorne, mencoba terdengar tenang, meskipun jantungnya serasa mau meledak. "Saya akan bekerja sama sepenuhnya."

Kedua penjaga itu mengapitnya dan mengawalnya keluar dari kabinnya. Koridor itu kosong. Tidak ada pekerja. Tidak ada staf. Seluruh area administrasi terasa ditinggalkan. Kemana semua orang pergi?

Mereka tidak membawanya ke pusat kendali atau ruang interogasi. Mereka membawanya ke arah yang berlawanan, menuju bagian habitat yang lebih tua dan jarang digunakan.

"Kita mau kemana?" tanya Thorne, rasa takutnya semakin menjadi.

Tidak ada jawaban.

Mereka berhenti di depan sebuah pintu tanpa tanda. Salah satu penjaga membukanya. Di dalamnya ada laboratorium medis kecil yang sudah tidak terpakai—tempat tidur pemeriksaan berdebu, beberapa mesin diagnostik mati.

"Masuk," perintah penjaga pertama.

Thorne ragu-ragu. "Mengapa kita di sini? Ini bukan..."

Penjaga kedua mendorongnya masuk dengan kasar. Thorne tersandung dan jatuh ke lantai yang dingin.

Dia mendongak tepat pada waktunya untuk melihat penjaga pertama mengangkat sebuah perangkat kecil—sebuah injektor hipodermik bertekanan tinggi.

"Tidak!" teriak Thorne, mencoba merangkak mundur. "Tunggu! Aku bisa bicara! Aku punya informasi! Tentang Rostova! Tentang Pradana!"

Penjaga itu tidak ragu-ragu. Dia menembakkan injektor itu ke leher Thorne.

Thorne merasakan sengatan tajam, diikuti oleh rasa dingin yang menyebar cepat ke seluruh tubuhnya. Pandangannya mulai kabur. Anggota tubuhnya terasa berat, tidak mau merespons.

Dia melihat kedua sosok gelap itu mendekat. Salah satu dari mereka mengeluarkan data-pad tipis dan stylus. Dia melihat tangannya sendiri—yang kini lemas dan tidak bisa dia kendalikan—diangkat. Stylus itu diletakkan di antara jari-jarinya.

Dia merasakan tangannya digerakkan melintasi layar data-pad, menulis sesuatu... sebuah catatan...?

Dia mencoba melawan, mencoba berteriak, tetapi otot-ototnya lumpuh. Kegelapan mulai merayap di tepi pandangannya.

Pikiran terakhirnya bukanlah tentang kekuasaan, atau proyek, atau bahkan rasa takut.

Itu adalah penyesalan. Penyesalan yang dalam dan menghancurkan atas jalan yang telah dia pilih.

Dia memikirkan Ethan Pradana. Bocah itu... dia benar. Tentang segalanya.

Lalu, kegelapan menelannya sepenuhnya.

---

Dua jam kemudian. Siklus kerja baru telah dimulai.

Manajer Borin, setelah menyelesaikan giliran kerjanya yang panjang, berjalan melewati koridor administrasi yang kini ramai kembali. Dia melihat keributan kecil di dekat laboratorium medis tua. Beberapa teknisi medis Tier-B dan seorang petugas keamanan tambang berdiri di sana, tampak terguncang.

"Ada apa?" tanya Borin.

Petugas keamanan itu—seorang pria muda bernama Riggs—menoleh, wajahnya pucat. "Manajer... ini Profesor Thorne."

Borin mendorong melewati kerumunan kecil itu. Di dalam lab medis yang remang-remang, tubuh Aris Thorne terbaring di lantai, di samping tempat tidur pemeriksaan. Matanya terbuka menatap langit-langit, kosong. Di tangannya yang terkulai tergenggam sebuah data-pad.

"Apa yang terjadi?" tanya Borin pelan.

"Bunuh diri," kata Riggs, suaranya bergetar. "Dia meninggalkan catatan."

Riggs menyerahkan data-pad lain—miliknya—yang menampilkan salinan catatan itu.

Catatan itu singkat, ditulis dengan gaya Thorne yang formal namun kini terdengar putus asa. Isinya adalah pengakuan penuh atas "kelalaian fatal"-nya dalam mengelola Tambang 7. Dia menyalahkan "tekanan yang tak tertahankan" dan "kesalahan penilaian yang tragis" atas kecelakaan di Sektor 4. Dia meminta maaf kepada keluarga korban dan kepada Proyek Dyson Sphere. Dia mengatakan dia tidak bisa hidup dengan rasa bersalahnya.

Borin membaca catatan itu dalam diam. Itu terlalu rapi. Terlalu nyaman.

"Apakah... apakah ada tanda-tanda lain?" tanya Borin.

"Injektor hipodermik kosong di dekatnya," kata teknisi medis. "Isinya potasium klorida dosis tinggi. Cukup untuk menghentikan jantung." Dia berhenti. "Tapi... tidak ada bekas suntikan yang jelas. Dan posisi tubuhnya... aneh."

Borin menatap tubuh Thorne. Dia melihat memar kecil di lehernya, nyaris tak terlihat. Dia melihat posisi lengannya yang kaku.

Dia tahu ini bukan bunuh diri. Ini adalah eksekusi. Pembersihan jejak.

"Laporkan sebagai bunuh diri," kata Borin datar, suaranya tidak menunjukkan emosi. "Sesuai catatan. Jangan berspekulasi. Jangan bicara pada siapa pun. Mengerti?"

Teknisi medis dan Riggs mengangguk patuh. Mereka tahu aturan main di Mars.

Borin berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan keributan itu di belakangnya. Dia berjalan kembali ke pusat kendali, melewati para pekerja yang kelelahan memulai giliran kerja 18 jam mereka yang baru.

Thorne sudah pergi. Jurnalis itu sudah pergi. Prometheus sudah pergi.

Dia adalah satu-satunya yang tersisa yang tahu sebagian dari kebenaran. Dan dia tahu bahwa jika dia tidak hati-hati, dia akan menjadi yang berikutnya.

Dia duduk di kursinya, menatap layar yang menampilkan produksi tambang. Angka-angka itu terus naik. Kuota akan terpenuhi.

Harga kemajuan, pikirnya getir. Harga kemajuan selalu dibayar dengan darah.

1
Brock
Saya butuh lanjutannya, cepat donk 😤
PumpKinMan: udah up to 21 ya bro
total 1 replies
PumpKinMan
Halo semua, enjoy the story and beyond the imagination :)
Texhnolyze
Lanjut dong, ceritanya makin seru!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!