Maira salah masuk kamar hotel, setelah dia dijual paman dan bibinya pada pengusaha kaya untuk jadi istri simpanan. Akibatnya, dia malah tidur dengan seorang pria yang merupakan dosen di kampusnya. Jack, Jackson Romero yang ternyata sedang di jebak seorang wanita yang menyukainya.
Merasa ini bukan salahnya, Maira yang memang tidak mungkin kembali ke rumah paman dan bibinya, minta tanggung jawab pada Jackson.
Pernikahan itu terjadi, namun Maira harus tanda tangan kontrak dimana dia hanya bisa menjadi istri rahasia Jack selama satu tahun.
"Oke! tidak masalah? jadi bapak pura-pura saja tidak kenal aku saat kita bertemu ya! awas kalau menegurku lebih dulu!" ujar Maira menyipitkan matanya ke arah Jack.
"Siapa bapakmu? siapa juga yang tertarik untuk menegurmu? disini kamu numpang ya! panggil tuan. Di kampus, baru panggil seperti itu!" balas Jack menatap Maira tajam.
'Duh, galak bener. Tahan Maira, seenggaknya kamu gak perlu jadi istri simpanan bandot tua itu!' batin Maira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Mulai Lupa
Pagi harinya, Maira bangun pagi-pagi sekali. Dia terbiasa untuk melakukan itu. Maira melihat Jack masih tidur. Mungkin pria itu lelah. Ya, wajar saja. Semalam mereka benar-benar baru tidur jam 3 dini hari.
Maira keluar dari kamarnya perlahan. Dia segera pergi ke kamar Jack.
Ceklek
Pintu kamar itu terbuka. Pertama, Maira berjalan ke arah tempat tidur. Dia ingin memeriksanya, apakah ada masalah disana. Basah mungkin. Tapi setelah memeriksanya, tempat tidur itu kering.
Maira segera membersihkan ruangan itu, mungkin saja ada serangga disana. Tapi tetap saja, setelah dibersihkan semuanya. Tidak ada serangga.
Maira menghela nafas, dia melihat sekeliling. Tapi, dia tidak menemukan sesuatu yang tidak nyaman.
"Kamarnya tidak kenapa-kenapa" gumam Maira.
Maira duduk di tepi tempat tidur. Mengingat semua yang terjadi semalam.
"Ahh" Maira membuka lebar mulutnya. Sepertinya dia tahu kenapa Jack tidur di kamarnya, "tuan pasti sangat lelah, sampai tidak kuat lagi berjalan ke kamarnya sendiri. Pasti begitu! ya sudahlah, lain kali aku akan menolak dengan tegas saat dia mau menggendongku. Itu akan sangat membuatnya lelah, sampai tidak kuat berjalan ke kamarnya" gumam Maira.
Gadis itu menyimpulkan semua itu sendiri. Dia pikir alasan Jack tidur di kamarnya adalah karena tidak kuat lagi berjalan ke kamar Jack sendiri. Memangnya dia pikir jaraknya satu kilo, sampai karena lelah tidak bisa balik ke kamarnya. Ada alasan lain, hanya saja yang dipikirkan oleh Jack, sangat jauh dengan apa yang ada di pikiran Maira.
Selesai merapikan dan membersihkan kamar Jack. Maira pergi ke dapur dan memasak. Dia juga terlebih dahulu merapikan meja makan semalam. Jack tidak makan banyak.
Maira pergi lagi ke kamarnya ketika sudah selesai.
"Aku harus ganti perban tuan..."
Ceklek
Maira melihat Jack masih tertidur begitu pulas. Dan melihatnya dalam keadaan tenang seperti itu. Maira tersenyum.
"Saat tuan tertidur nyenyak begini. Dia tampak manis..." mata Maira melebar.
Dia bahkan langsung menepuk-nepuk pipinya sendiri.
"Heh, bicara apa aku!" katanya sendiri sambil berlari ke kamar mandi.
Ketika terdengar suara pintu tertutup. Jack membuka matanya perlahan. Kedua sudut bibirnya terangkat. Dia sudah bangun sejak tadi, dia hanya berpura-pura. Dan dia mendengar apa yang tadi dikatakan oleh Maira.
"Dia suka melihat aku tidur, kalau begitu aku akan tidur di sini mulai sekarang dan seterusnya" gumamnya.
Maira membuka pintu kamar mandi. Dan dia tidak lagi mendapat ada Jack di atas tempat tidurnya.
"Tuan sudah bangun rupanya" gumamnya sambil mengeringkan rambutnya.
Maira segera menyiapkan dirinya, dia ada kelas pagi ini.
Dan ketika dia keluar kamar, Jack juga sudah keluar dari kamarnya.
"Tuan, aku ada kelas pagi. Aku akan ganti perban tangan tuan dulu sebelum..."
"Aku sudah menggantinya sendiri. Lihat ini!" kata Jack memperlihatkan tangannya pada Maira.
'Eh, dia bisa ganti perban sendiri! oh mungkin karena lukanya sudah kering, jadi dia bisa lakukan sendiri!' batin Maira.
"Baiklah, kalau begitu. Aku berangkat dulu ya tuan. Selamat sarapan..."
"Sarapan bersama!" kata Jack menarik tangan Maira ketika pria itu melewatinya.
Maira melihat ke arah tangannya yang di pegang oleh Jack. Dan di tuntun ke meja makan.
"Tapi tuan, aku ada kelas pagi!"
"Kelasku kan? sarapan dulu, kita berangkat bersama!" kata Jack melepaskan tangan Maira dan duduk di kursinya.
Maira masih memperhatikan Jack dari atas sampai ke bawah.
'Ini orang sebenarnya kenapa sih?' batin Maira bingung.
Maira duduk di kursi yang paling jauh dari Jack. Dia mengambil gelas dan mengisinya dengan air.
'Tuan sejak kemarin aneh sekali. Tangannya yang terluka itu, apa mempengaruhi otaknya?' batin Maira lagi.
Setelah sarapan. Maira meletakkan piring bekas pakai di wastafel. Dia pikir akan membersihkannya terlebih dulu sebelum berangkat.
"Lakukan saja nanti! kita bisa terlambat!" kata Jack yang kembali menarik tangan Maira.
Maira segera menyambar tasnya dengan terburu-buru.
Begitu sampai di basemen, Jack membuka pintu mobil penumpang untuk Maira.
"Terimakasih tuan" ucap Maira dengan sopan.
Jack hanya mengangguk perlahan. Lalu kembali menutup pintu mobil dengan pelan. Dan masuk ke dalam mobil.
Maira terlihat gugup, tentu saja karena ini pertama kalinya dia berada satu mobil dengan Jack, hanya berdua saja.
"Tuan, nanti turunkan saja aku di persimpangan..."
"Aku bahkan belum menyalakan mesin mobilnya. Kenapa kamu sudah mau turun?" hanya Jack.
Maira kembali terdiam. Dia mengalihkan pandangannya dan menarik sabuk pengaman di sampingnya.
'Bagaimana caranya? biasanya aku naik taksi online dan duduk di belakang, tidak perlu pakai sabuk pengaman. Bagaimana caranya ini?' batin Maira.
Lagipula itu mobil mewah, sabuk pengamannya sangat berbeda dengan minibus biasa di bagian kursi penumpang bagian belakang.
Jack terkekeh pelan. Dia melihat gadis di sampingnya itu sibuk sekali dengan sabuk pengaman yang sebenarnya tinggal tarik sedikit dan kaitkan saja.
Jack mencondongkan tubuhnya ke arah Maira. Dia mau membantu Maira menggunakan sabuk pengaman itu.
Deg
Maira terdiam, gadis itu mematung ketika menyadari jarak wajahnya dengan wajah Jack benar-benar sangat dekat. Dia bisa merasakan hembusan nafas Jack di pipinya. Maira sungguh tak berani menoleh. Maira bahkan menahan nafas sangking gugupnya.
Klik
"Sudah!" kata Jack.
Bahu Maira yang tadinya naik tinggi segera turun dengan cepat.
'Hahhh, dadaku sesak!' batinnya yang segera mengambil nafas sebanyak-banyaknya untuk mengisi rongga udara yang ada di dalam paru-parunya.
Jack melajukan mobil itu meninggalkan basemen. Tapi, Maira sama sekali belum berani menoleh ke arah Jack.
Sepanjang perjalanan, mereka benar-benar hanya diam. Dengan Jack yang sesekali melirik ke arah Maira. Dan Maira yang sama sekali tidak berani menoleh ke arah Jack, bahkan melirik pun tidak berani.
Hingga persimpangan terakhir menuju kampus.
"Tuan, berhenti di sini saja!" kata Maira menepuk dasbord mobil Jack. Itu sungguh refleks, karena dia mengingat kalau persimpangan di depan itu adalah persimpangan terakhir sebelum sampai di kampus.
"Maira..."
"Terimakasih banyak tuan. Ini lepasnya gimana?" tanya Maira yang tidak menemukan panel melepaskan sabuk pengaman.
"Kita bisa bersama ke kampus. Aku punya tempat parkir sendiri di basemen, tidak akan ada yang tahu..."
"Jangan tuan, pasti Bu Tamara juga parkir disana kan? nanti bisa salah paham. Tuan kan sedang mengejarnya, nanti jadinya sia-sia. Tolong bantu lepaskan, aku akan turun!" kata Maira.
Jack menekan sedikit panel kotak di sabuk pengaman itu. Dan sabuk pengaman itu terbuka.
Maira segera keluar dari dalam mobil, bahkan langsung berlari menjauh dari mobil Jack.
Jack melihat Maira yang berlari menjauh dari mobilnya.
"Aku bahkan mulai lupa tentang Tamara saat bersama kamu Maira" lirihnya.
***
Bersambung...
kalau bisa double up lagi thor 🤭maaf ngelunjak thor😁😁😁😁
💪💪💪💪💪💪💪