NovelToon NovelToon
RAHASIA MASA LALU SUAMI DAN SANG IPAR

RAHASIA MASA LALU SUAMI DAN SANG IPAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Selingkuh / Cintapertama
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Barra Ayazzio

Bagaimana rasanya menjadi istri yang selalu kalah oleh masa lalu suami sendiri?
Raisha tak pernah menyangka, perempuan yang dulu diceritakan Rezky sebagai "teman lama”itu ternyata cinta pertamanya.

Awalnya, ia mencoba percaya. Tapi rasa percaya itu mulai rapuh saat Rezky mulai sering diam setiap kali nama Nadia disebut.
Lalu tatapan itu—hangat tapi salah arah—muncul lagi di antara mereka. Parahnya, ibu mertua malah mendukung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Barra Ayazzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3. Pulang

Di sebuah rumah sederhana kawasan Kota Kembang, Bu Ratna terlihat sedang membuat beberapa kue basah. Waktu masih menunjukkan pukul 05.05, tapi beberapa kue buatannya sudah rapi dipacking suami dan anak keduanya_Rico. Kebetulan hari itu sedang banyak pesanan. Beberapa pesanan dari teman kantor suaminya, beberapa lagi dari follower Raisha_putri sulung kesayangannya.

"Mama kok ingat Kak Icha terus ya Ric? Sakitkah dia? Soalnya sudah 3 hari Kak Icha gak nelpon, tumben. Biasanya kan setiap hari pasti nelpon."

"Nggak kok, kemarin masih aktif di media sosial, mempromosikan produk."

"Alhamdulillah, walaupun sudah nikah, endorse kakakmu masih laku ya Ric?"

"Iya Alhamdulillah, Ma. Malah makin rajin upload kok"

"Rezeki anak Sholeh."

"Sholehah, Ma, kan Kak Icha cewek."

"Iya, itu maksud mama." Bu Ratna tersenyum kecil.

"Sejak kecil kakakmu itu berprestasi, padahal hidup segini adanya, sederhana. Tapi itu tidak membuat dia minder, makanya ketika terjun ngonten, langsung banyak yang suka."

"Iya Ma Alhamdulillah, Kak Icha emang baik hati dan tidak sombong."

"Juga rajin menabung."

"Ih kayak lagu aja, Ma."

"He he, iya emang lagu itu. O ya, semoga aja cita-cita Kak Icha beli rumah yang lebih layak, biar bisa dipakai usaha juga segera tercapai ya Ric. Tabungannya tinggal dikit lagi kok."

"Aamiin."

"Sudah siap semuanya, Ma?" Pak Hartanto yang baru aja pulang dari mesjid bertanya, sambil menghitung box yang ada di dekat Rico.

"Alhamdulillah sudah, Pa."

"Alhamdulillah, akhir-akhir ini banyak sekali orderan ya Ma, hampir tiap hari ada aja."

"Iya Alhamdulillah, Pa."

"Ini berkat kakakmu_Icha yang selalu mempromosikan jualan kita di media sosialnya." Pak Hartanto menatap Rico.

"Iya Pa, Kak Icha itu selalu humble, gak pernah gengsi walaupun kita hidup sederhana."

"Padahal uangnya sudah banyak ya Ma?"

"Alhamdulillah."

"O ya Minggu depan di kantor mau ada acara milad putrinya Pak Denis, moga pesen kuenya dari kita Ma, soalnya Linda sekretarisnya sudah nanya-nanya kemarin. Papa sudah kasih brosurnya juga."

"Ya moga aja Pa, rezeki keluarga kita."

"Iya, rezeki gak akan ke mana."

*****

"Icha jadi pulang hari ini, Mas." Raisha berkata tegas pada suaminya.

"Lah, kan Mas belum mengizinkan."

"Iya, makanya ini Icha minta izin."

"Kalau Mas gak mengizinkan?"

"Masa Mas tega gak mengizinkan Icha silaturahim sama orang tua?"

"Masalahnya Mas lagi banyak kerjaan di kantor, gak bisa ambil cuti."

"Gak apa-apa, nanti Icha naik angkutan online aja, asal Mas izinin."

"Ya sudah kalau gitu."

*****

"Kenapa sarapannya nasi goreng? Harusnya kamu tanya dulu ibu, mau sarapan apa? Jangan inisiatif sendiri." Bu Aina berkata sambil duduk di atas kursi makan. Tangannya langsung meraih gelas berisi jus mangga kesukaannya.

"Iya maaf, soalnya sayang nasi semalam masih banyak. O ya Bu, hari ini Icha mau pulang ke rumah mama dulu. Sudah lama gak pulang, jadi kangen."

"Terus kerjaan rumah siapa yang ngerjain?"

"Kan Bi Marni pulang hari ini Bu. Sekarang juga sudah di perjalanan kok."

"Ya terserah kamu aja lah. Dilarang juga pasti maksa." Bu Aina berkata sambil menyuapkan nasi goreng bikinan menantunya.

"Terimakasih Bu." Raisha berkata sambil menikmati sarapannya. Dia tak mau banyak kata, takut hatinya teriris lagi dengan perkataan tajam ibu mertuanya.

"Nasi gorengnya enak ya Bu?" Rezky menatap ibunya.

"Biasa aja, lebih enak bikinan Mbakmu_Lintang."

"Ah yang bener Bu?" Rezky terkikik.

"Kenapa ketawa?"

"Ya ibu ada-ada aja, masakan istriku disamakan dengan Mbak Lintang? Mana bisa Mbak Lintang masak?" Rezky tertawa ngakak.

"Sudah, lagi makan malah ketawa-ketawa gitu." Bu Aina melotot ke arah Rezky.

Selesai makan, Raisha langsung membereskan meja makan dan mencuci piringnya. Setelah itu langsung ke kamar, mau membereskan semua barang yang akan dibawanya. Sambil duduk di tempat tidur, dia mengambil gawainya, menghubungi adik laki-lakinya.

"Assalamualaikum Ric."

"Wa'alaikum salam Kak Icha. Tumben nelpon pagi-pagi gini?"

"Iya, bilangin mama, Kak Icha pulang hari ini."

"Wah seriusan Kak? Baru aja mama ngomongin Kakak, katanya mama ingat Kak Icha terus."

"Oh gitu, kakak juga udah kangen kalian. Pengen makan masakan mama juga."

"Mau dimasakin apa Kak, ayam geprek ya? Sama terong balado kesukaan Mas Rezky?"

"Kak Icha pulang sendiri Ric, Mas Rezky lagi banyak kerjaan."

"O gitu. Apa perlu Rico jemput?"

"Kamu emang lagi gak kuliah Ric?"

"Kebetulan aja hari ini kosong, Kak"

"Boleh deh kalau gitu, gak repot kan kamu?"

"Nggak lah, apa sih yang nggak buat Kak Icha?"

"Naga-naganya ada yang mau diminta ni."

"Nggak kok Kak, sudah cukup semua pemberian kakak bulan lalu. Ok kalau gitu Rico siap-siap ya?"

"Ok." Raisha meletakkan gawainya di nakas.

"Jadinya Rico yang jemput?" Rezky melirik istrinya.

"Iya." Raisha menjawab singkat.

"Kamu masih marah soal semalam, Cha?"

"Nggak, biasa aja."

"Maafin aku ya, aku khilaf. Seharusnya aku gak ngomong sekasar itu sama kamu." Rezky memeluk Raisha.

"Iya gak apa-apa.."

"Gak apa-apa tapi masih murung dan cemberut gitu?"

"Terus Icha harus jingkrak-jingkrak gitu?"

"Ya nggak, senyum aja cukup. Karena senyummu mengalihkan duniaku."

"Ngegombal."

"Tapi kamu suka kan, kalau aku gombalin?"

****

"Ma, Pa, Kak Icha mau pulang hari ini. Nanti mau Rico yang jemput."

"Kok kamu yang jemput?"

"Iya, soalnya Kak Icha pulang sendiri, Mas Rezky lagi banyak kerjaan katanya."

"Ya udah, kamu siap-siap gih, jangan sampai telat, khawatir di jalannya macet. Setelah nganter papa ke kantor, langsung aja jemput, gak usah balik lagi ke rumah."

"Iya Ma, emang Rico juga niatnya gitu."

"Tapi papa heran, kok Kak Icha pulang sendiri? Sebelumnya kan gak pernah pulang sendiri, selalu sama Rezky. Moga gak ada apa-apa ya?"

"Ah papa, jangan berpikir yang nggak-nggak ah. Mama pikir memang Kak Icha sudah kangen sama kita. Pas dia mau pulang Rezky yang gak bisa."

"O ya, nanti sore setelah pulang kantor, sekalian aja kita ajak Icha melihat-lihat rumah yang akan dijual."

"Rumah yang dekat kantor papa itu?"

"Iya yang itu."

"Nanti aja, kita jemput papa ke kantor, sekalian lihat rumahnya. Hari ini kan papa gak pakai motor. Bagaimana kalau gitu?"

"Nah itu lebih baik."

"Ayo cepat Ric, keburu macet. Lagian itu kue -kue basah yang diorder sama teman-teman papa, kan dimakan pas sarapan. Kalau kita siang, keburu masuk kantor, mereka gak sempat sarapan lagi."

"Oke ayo aja Pa, Rico dah siap kok, tinggal ganti kaos aja. Mandi kan udah tadi. Restyyyy, buruan dandannya, kita dah mau berangkat ni." Rico berteriak memanggil adik bungsunya.

"Iya Kaaaa, aku sudah siap kok."

*****

"Jeng, jadi kita kumpul-kumpul di Cafe Rembulan siang ini?" Bu Aina menelepon temannya.

"Jadi, emang kenapa Jeng?"

"Nggak, nanya aja, khawatir gak jadi. Soalnya itu, mantu sialanku mau pulang pagi ini ke rumahnya. Mana Bi Murni baru nyampe rumah sore ini. Jadi kan aku harus beres-beres rumah dulu."

"Sebelum pulang suruh aja beresin rumah dulu Jeng, manfaatkan menantumu itu."

"O iya ya Jeng. Mumpung masih jadi menantu. Moga bentar lagi kalau anakmu yang di luar negeri pulang, kita kenalin sama Rezky, mudah-mudahan Rezky tertarik dan mau menceraikan isterinya yang kampungan itu."

"Maksud ibu apa?" tetiba Rezky sudah berada di belakang ibunya.

"Eh kamu Rez, sejak kapan kamu di situ?" Bu Aina gelagapan.

"Jeng Wati, sudah dulu ya, sampai ketemu nanti di Cafe Rembulan." Bu Aina menutup percakapannya.

"Bu, maksud ibu apa dengan perkataan tadi?" Rezky mendesak.

"Gak usah dijelaskan kalau kamu sudah mendengarnya."

"Aku mencintai Icha, Bu."

"Kamu bisa berkata begitu, karena belum melihat anaknya Jeng Wati. Sudah, gak usah dibahas dulu, tunggu aja tanggal mainnya." Bu Ratna memotong ucapan Rezky, dia langsung meninggalkan Rezky yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

1
Candela Antunez
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Classroom Of The Elite
Sangat kreatif
Barra Ayazzio: Terimakasih 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!