Deskripsi Novel: Batu Rang Bunian
"Batu Rang Bunian" adalah sebuah petualangan seru yang membongkar batas antara dunia kita yang penuh cicilan dan deadline dengan alam Bunian yang misterius, katanya penuh keindahan, tapi faktanya penuh drama.
Sinopsis Singkat:
Ketika seorang pemuda bernama Sutan secara tidak sengaja menemukan sebongkah batu aneh di dekat pohon beringin keramat—yang seharusnya ia hindari, tapi namanya juga anak muda, rasa penasaran lebih tinggi dari harga diri—ia pun terperosok ke dunia Bunian. Bukan, ini bukan Bunian yang cuma bisa menyanyi merdu dan menari indah. Ini adalah Bunian modern yang juga punya masalah birokrasi, tetangga cerewet, dan tuntutan untuk menjaga agar permata mereka tidak dicuri.
Sutan, yang di dunia asalnya hanya jago scroll media sosial, kini harus beradaptasi. Ia harus belajar etika Bunian (ternyata dilarang keras mengomentari jubah mereka yang berkilauan) sambil berusaha mencari jalan pulang. Belum lagi ia terlibat misi mustahil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
BAB 28: Perisai Niat dan Pertahanan Terakhir Kerajaan Bunian
Utang Pelayanan dan Pengembalian Ke Markas
Sutan terhuyung, lemah karena Utang Waktu yang ia pinjam dari Multiverse. Kekuatan abadinya melemah, membuatnya menjadi Duta yang rentan, tetapi tidak sendirian. Raja Pualam dan Pangeran Senja telah tiba, melunasi Utang Persahabatan mereka di Dimensi 1.0.1.
"Kau terlihat mengerikan, Sutan," komentar Raja Pualam, meskipun ada nada khawatir yang jelas dalam suaranya.
"Terima kasih atas pujiannya, Pualam," balas Sutan, tersenyum lemah. "Utang Waktu membuatku kehilangan sebagian besar bandwidth Niat Abadiku. Aku hanya punya cukup energi untuk membuat kopi instan."
Pangeran Senja memindai Sutan dengan perangkatnya. "Peringatan! Tingkat Niat Abadi Sutan hanya 15%. Dia tidak bisa menggunakan Batu Putih untuk perang dimensi skala besar. Ini adalah Utang Pelayanan—kita harus melayani dia, Sutan, dan melunasi utang ini dengan kekuatan kita."
Mereka berteleportasi kembali ke Kerajaan Bunian di Bumi—markas kristal yang tersembunyi di balik Beringin Larangan. Ratu Puspa Sari segera menghampiri mereka, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang jarang ia tunjukkan.
"Sutan, kau telah mengambil risiko terlalu besar!" kata Ratu. "Utang Waktu yang kau ciptakan sangat berbahaya. Garis waktu Bunian sempat bergetar. Apa yang terjadi?"
Sutan menjelaskan tentang The Prime Chaos dan ancaman Chaos Genetik di Dimensi 1.0.1.
"The Prime Chaos tidak akan menyerang garis waktu lagi," jelas Sutan. "Dia tahu itu melanggar aturan kosmik. Dia akan menyerang sumber kekuatan kita: Kerajaan Bunian. Jika Kerajaan ini jatuh, Jembatan Keseimbangan akan terputus, dan Multiverse akan kacau."
Ratu Puspa Sari mengangguk tegas. "Kami akan mempersiapkan pertahanan. Kami akan menggunakan Perisai Keseimbangan Inti."
"Tidak cukup, Ratu," sela Sutan, memegang Permata Simbiosis. "The Prime Chaos tidak menggunakan kekuatan dimensi. Dia menggunakan Chaos yang Terstruktur dan Niat yang Manipulatif. Perisai Keseimbangan Inti hanya akan melindungimu dari serangan energi. Kita butuh Perisai Niat Abadi."
Sutan menatap Pualam dan Senja. "Aku butuh kalian berdua untuk membuat Chaos bekerja demi Keseimbangan. Kita akan membangun firewall terkuat dalam sejarah Bunian."
Formula Mustahil: Niat Bunian dan Chaos Digital
Sutan merancang sebuah strategi yang berani—menggabungkan ilmu spiritual Bunian dengan hacking digitalnya.
"Kita akan membangun Perisai Niat Berbasis Chaos," jelas Sutan, sambil memproyeksikan diagram kristal 3D.
"Pangeran Senja, aku butuh semua naskah kuno tentang Ritual Konsentrasi Niat Terakhir. Aku perlu mengubah frekuensi Niat itu menjadi kode biner."
Pangeran Senja terkejut. "Mengubah Niat spiritual menjadi kode? Itu adalah pelanggaran etika Bunian paling kuno!"
"Ini adalah Utang Abadi, Pangeran. Etika harus dipertanyakan demi kelangsungan hidup," balas Sutan. "Aku akan menggunakan Batu Putih untuk memprosesnya, dan Permata Simbiosis sebagai modem utama."
"Lalu aku?" tanya Pualam.
"Pualam, aku butuh Niat Kehormatanmu yang paling keras. Kau harus menjadi penyaring dari firewall ini. Aku akan mengisi setiap baris kode dengan semangat kepatuhan militermu. Kita akan menciptakan Sistem Operasi Keseimbangan (SOK) yang tidak bisa ditembus oleh bug Niat Prime Chaos."
Pualam mengangguk, menyadari bahwa Chaos Sutan dan Disiplin Pualam adalah kombinasi yang sempurna.
Ratu Puspa Sari menyaksikan ini dengan penuh ketegangan. "Jika Perisai Niat ini gagal, Sutan, Keseimbangan akan runtuh dari dalam."
Sutan memulai pekerjaannya. Pangeran Senja membaca mantra-mantra konsentrasi Niat terlarang, sementara Sutan, yang lemah, memprogram dengan laptop Buniannya. Ia mengubah kata-kata spiritual seperti "Penebusan", "Tanggung Jawab", dan "Kehormatan" menjadi algoritma yang kompleks.
Sutan bekerja selama tiga hari Bunian (setara dengan tiga bulan di dunia manusia). Utang Waktu yang ia pinjam terus menghantuinya, membuatnya lemah, tetapi Niat Persahabatan Pualam dan Senja melindunginya.
Aktivasi Perisai dan Serangan Balik
Akhirnya, SOK selesai. Itu adalah perpaduan menakjubkan antara spiritual dan digital.
"Waktunya aktivasi, Pualam," kata Sutan, kelelahan.
Raja Pualam meletakkan tangannya di Permata Simbiosis dan memancarkan Niat Kehormatan yang murni dan tegas.
WHUUMM!
Perisai Niat Abadi menyebar ke seluruh Kerajaan Bunian. Itu tidak terlihat seperti perisai energi, melainkan seperti lapisan logika yang jernih dan tak terputus, menutupi dimensi Bunian.
Tepat saat Perisai aktif, The Prime Chaos melancarkan serangannya.
Di langit Kerajaan Bunian, muncul celah dimensi. Ribuan Avatar Logika Chaos—entitas yang terbuat dari paradox filosofis dan kode biner kacau—menyerbu.
"Serangan dimulai!" teriak Ratu Puspa Sari.
Avatar Logika Chaos menghantam Perisai Niat. Mereka mencoba memasukkan bug Niat: Keraguan Diri, Rasa Putus Asa, dan Ketidaksetiaan.
Tetapi SOK (Sistem Operasi Keseimbangan) bekerja sempurna.
Setiap kali Avatar Chaos mencoba menanamkan keraguan ("Keseimbangan adalah ilusi!"), Perisai Niat membalas dengan Logika Pualam: "Tolak: Keraguan bertentangan dengan Kode Kehormatan Pasal 1.0.1. Niat ditolak!"
Setiap kali mereka mencoba menanamkan keputusasaan ("Tugasmu tidak ada akhirnya!"), Perisai membalas dengan Logika Senja: "Tolak: Putus asa bertentangan dengan Niat Penebusan. Keseimbangan adalah Kesempatan Kedua. Niat ditolak!"
The Prime Chaos terkejut. Hologramnya muncul di hadapan Sutan.
"Apa yang kau lakukan, Duta? Perisai Niat ini... ini melawan logikaku!"
"Kau benar, Prime Chaos," jawab Sutan, tersenyum lemah. "Aku melunasi Utang Waktuku dengan menciptakan Keseimbangan yang Bertanggung Jawab."
"Kau hanya bisa menyerang niat individu. Tapi Niat Bunian kini dilindungi oleh Niat Kolektif yang sangat ketat! Kau akan gagal!"
The Prime Chaos menarik serangannya, lenyap kembali ke kekosongan.
Ratu Puspa Sari tersenyum lega. "Kau berhasil, Sutan. Kau telah membayar Utang Pelayanan kami dengan melindungi Niat Abadi kami."
Sutan ambruk, kelelahan total. Pualam dan Senja segera menahannya.
"Utang terakhirku..." bisik Sutan sebelum kesadarannya menghilang.
Lanjutan Bab 29 akan mengungkap 'Utang Terakhir' Sutan yang belum terucapkan, dan nasibnya setelah kelelahan total di tengah keabadian.