NovelToon NovelToon
Ayo, Menikah!

Ayo, Menikah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Cintapertama
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: QueenBwi

Arkan itu cowok baik—terlalu baik malah. Polos, sopan, dan sering jadi sasaran empuk godaan Elira, si gadis centil dengan energi tak terbatas.

Bagi Elira, membuat Arkan salah tingkah adalah hiburan utama.
Bagi Arkan, Elira adalah sumber stres… sekaligus alasan dia tersenyum tiap hari.

Antara rayuan iseng dan kehebohan yang mereka ciptakan sendiri, siapa sangka hubungan “teman konyol” ini bisa berubah jadi sesuatu yang jauh lebih manis (dan bikin deg-degan)?

Cinta kadang datang bukan karena cocok—tapi karena satu pihak nggak bisa berhenti gangguin yang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenBwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiga Puluh Satu

Arkan menatap Elira yang sudah terlelap dipelukannya. Gadis itu baru saja makan dan minum obat, meski harus dibujuk dulu oleh Arkan.

Wajahnya pucat sekali.

Bibir merah itu benar-benar pucat dan kering sekali.

Bahkan pipi gembilnya menghilang.

Arkan mengecup kening Elira lama sebelum melepasnya dengan senyuman lembut.

"Cepat sehat. Jangan sakit lagi. Aku terluka melihatmu begini sayangku," bisiknya lalu menarik tubuhnya perlahan untuk turun dari ranjang.

Melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Ia keluar kamar perlahan dan mendapati Farhan yang tengah berjaga depan pintu kamar.

"Elira sudah tidur. Kau juga istirahatlah. Aku akan kembali besok."

Farhan mengerutkan keningnya. "Tidak bisakah anda menginap, Tuan. Saya takut Nona Muda akan kembali menangis jika tak mendapati anda dimanapun."

Benar juga. Sejak kedatangannya tadi siang, Elira tak mau lepas darinya. Memeluknya terus-menerus, bahkan akan panik luar biasa ketika Arkan ke kamar mandi cukup lama.

Arkan menghela nafas pelan. "Baiklah. Aku akan segera kembali kalau begitu," katanya lalu pergi.

Tujuannya adalah tempat kakek Hans berada.

***

Arkan berjalan tegas menembus berikade pengawal kakek Hans yang berjaga ditempat itu. Tidak perduli meski mereka hendak memukulnya atau apapun.

Dirinya harus bertemu orang itu untuk meminta penjelasan.

BRAK..!

Pintu kayu terbuka kasar hingga membuat kakek Hans yang tengah sibuk dengan berkasnya itu mendongak.

Sebelah alisnya terangkat seolah mempertanyakan kesopanan anak itu.

"Apa yang kau lakukan?"

"Harusnya saya yang bertanya pada anda! Apa yang anda lakukan?! Bukankah anda berjanji untuk melindungi kedua kakakku?! Mana buktinya?! Mereka tewas! Lalu apa yang anda lakukan pada Elira?! Mengurungnya hingga sakit begitu! Tuan Hans, sebenarnya apa maksud anda?!"

Pria tua itu menyenderkan punggungnya setelah melepas kacamatanya.

"Aku sudah berusaha, kau pikir aku Tuhan? Dan soal Elira.. Aku harus melakukannya demi keselamatan anak itu. Arkan, Aku diam saja selama ini karena aku percaya kau akan mengatasi ayahmu. Tapi Ayahmu berani sekali mengancam cucuku," tatapan tuan Hans menajam seolah bilah pedang yang menusuk jiwamu.

"...segera atasi Ayahmu, Arkan. Karena jika aku yang bertindak, semua akan diluar kendaliku." Aura Tuan Hans benar-benar mencekam.

***

Arkan frustasi.

Memukul setir mobilnya dengan gemas, melampiaskan rasa marahnya yang sudah menumpuk.

Ia bingung.

Benar-benar tak tahu apa lagi yang harus ia lakukan.

Jadi Arkan mulai menyalakan mobilnya dan bergegas menuju tempat ayahnya.

Dirinya sudah tak tahan lagi dengan semua tekanan ini. Rasanya akan benar-benar gila.

Arkan tiba dikantor sang ayah dan masuk begitu saja. Mendapati tuan Harsa yang tengah sibuk bekerja.

"Apa yang—" ucapan tuan Harsa terhenti ketika Arkan malah jatuh berlutut dihadapannya dengan raut wajah putus asa.

"Ayah, Kumohon hentikan," pintanya pelan.

"Arkan, hentikan tingkah konyolmu dan pulang," acuh Tuan Harsa.

Air mata Arkan meluncur begitu saja, kedua tangannya meremat celana kainnya kuat sekali.

"Kumohon, Ayah. KUMOHON HENTIKAN SEMUA INI! TOLONG JANGAN SIKSA AKU BEGINI! AKU SUDAH CUKUP TERLUKA KEHILANGAN IBU DAN AKU SUDAH CUKUP HANCUR KEHILANGAN KAKAKKU! APALAGI YANG AYAH MAU DARIKU?! APA AKU HARUS MATI AGAR AYAH PUAS?!" teriakan frustasi Arkan membahana di seisi ruang kantor.

Arkan hanya terlalu lelah dengan semua hal yang terjadi.

Dia ingin berjuang demi hidupnya, demi Elira. Tapi ditekan terus menerus seperti ini rasanya akan membunuh dirinya perlahan-lahan.

Tuan Harsa berjalan mendekati Arkan, menundukkan kepala untuk menatap Arkan yang tengah berlutut.

"Apa yang kau harapkan dari orang cacat sepertinya Arkan?! Keputusanku sudah bulat, kau akan menikahi Sena bulan depan!"

Arkan membelalak lalu dengan cepat memeluk kaki sang Ayah kuat.

"Ayah kumohon. Aku hanya mencintai Elira. Kumohon ayah!"

Pria itu menghempaskan kakinya hingga Arkan terlempar kebelakang dan menatap tajam.

"Turuti aku atau kau akan tahu akibatnya."

Tubuh Arkan yang awalnya bergetar, perlahan menegang. Menatap sang Ayah yang sudah bagai monster dimatanya. Ia bangkit berdiri dengan kepalan tangan. Balas melihat sang Ayah dengan tatapan menantang.

"Aku akan tetap menikahi Elira. Aku akan melindungi Salva dan Sherin, begitupun Langit dan kak Senja. Aku akan melindungi mereka darimu Ayah. Ini terakhir kali aku berlutut dan memohon padamu, Ayah. Aku bukan Arkan yang lemah seperti dulu, akan ku buktikan padamu!" tegasnya lalu berjalan pergi begitu saja meninggalkan Tuan Harsa yang sedang menahan emosinya.

***

Ditempat tuan Hans..

"Kakek, Kenapa lakukan itu pada Arkan?" tanya Ayana.

"Aku hanya ingin tahu. Calon suami cucuku itu sekuat apa."

Ayana menatap cemas. "Tapi.. Bagaimana jika Arkan gagal?"

"Maka dia bukan orang yang pantas untuk Eliraku yang berharga."

Gadis itu menyendu, menunundukkan kepalanya sejenak dan bergumam pelan.

"Itu kejam sekali."

Tuan Hans mendengus. "Lakukan saja tugasmu. Jaga Elira melebihi kau menjaga nyawamu sendiri. Itu janjimu, bukan?"

"Aku mengerti kakek."

Ia lalu keluar dari ruangan sang kakek dengan kedua mata berair. Kalau Ayana boleh jujur, ia iri sekali pada Elira yang selalu disayang dan diutamakan. Didalam dirinya pun mengalir darah sang kakek tapi perlakuan mereka berbeda.

Tapi ia bersyukur Elira benar-benar tulus padanya. Menyayanginya layaknya kakaknya sendiri. Ayana bersyukur karena itu, makanya sampai kapanpun ia tak bisa membenci Elira meskipun rasanya ingin sekali.

Hanya saja, bisakah kakek menyayanginya juga seperti Elira?

1
QueenBwi
💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!