Di tengah duka yang belum usai, tahta digital Sasha mulai retak. Kematian sang kekasih, Bara, yang seharusnya menjadi akhir dari sebuah cerita cinta, justru menjadi awal dari mimpi buruknya. Sebagai CEO tunggal super-aplikasi raksasa Digital Raya, ia tak punya waktu untuk meratap. Dari ruang rapat yang dingin, keluarga yang seharusnya menjadi pelindung kini menjelma menjadi predator, mengincar mahakarya yang mereka bangun bersama.
Namun, ancaman tidak hanya datang dari dalam. Saat serangan siber global mengoyak benteng pertahanan DigiRaya, Sasha terpaksa bersekutu dengan sosok yang paling ia hindari: Zega, seorang peretas jenius yang sinis dan memandang dunianya dengan penuh kebencian. Aliansi penuh percik api ini menyeret mereka ke dalam labirin digital yang gelap.
Di antara barisan kode dan serangan tak kasat mata, Sasha menemukan sesuatu yang lebih mengerikan: serpihan kebenaran yang sengaja ditinggalkan Bara. Sebuah bisikan dari balik kubur yang mengisyaratkan rahasia kematiannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 : Aktivasi Kode Final
Waktu membeku bagi Paman Hadi. Hitungan mundur 00:00:59 di layar LED raksasa di belakang Sasha terasa seperti detak jantungnya sendiri, berdetak menuju kehancuran total. Ia melompat maju, mencengkeram lengan Sasha dengan kekuatan yang mengejutkan, mencoba menariknya menjauh dari podium.
“Kamu gila, Sasha! Ini fitnah! Amankan dia!” raungnya, suaranya pecah karena panik yang baru muncul. Petugas keamanan BICC, yang dibayar oleh tim Hadi, bergegas naik panggung.
Sasha menyentakkan lengannya bebas, memanfaatkan waktu beberapa detik saat Paman Hadi disibukkan oleh mikrofon yang jatuh. Ia kembali ke podium, suaranya kini lebih keras, menjangkau setiap sudut ruang konferensi. “Anda ingin bicara integritas, Paman Hadi? Integritas apa yang Anda bicarakan setelah menjual data privasi jutaan pengguna DigiRaya hanya untuk menumpuk kekayaan Anda sendiri?”
“Omong kosong! Buktikan!” Hadi berteriak kembali, wajahnya memerah, tetapi matanya terus melirik ke layar. 00:00:41.
“Buktinya akan datang. Ini bukan sekadar warisan. Ini tentang etika digital! Bara dibunuh karena dia menolak rencana kotor Anda untuk menjual perusahaan ini kepada Express Teknologi. Rencana yang Anda dukung dengan suap dan manipulasi, Tuan Cole!” Sasha menunjuk lurus ke arah Ethan Cole, CEO Express Teknologi, yang duduk di barisan depan VIP, wajahnya kini seputih salju.
Karen, Direktur Acara, dan beberapa staf berusaha melerai kekacauan itu, tetapi lampu kamera pers sudah berkedip histeris. Ini adalah berita utama global, bukan lagi sekadar konferensi teknologi.
Dua petugas keamanan mencengkeram lengan Sasha. Ia berjuang, tetapi mereka terlalu kuat. Tiba-tiba, ia merasakan getaran kuat di saku blazernya—ponsel yang disematkan Penyu untuk memantau sinyal Zega.
...****************...
Di lantai 20 Hotel Mandala, Zega baru saja berhasil memaksa masuk. Ledakan sonic pulse EMP mini yang ia aktifkan tepat di depan wajah kedua penjaga telah memberikan waktu beberapa detik. Meskipun tidak melumpuhkan mereka sepenuhnya, gelombang kejut telah membuat telinga mereka berdenging dan pandangan mereka kabur, menyebabkan mereka menjatuhkan senjata.
Zega, mengenakan sarung tangan tipis anti-statis, meluncur melalui pintu baja yang sudah terbuka paksa. Alarm meraung di sekelilingnya, lampu merah berkedip tak terkendali. Ruang server itu dingin, berbau ozon dan logam. Barisan rak server menjulang tinggi, masing-masing adalah benteng data yang terenkripsi.
00:00:25.
Dia berlari, mengikuti jalur yang dipetakan Penyu. Server Target: Rack 4, Unit 17. Ini adalah server cadangan yang Express Teknologi gunakan untuk menyimpan data *due diligence* dari DigiRaya, termasuk log komunikasi yang ditransfer Hadi secara ilegal.
Ia menjatuhkan ranselnya, membuka panel servis server dengan alat khusus. Di dalamnya, ada port diagnostik yang tersembunyi. Zega mengeluarkan liontin Bara—liontin yang di dalamnya terdapat chip memori custom yang dirancang Bara sebagai ‘kunci darurat’. Itu adalah artefak digital, kunci fisik untuk serangan digital.
Saat ia memasukkan liontin itu ke port, Zega merasakan pintu baja di belakangnya berderit terbuka lagi. Mereka datang. Penjaga yang sempat lumpuh telah pulih, dan ia mendengar langkah kaki yang lebih berat dari tangga darurat—pasukan bala bantuan Express Teknologi.
Zega harus mengabaikan ancaman fisik itu. Ia menancapkan kabel data dari laptop custom-nya ke liontin. Skrip Final Code langsung muncul di layarnya: ribuan baris kode Python yang dirancang untuk satu tujuan—mengungkap transaksi tersembunyi, menautkannya ke identitas asli, dan menyiarkan hasilnya di jaringan publik yang paling besar: panggung BICC.
00:00:15.
Tembakan peringatan meleset di sebelah telinganya, memecahkan panel kaca di rak server terdekat. Zega menunduk. Ia menekan tombol ‘EXECUTE’.
“Kau tidak akan pernah keluar hidup-hidup dari sini, Hacker!” teriak salah satu penjaga, mengokang senjatanya lagi.
“Aku tidak butuh keluar hidup-hidup,” balas Zega, tanpa mengalihkan pandangan dari layar. “Aku hanya perlu hitungan nol.”
00:00:05.
Zega melihat gelombang kemajuan di layarnya. Data sudah dienkripsi ulang, tautan digital ke panggung BICC sudah terbentuk. Koneksi stabil. Ia mencabut liontin Bara, liontin itu kini terasa ringan, misinya selesai.
00:00:01.
Tepat saat hitungan mundur mencapai nol, Zega menendang tumpukan casing CPU yang kosong ke arah para penjaga, menciptakan gangguan suara dan kekacauan. Ia melompat di balik rak server, bersiap untuk pertempuran yang tak terhindarkan.
...****************...
Di BICC, hitungan mundur telah selesai. Sasha sedang ditarik secara paksa dari panggung oleh keamanan, tetapi matanya terpaku pada layar.
Paman Hadi tersenyum lega. “Lihat? Tidak ada yang terjadi! Itu hanya gertakan! Angkut dia dari sini!”
Saat dua petugas keamanan menarik Sasha ke sayap panggung, layar LED raksasa, yang tadinya hanya menampilkan hitungan mundur, tiba-tiba meledak dengan data. Itu bukanlah visual yang rumit, melainkan tampilan yang brutal dan tak terfilter dari kebenaran.
Seluruh ruangan terdiam. Lampu sorot memudar, hanya menyisakan cahaya biru tajam dari layar.
Tiga kolom data muncul secara berurutan, dihiasi logo kecil DigiRaya dan Express Teknologi yang disilang dengan tanda X merah besar:
LOG KOMUNIKASI TERENKRIPSI (DECRYPTED): Sebuah utas obrolan yang jelas antara ID Digital milik Paman Hadi (Hadi_DR) dan seorang eksekutif senior Express Teknologi (ET_Mantis), membahas “pengiriman paket data A” dan “biaya fasilitasi $5 Juta USD” pada tanggal yang cocok dengan penandatanganan perjanjian awal merger.
BUKTI TRANSFER: Gambar tangkapan layar bank yang menunjukkan transfer dana ke rekening *offshore* milik perusahaan cangkang bernama ‘Goliath Trust’—yang kemudian, di kolom kecil di bawahnya, ditautkan ke alamat fisik yang terdaftar atas nama istri Paman Hadi.
LAPORAN KECELAKAAN BARA: Log data dari mobil Bara, menunjukkan bahwa sistem pengereman otomatisnya telah dimatikan dari jarak jauh, 15 detik sebelum ia menabrak tebing. Di bawahnya, sebuah kode sandi (kunci digital) ditautkan ke salah satu perangkat milik tim keamanan pribadi Paman Hadi.
Paman Hadi menatap layar dengan mata melotot. Wajahnya yang memerah kini menjadi abu-abu. Ia mencoba meraih mikrofon lagi, tetapi suaranya tercekat. Ia bukan lagi pebisnis ambisius; ia adalah seorang kriminal yang tertangkap basah.
Sasha menyentak dirinya dari cengkeraman petugas keamanan yang kini juga terpaku pada layar. Ia kembali ke pusat panggung, memanfaatkan keheningan yang mematikan.
“Inilah warisan yang ingin dicuri Paman Hadi,” kata Sasha, suaranya tenang dan tegas, membiarkan setiap kata beresonansi. “Bara mati karena dia menemukan kejahatan ini dan mencoba menghentikannya. Express Teknologi bukan mitra; mereka adalah predator yang membayar untuk mencuri masa depan digital bangsa ini. Dan Paman Hadi, dia adalah pengkhianat yang dibayar!”
Kekacauan meledak. Wartawan berlarian. Beberapa tamu konferensi berdiri dan menunjuk ke arah Ethan Cole, yang kini dikelilingi oleh pengacaranya yang tampak panik. Para investor mulai berbisik panik tentang kerugian saham.
Paman Hadi, akhirnya menyadari bahwa semua telah hilang, menoleh ke arah pengawal pribadinya yang lebih besar, yang mengenakan lencana DigiRaya yang mencurigakan.
“Jangan biarkan dia hidup untuk bersaksi!” bisik Hadi, suaranya bergetar dengan kemarahan yang liar. Itu bukan lagi perintah untuk menangkap; itu adalah perintah pembunuhan.
Pengawal itu mengangguk, matanya tajam dan berbahaya. Ia mengeluarkan pistol yang tersembunyi di balik jaketnya. Semua orang yang hadir mengira itu adalah bagian dari tim keamanan konferensi, tetapi petugas itu adalah pembunuh berdarah dingin yang disewa Hadi.
Sasha melihat gerakan itu. Adrenalinnya melonjak. Ia tahu, setelah membongkar rahasia ini di depan publik, ia telah menandatangani surat perintah kematiannya sendiri.
Ia menoleh, mencari jalan keluar, tetapi pengawal itu sudah mengarahkan moncong senjata ke kepalanya. Jaraknya terlalu dekat, tidak ada tempat untuk melarikan diri.
...****************...
Di Hotel Mandala, Zega berhasil melarikan diri dari server room melalui ventilasi pemeliharaan, meskipun tangannya terluka. Ia kini berada di lorong layanan di lantai 20. Misi utamanya telah selesai: Final Code telah diaktifkan, data telah tersiar.
Penyu mengirimkan pesan darurat terakhir. [SASHA DALAM ANCAMAN PEMBUNUHAN. ESCAPE ROUTE CANCELED. PERLU GANGGUAN BESAR SEGERA.]
Zega melihat ke bawah. Jendela darurat terbuka, menghadap ke jalanan yang ramai di Bali. Dia bisa turun, melarikan diri. Tetapi Sasha akan mati jika dia tidak bertindak.
Ia menatap ke arah pusat data. Ia tidak bisa kembali. Ia melihat ke seberang lorong, ke ruang kontrol utilitas hotel.
Zega mengambil keputusan cepat. Jika panggung BICC menjadi terlalu panas, ia harus memadamkan api dengan air bah. Dia harus menciptakan gangguan yang begitu besar sehingga seluruh perhatian keamanan Express Teknologi teralih.
Ia berlari menuju ruang utilitas, membuka paksa pintu itu, dan melihat panel kontrol utama untuk listrik dan air. Ia tidak bisa memutus listrik karena akan mematikan siaran Final Code. Namun, ada cara lain.
Zega mengeluarkan alat pengikat zip dari sakunya, mengikat beberapa tuas kendali utama di panel air. Ia mengatur tekanan, lalu mengaktifkan tombol pelepasan utama. Air akan membanjiri bagian bawah hotel.
Ia mendengar sirine mobil polisi dan ambulans yang mulai mendekati BICC—berita sudah menyebar. Namun, sirine dari Hotel Mandala juga mulai berbunyi, bukan alarm kebakaran, melainkan alarm banjir....
Zega tersenyum sinis. “Selamat menikmati kekacauan ganda,” bisiknya.
Ia berbalik, bersiap untuk turun ke jalanan. Tetapi saat ia membuka jendela, ia melihat siluet gelap berdiri di atap gedung di seberang. Itu bukan pengawal hotel. Itu adalah Riksa, prajurit Express Teknologi yang cerdik.
Riksa tersenyum dingin dan mengangkat senjata dengan peredam suara yang dipasang di moncongnya. Ia tidak mengincar kepala Zega, melainkan sasaran yang jauh lebih strategis: panel kabel yang Zega gunakan untuk melarikan diri.
Tembakan itu terdengar seperti desisan. Kabel baja yang seharusnya menjadi tali pelarian Zega putus dengan suara ‘snap’ yang mematikan.
Zega terjebak. Di belakangnya, pintu ruang utilitas didobrak oleh penjaga Express Teknologi. Di depannya, Riksa menembak lagi. Zega tidak punya tempat untuk lari. Ia kini terjebak di antara pengejar bersenjata dan kematian di ketinggian.