Apa jadinya jika seorang Ustadzah harus menikah dengan seorang mafia yang terkenal kejam dan juga selalu bermain perempuan.
Apakah keduanya akan menerima pernikahan tersebut atau malah menolaknya ?
Antara Cinta dan ego
Antara dunia dan akhirat
Antara Hati dan Akal
dan
Antara Fara dan Althezza
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ustadzah 32
Altheza membuka matanya,ia terpaku sesaat saat membuka matanya.Seorang gadis cantik sedang terlelap di sampingnya.
Masih ingat dalam ingatannya betapa ia berusaha meyakinkan Fara untuk tidur bersama di kamar yang sama dengan alasan kepalanya yang takut sakit tiba-tiba membuat Fara terlihat khawatir.
Istrinya ini begitu cantik walaupun ia belum berani membuka kerudungnya namun bagi Altheza istrinya sudah mau membuka cadar nya saja sudah bahagia.Biarlah berjalan dengan perlahan.
Kalau saja istrinya tau ia hanya beralasan saja mungkinkah Fara akan marah.Semoga saja tidak karena Altheza sekarang tidak kuat jika harus melihat istrinya marah,istrinya memanglah beda jika wanita lain akan tantrum jika sedang marah tapi tidak dengan Fara yang akan diam dan langsung mencuekannya.
Tangan Altheza perlahan mengusap pelan kepala istrinya,ia ingin membangunkannya namun terlihat ragu.Waktu memang baru jam empat pagi tapi entah kenapa matanya sudah terasa segar.Tangannya sejak semalam begitu gatal ingin memeluk istrinya namun apa daya dirinya tak seberani itu,istrinya sudah mau tidur satu kamar dan satu kasar saja ia sudah bahagia teramat.
Mungkinkah rasa itu sudah hadir?
Kini dirinya tidak akan lagi abai ataupun menepisnya,ia akan membiarkan rasa itu hadir karena jujur sebuah ketakutan muncul dari dirinya.Takut jika istrinya pergi meninggalkannya.
Fara sendiri begitu nyenyak,tidak biasanya ia kesiangan,biasanya matanya akan otomatis terbuka ketika waktu tahajud datang namun kali ini matanya seolah terkena lem.
Fara memaksakan matanya agar terbuka,terlihat matanya berwarna merah.
"Mas.." Panggilnya dengan suara serak khas bangun tidur.Matanya pertama kali melihat wajah tampan sang suami.
Ia kembali menutup matanya guna mengumpulkan nyawanya,tidak ada drama teriak karena terkejut.Ini bukanlah sebuah drama atau dongeng dimana pemeran utamanya akan lupa dan terkejut.Otak Fara langsung bekerja otomasi memutar memori semalam.
"Mas sudah bangun?" Tanya nya setelah berhasil membuka matanya dengan sempurna.
Altheza tersenyum sambil mengangguk,Fara melirik jam di dindingnya.Ia terkejut kemudian langsung bangun dari tidurnya.
"Ya Allah Fara kesiangan "
"Kenapa kesiangan? Baru jam empat,adzan pun belum terdengar " Ucap Altheza kemudian ikut menyandarkan tubuhnya di headboard.
"Fara belum shalat malam mas "
Masih ada waktu satu jam lagi sebelum adzan subuh.Buru-buru ia turun dari tempat tidur dan bergegas masuk kamar mandi.
Altheza menatap punggung sang istri yang sudah masuk ke kamar mandi.Memangnya istrinya biasa bangun jam berapa? Kenapa mengatakan jika kesiangan? Bahkan langit pun masih gelap.
Altheza hanya duduk tanpa berniat untuk turun,ia menghidupkan hp nya yang ia matikan.Ia mengecek beberapa pesan dan salah satunya dari Bimo.
Hasil dari penyelidikan kopinya sudah keluar,pagi nanti Bimo akan datang untuk menjelaskannya.Altheza hanya terdiam,ia juga meminta Bimo untuk memeriksa cctv kantornya.
Tidak ada hal yang aneh,semua berjalan seperti biasa hingga tepat pada saat dirinya meminta kopi.Tidak biasanya sang sekertaris membuatkannya sendiri,biasanya akan ada OB yang membuatkan khusus namun kali ini kenapa sekertarisnya yang membuatkannya.
Altheza mulai curiga,matanya terus memperhatikan gerak-gerik sekertarisnya.Terlihat biasa saja,tidak ada hal yang mencurigakan kecuali insiden membuat kopi tersebut.
"Loh mas gak tidur lagi?"
Altheza mengangkat wajahnya,ia diam terpaku melihat bidadari di depannya.Entah sadar atau tidak,Fara keluar dari kamar mandi hanya menggunakan baju saja tanpa kerudung.
Entah ini sebuah jackpot atau apalah,karena lagi-lagi Altheza bisa melihat bagaimana paras sang istri sebenarnya.
Rambut hitam lurus yang panjangnya sebatas pinggang terlihat begitu lebat.Ia yakin rambut itu lembut dan wangi.Altheza semakin merasakan debaran kencang di dadanya.
' Tuhan kejutan apa lagi ini ? Kenapa Engkau begitu baik sekali menghadirkan bidadari untuk ku "
"Fara shalat dulu ya mas "
Altheza haya mampu mengangguk,suaranya seolah tercekat.Sungguh luar biasa kejutannya ini,dengan penuh kesadaran Altheza yakin jika ia telah jatuh hati pada istrinya.
Menjelang pagi,kini Fara sedang berada di dapur.Fara tersadar saat dirinya akan membuka mukena setelah shalat tadi.Fara meruntuki dirinya yang begitu tidak sadar sudah membuka kerudungnya di depan suami.Namun entah kenapa justru hatinya begitu tenang apalagi melihat respon suaminya yang terus tersenyum,Fara sadar memang sudah seharusnya suaminya melihat apa yang sudah menjadi haknya.
Fara melihat Altheza turun,ia menghampiri Fara dan duduk di kursi meja makan.
"Loh mas ko turun ? Kenapa gak tunggu saja,sebentar lagi makanannya matang ko "
"Tidak apa,aku sudah merasa sedikit membaik "
Fara mengangguk kemudian menuangkan ari hangat kedalam gelas dan memberikannya pada sang suami.
"Minum dulu mas"
"Hmm.."
Fara menyiapkan piring dan sendok,kali ini ia memasak sayur bayam dan ayam goreng.Sederhana namun terlihat nikmat.
Keduanya sarapan dengan khidmat hingga selesai.Tepat setelah sarapan selesai Bimo datang,ia membungkuk hormat pada tuannya.
Fara mengajak Bimo untuk bergabung,Bimo terlihat senang namun saat melihat mata Tuannya yang seperti ingin memangsa ia mengurungkan niatnya.
"Ayo Ka Bimo duduk dulu "
Fara mengambil piring dan sendok kemudian menyimpannya di depan Bimo, "Gak usah liatin mas Lingga,sudah sekarang makan dulu saja"
Fara langsung melirik suaminya yang masih menatap tajam Bimo.Ia mengusap pelan lengan suaminya "Mas,biarkan Ka Bimo makan dengan tenang.Mas pindah duduknya ya,Fara ambilkan dulu obat untu mas "
Suara lembut Fara membuat Altheza tidak kuasa menolak.Ia menghela nafasnya,entah kenapa justru suara lembut Fara seolah menjadi hal yang membuatnya menciut.
Setelah selesai Bimo langsung menghampiri bos nya dan kemudian keduanya masuk ke ruang kerja Altheza.
Bimo menyerahkan hasil pemeriksaan dari lab semalam.
"Br*ngsek ternyata benar kopi itu ada virusnya,dia sengaja ingin melumpuhkan ku secara perlahan "
"Saya sudah menyelidiki wanita itu Tuan,dan memang dia dibawah kendali seseorang "
brakk
Altheza menggebrak mejanya,sudah ia duga.Ia harus segera bertindak sebelum terlambat.
"Bawa dia ke markas secepatnya! Aku sendiri yang akan memberikan pelajaran padanya"
...🌸🌸🌸...