Gadis Simpanan Mas Dewan

.

.

.

Heksa mengajak Gadis yang sedang gabut itu berkendara mengelilingi kota sesuai yang ia minta, sesekali tangan Els terentang memperagakan gerak pesawat sambil terus tertawa bercerita banyak hal random dengan pria di depannya. Mereka sungguh seperti sepasang kekasih paada umumnya yang tengah menikmati date mereka.

Mereka tertawa riang melintasi jalan-jalan yang sibuk, merasakan angin sepoi-sepoi menyentuh wajah mereka, menikmati pemandangan lampu malam yang saling beradu.  Lanjut terus berkeliling, menikmati pemandangan dan merasakan kebebasan yang jarang mereka rasakan. Sambil menikmati perjalanan, mereka saling bercerita tentang impian dan harapan mereka. "Kita harus melakukan petualangan kayak gini lebih sering, Yang," ujar Els penuh semangat.

Heksaa mengangguk setuju, "Benar, Sayang. Sesekali kita harus mengisi hidup kita dengan petualangan dan kebahagiaan kayak malam ini, biar berasa lebih hidup. Ide ku bagus, kan? "

Bunga-bunga serasa bermekaran dihati Els, ini kali pertama ia bisa tertawa lepas dan ikhlas setelah kejadian buruk yang menimpanya dulu. Hingga hadirnya rentetan kejadian yang akhirnya membawa dia masuk dalam lingkaran setan penuh kenikmatan saat ini.

Elsheva tidak membenarkan semua yang ia dan teman-temannya lakukan, tapi ia  juga tidak bisa lepas semudah itu dari apa yang sudah mereka mulai. Terlebih belum ada sesuatu yang membuat mereka benar-benar ingin keluar dari lingkaran ini.

Kali ini sebenarnya Els sedikit tidak tenang karena baru pertama kali  mereka tampil di publik, walaupun kalau di lihat dari penampilan Heksaa sekarang, tidak akan pernah ada yang percaya kalau kini Els sedang berjalan dengan seorang anggota dewan.

Melihat gadisnya sudah tidak cemberut, diam-diam Heksa ikut tersenyum. Usahanya berhasil, dia tidak pernah mengusahakan hal seperti ini sebelumnya. Membuat Davina tersenyum cukup dengan uang saja, tidak butuh effort.

***

Samudera Mahatma, Pria itu sedang berkutat dengan beberapa tugas akhir yang harus di revisi. Karena sudahh terlalu lama sibuk mengulik urusannya sendiri yaitu mengurusi Elsheva. Gadis yang membuatnya hampir gila, karena entah kenapa berhasil memporakporandakan emosinya, yang tak pernah tersentuh oleh siapapun.

Sedari awal Samudera berpindah kuliah, sangat bisa dihitung jari kapan ia datang ke kampus. Selain anak rektor, Samudera juga dianugerahi otak super cerdas yang sangat bisa menguasai banyak materi perkuliahan hanya dalam sekali lihat saja. Bahkan ia melakukan pendidikan formal ini hanya sebagai selingan saja untuk mendapatkan gelar.

"Boss, mau sampai kapan kita stay di sini ? Perusahaan  yang di perbatasan sedikit kewalahan, beberapa polisi sudah mencium keberadaan kita. " ungkap Steven pada Samudera yang masih tak bergeming di depan jendela ruangannya.

Tepat seperti tebakan Bella, Samudera bukan pria biasa. Di balik statusya sebagai mahasiswa tingkat akhir, ia mempunyai status sebagai pemimpin sebuah organisasi gelap.

"Bodoh!! Di tinggal beberapa hari sudah kacau, apa saja yang mereka kerjakan?? Apa saja yang sudah berhasil polisi ketahui? " balas Samudera geram.

Steven menundukkan kepala, merasa bersalah. Ia adalah orang kepercayaan Samudera. "Saya akan bertanggung jawab dan mencari solusinya, Boss. Saya minta maaf."

"Pergilah, ada yang belum ku selesaikan di sini. Kau bisa di andalkan Steve! Kalau tidak, maka siapkan Kepalamu!"

Samudera mendengus frustasi, biasanya ia seorang pria yang sangat tenang dalam menghadapi hal apapun. Otak cerdasnya dia pastikan bisa mengatasi masalah dalam setiap transaksi ilegal mereka dan ia pun selalu memenangkan perebutan wilayah dengan berbagai klan. Tapi kali ini berhubungan dengan penolakan Elsehva, otaknya mendadak buntu.

Berkali-kali ia menyugar rambutnya dengan frustasi tiap kali memikirkan Elsheva sangat patuh di bawah kuasa Heksa,

Selain emosinya yang berantakan, akal sehatnya pun mulai sedikit goyah. Siang ini Samudera memutuskan mengajak Heksa untuk bertemu secara langsung.

Mereka membuat janji temu di sebuah resto untuk minum kopi after lunch. Samudera megawali pembicaraan mereka tanpa basa-basi. Ia menjelaskan ketertarikannya pada Elsheva. Dan, Heksa tidak kaget, keponakan cerdasnya itu tipe orang yang tidak mungkin ingin melakukan hal tanpa alasan. Apalagi repot-repot menghabiskan waktu untuk hal yang tidak berharga, itu bukan sifat Samudera.

Selama beberapa tahun ia menetap di Amerika  tanpa peduli bisnisnya di Indonesia karena sudah auto pilot meski tanpa kehadirannya. Namun, belakangan ini tiba-tiba ia memilih berada lebih lama di  Indonesia bahkan kembali melanjutkan kuliahnya yang sempat terbengkalai.

Hanya saja, Heksa tidak menyangka kalau penyebabnya adalah sesuatu yang cukup berharga miliknya.

" .. Udah bisa kutebak Sam, nggak mungkin manusia sesibuk kamu tiba-tiba transit di indo tanpa alasan yang besar. Dan sayangnya, alasan kamu benar-benar tidak masuk akal, Sam. Kita berdua tidak mungkin berebut Elsheva. Ck ..." Heksaa terus-terusan berdecak kesal mendengar maksud dari Samudera yang mengajaknya bertemu hanya berdua.

Biasanya tiap kali Bastara ke indo, mereka bertiga Brian dan juga Dion akan kumpul bersama untukk menghabiskan waktu dengan bermain golf atau berselancar di pantai. Hubungan Om dan keponakan itu sangatlah baik, tepatnya sebelum Elsheva hadir memporak-porandakan hati mereka.

"Aku tidak  melarang Om  berhubungan dengan siapapun, asal itu bukan Elsheva. Aku cuma tidak ingin gadis itu berada dalam kesulitan kalau Davina sampai tahu, sedangkan Om cuma butuh tubuh dia, kan? Om tidak peduli perasaan dia. " ujar Samudera dengan nada serius.

"Shittt!! Siapa bilang aku ngga peduli perasaan Els? Mungkin di awal aku cuma butuh tubuh dia, hubungan kita sebatas timbal balik. Tapiii sekarang nggak Sam, aku, aku udah sayang banget sama Els, kalau harus milih jelas aku milih Els bukan Davina. Sedangkan kamu, sok peduli apa?  Baru kenal Els beberapa hari, kan? Damn it!! " umpat Heksa, mengerang frustasi, ia tak habis pikir dengan keponakannya, yang mungkin akan saling bersaing untuk kedepannya.

"Om bisa bilang sayang banget sama Elsheva karena Om sudah ketergantungan pada dia dan Davina nggak bisa kasih apa yang Els kasih, kan? Aku memang baru liat dia beberapa kali, tapi aku bisa menjadikan dia satu-satunya wanitaku Om. Gadis itu sudah sukses membuat aku enggan balik ke Amerika, aku selalu ingin melihat dia, ingin selalu tahu dia sedang apa dan dia jelas lebih aman kalau sama aku, aku nggak akan rela terjadi hal buruk sama Els, aku akan berdiri paling depan untuk menjaga dia. Sementara Om, hanya jadikan dia opsi. Walaupun Om bilang lebih memilih Els tapi apa bisa, Om tinggalin Davina sekarang buat Els? Nggak, kan? Selamanya Om cuma bisa sembunyiin Els. Iya, kan? Itu bukan sayang, Om. Obses!!" jelas Samudera dengan nada yang makin meninggi.

Heksa mengepalkan tangannya erat, hingga otot-ototnya menonjol. " Ingett, sebelum kamu, aku dulu yang akan selalu ada buat Els!! Hell you Sam! Don't touch my girl!! " peringat Heksa tegas lantas beranjak dari kursinya dengan kesal, dia sedang banyak pekerjaan di dalam dan luar kantor di tambah lagi urusan Samudera. Makin membuat kepalanya nyaris meledak.

"Inget Om, sedetik aja Om bikin Els nangis, jangan salahin kalau aku bawa dia menghilang dari hadapan Om. Itu bukan hal yang sulit buat aku." ancam Samudera.

.

.

.