Gadis Simpanan Mas Dewan
Hai, selamat datang dicerita baruku. Selamat membaca yaa, pasti kalian suka! Hihi
.
.
.
Udara di depan gedung pengadilan pusat terasa begitu panas. Elsheva tidak peduli, dadanya sudah terlalu sesak oleh rentetan kejadian beberapa hari ini. Kejadian lima belas menit yang lalu terputar lagi di kepalanya, sebuah batu yang ia tendang asal, suara alarm mobil yang meraung, dan seorang pria botak yang menuntut ganti rugi lima juta rupiah. Uang yang bahkan tidak ia miliki sama sekali. Jangan kan lima juta, lima ratus ribu saja tidak ada.
“Aku butuh wanita dan kamu butuh uang. fix! Tuhan sudah mempertemukan kita lewat jalur bebas hambatan,” suara berat itu memotong lamunannya. Di depan ruang sidang. Di sampingnya, seorang pria tampan berbalut setelan formal duduk dengan santai. Pakaiannya rapi, gesturnya berwibawa, tapi kalimatnya... seperti sampah.
“Aku bukan wanita seperti itu!” tukas gadis muda bernama Elsheva, dia sudah duduk di sana sejak setengah jam yang lalu. Penampilannya biasa saja, hanya mengenakan celana jeans dan blouse hitam polos. Usianya sekitar dua puluh tahun. Tepatnya sedang berkuliah jurusan kedokteran yang mengandalkan beasiswa.
Apa gadis itu tampak seperti seorang wanita murahan?
Pria itu tersenyum tipis, sorot matanya tajam. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya, hingga Elsheva bisa melihat betapa mulus wajah pria di depannya? Bahkan lebih mulus darinya. “Wanita seperti apa yang kamu maksudkan?” tanya pria itu lagi.
“Ya itu, aku bukan wanita murahan yang bisa anda beli. Mentang-mentang banyak uang gampang banget ngeremehin orang lain,” gerutu Elsheva kesal. Ia melipat kedua tangannya di dada, bibirnya mengerucut.
“Hei," pria itu mencondongkan tubuh. "Saya pun bukan laki-laki bejat seperti yang kamu kira. Saya cuma lihat kamu sedang kesulitan, kan? Saya dengar tuduhan dan tuntutan orang tadi padamu.” gadis itu menunduk, ia teringat dengan kejadian yang ia alami barusan. Pria botak yang dimaksud adalah pemilik mobil yang menuntut ganti rugi di luar nalar dan mengancamnya. Padahal mobilnya hanya lecet sedikit.
Dalam perjalanan kaburnya tadi, Elsheva yang sedang dalam keadaan hancur dan putus asa terus berjalan kaki dengan perasaan yang kacau. Nafasnya pendek, kepala penuh riuh amarah yang tak punya tempat. Sepatu ketsnya menendang kerikil sekenanya—clang! Sebuah batu melesat, menghantam kap mobil hitam berkilat.
Alarm meraung, memecah senyap jalan. Orang-orang menoleh. Elsheva menahan napas, jantungnya berdegup makin kencang.
Seorang pria paruh baya berjas rapi berlari tergopoh-gopoh, wajahnya merah padam. "Lihat apa yang kamu lakukan!" teriaknya, suara pria itu bahkan lebih kencang dari sirine. Ia menuding goresan tipis di cat mobil bagian sampingnya. Sangat kecil menurut Els, reaksinya berlebihan sekali. Ia bahkan menuntut ganti rugi yang sangat tidak masuk akal bagi Elsheva.
Bagaimana bisa, hanya untuk memperbaiki goresan di body mobil itu ia di minta ganti rugi sebesar lima juta rupiah?
Elsheva kabur dari rumah tidak membawa banyak uang, Hanya ada seratus lima puluh ribu saja uang didompetnya, itu pun sisa uang yang akan ia gunakan untuk bertahan hidup.
Bapak pemilik mobil kebetulan salah satu pegawai di pengadilan, yang akan mengawal jalannya persidangan. Dia menyuruh Elsheva ikut dengannya, dan akan membahas perihal ganti rugi usai sidangnya nanti.
"Kenapa? Tidak punya uang?" bentaknya lagi. Els menelan ludahnya, mulutnya sudah terbuka ingin menjawab tapi urung. "Ikut saya." katanya. tatapan matanya meluncur, memindai tubuh Els dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Elsheva bisa tahu kalau pria tua itu bukan hanya sekedar meminta ganti rugi berupa uang. Tatapan menjijikan, dari matanya membuat Els bergidik ngeri.
______________
“Gimana? Mau saya bantu?" Suara pria itu tenang, nyaris seperti godaan. Elsheva tidak mempunyai pilihan, keduanya menjebak.
"Kamu tahu kan, kalau pria botak itu, pasti menginginkan tubuh kamu untuk ganti rugi karena kamu tidak bisa membayarnya? Saya cukup mengenal pria tua, dia adalah pemburu wanita muda.”
Elsheva mendongak. Ia mencebik kesal, “Ck, aku bisa bayar kok. Tapi nicil, aku nggak bakal menyerahkan tubuhku untuk om-om genit kayak gitu!” serunya tidak terima.
Pria di depannya tergelak, sebenarnya ia gemas dengan raut wajah Els. Gadis kecil yang polos, menurutnya.
“Kamu lihat saya, bandingkan saya dengan pria botak itu. Siapa yang akan kamu pilih? Kamu tidak tahu kan sudah berapa kali dia celap celup miliknya itu keberapa perempuan? Itu akan beresiko tertular penyakit. Sedangkan aku? Aku bisa jamin aku sangat bersih dan hanya akan melakukannya denganmu.”
“Ishh,, mesum sekali!” Elsheva mendesis, pipinya memanas. Pria dewasa itu sudah membuat otaknya terkontaminasi dunia seputar permesuman.
“Realistis saja," ujarnya santai. "Faktanya begitu kan? Saya cuma memberi sedikit gambaran saja.” pria itu menatapnya lama, terlalu lama sampai Els melempar pandangannya acak, salah tingkah.
Entah kenapa, pria yang penampilannya sangat kharismatik danberaura pejabatitu matanya tertahan dengan Elsheva yang penampilanya awut-awutan. Wajahnya bahkan tanpa make up, lingkaran hitam membingkai mata sembapnya.
Bukannya, pria seperti itu biasanya akan tertarik dengan wanita yang berdandan heboh dengan gaya lenggak lenggok dan suara yang mendayu-dayu? Atau mungkin karena sedang ada masalah pelik yang tengah menjerat pikiran membuat ia kehilangan akal.
“Sudah kubilang aku bukan wanita murahan seperti itu,” suara Elsheva melemah. Wajahnya tertunduk, pundaknya merosot, seolah tak lagi mempunyai semangat untuk hidup. Semesta senang sekali becanda dengannya. Persoalan di rumah saja sudah cukup membuat dia depresi. Eh, sekarang ketemu pria asing yang terang-terangan ingin membayar tubuhnya. Setelah ini kewarasannya pasti terkikis habis.
Tawaran pria itu memunculkan bayangan lain yang tiba-tiba saja melintas, ingatan yang masih segar dan teramat menyakitkan. Ruang kerja ayahnya yang remang, suara-suara hohor seorang wanita yang jelas bukan ibunya, dan bantahan dari kakak dan saudara lain yang menyebutnya "pembohong" juga "anak durhaka."
Semuanya menapar sekaligus.
Lalu, wajah kekasih yang selama ini ia puja-puja, ia bangga-banggakan ternyata bisa juga mengkhianatinya teramat dalam. Dalam waktu yang bersamaan, dengan mata kepalanya sendiri, Els melihat sang pacar sedang bercumbu mesra dengan sahabatnya. Di appartemen miliknya, di sofa yang biasa ia gunakan untuk nonton film Bersama. Bisa dibayangkan hatinya sudah lebur tak berbentuk. Sejuta kalimat maaf pun tak akan sanggup untuk menyatukannya kembali.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Rahmat
perkenalan ceritax bagus
2025-10-06
0