Erina (29th) dipaksa Ayahnya bercerai dari suaminya. Erina dipaksa menikah lagi untuk menebus kesalahan Ayahnya yang terbukti telah menggelapkan uang perusahaan.
Agar terbebas dari hukuman penjara, Erina dipaksa menikah dengan Berry, seorang CEO dari perusahaan ternama tempat Ayahnya bekerja.
"Tolong Nak. Ayah tidak ada pilihan lain. Bercerai lah dengan Arsyad. Ini jalan satu-satunya agar ayahmu ini tidak masuk penjara," Wangsa sangat berharap, Erina menerima keputusannya,
"Tinggalkan suamimu dan menikahlah denganku! Aku akan memberimu keturunan dan kebahagiaan yang tidak kau peroleh dari suamimu." pinta Berry tanpa peduli dengan perasaan Erina saat itu.
Bagaimana Erina menghadapi polemik ini? Bagaimana pula reaksi suami Erina ketika dipaksa bercerai oleh mertuanya sebagai syarat agar Erina bisa menikah lagi?
Yuk baca kisah selengkapnya, seru dan menegangkan! Happy reading!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FR Nursy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18 Dilema
Wajah Razan memerah menahan malu yang luar biasa. Entah dari mana barang haram itu tiba-tiba ada di dalam tasnya? Sungguh Razan tidak mengerti. Dia bergeming seolah sedang diintimidasi oleh para gurunya.
Erina mendekat, dirinya merasa sudah dikecewakan oleh siswa yang berusaha berubah menjadi orang baik.
"Ini punya kamu, kan? Jawab!" bentak Erina dengan suara meninggi manakala pertanyaannya tidak langsung dijawab oleh Razan.
Razan mengangguk, baru saja mau mengeluarkan suara untuk membela dirinya, Guru cantiknya itu langsung menyuruhnya menghadap kepala sekolah.
"Ikut saya, kamu harus jelaskan hal ini dengan kepala sekolah!"
"Tapi Bu, barang itu bukan punyaku." Razan berusaha untuk membela diri.
"Tidak usah berkelit Raz. Mana bisa barang haram itu bukan punya kamu, padahal kamu lihat sendiri bukan, barang itu ada di dalam tas kamu," ujarnya tegas.
"Tapi memang bukan punyaku..." masih membela diri.
"Kita bahas di kantor, bukan di sini!" ujarnya tegas.
Razan menghela nafasnya pelan. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Kenakalan yang wajar menurutnya, hanya ingin perhatian dari guru yang ada di sekelilingnya. Kasus pengedar narkoba yang ia alami saat ini, justru membuatnya syok. Tidak pernah bermimpi atau tergiur dengan pendapatan yang ditawarkan oleh preman karena kehidupan Razan pun sebenarnya sudah terjamin.
"Baik Bu." akhirnya menurut.
Razan pasrah jika kepala sekolah akan memberi laporan pada papanya terkait masalah ini. Kalau saja semua guru di sini mengetahui siapa dirinya, pasti masalahnya tidak akan diperpanjang. Razan menduga ada dalang di balik kejadian yang menimpanya. Dia harus menelusurinya, tentunya dengan bantuan Bu guru cantik.
Razan mengikuti guru cantiknya dari belakang. Dia ragu manakala harus masuk ke ruang kepala sekolah.
"Masuk!" titah Erina datar.
Seraya meletakkan tas Razan di atas meja sofa setelah berada di dalam ruangan kepala sekolah.
Pak Umar mengerutkan keningnya manakala melihat seorang guru BK datang dengan membawa Razan.
"Ada apa ini, Bu Erin?"
"Anak ini sudah terbukti membawa narkoba di sekolah. Barang bukti ada di dalam tasnya. Ini Pak!"
Erina mengambil tas dari atas meja, kemudian menyerahkannya kepada Pak Umar.
Pak Umar meraih tas Razan, kemudian memeriksa isinya. Benar saja beberapa butir pil warna kuning dibungkus rapi, siap diedarkan. Pak Umar menghembuskan nafasnya dengan pelan, ada rasa kecewa yang menjalar dalam hatinya.
"Bu Erin bisa tidak, kita tidak usah memperpanjang masalah ini?"
Kalimat tersebut keluar dari bibir kepala sekolah yang terkenal disiplin. Masalah yang dihadapi adalah masalah yang bisa menjerumuskan dirinya dan Erina karena telah mengancam jiwa pelaku. Mereka berdua bisa jadi dipecat karena sudah membawa Razan ke ranah hukum.
"Maksud Bapak?" tanya Erina heran.
"Maksud saya, masalah ini cukup sampai di sini saja tidak usah diperpanjang sampai kepolisian." ujar pak Umar bijak, dia khawatir dirinya dan Erin justru akan mendapatkan masalah dengan pemilik sekolah ini.
"Lho kenapa Pak? Maksud Bapak, kita mau melindungi dan membebaskan pengedar narkoba di sekolah ini? Pak kalau ini dibiarkan, ini akan merusak citra sekolah kita. Ini akan berdampak negatif buat anak-anak lainnya," Erina tidak terima dengan keputusan kepala sekolah yang seolah melindungi Razan.
"Tapi Bu, Razan benar-benar tidak bersalah kok. Itu bukan barang Razan Bu," ujar Razan masih membela diri.
"Tapi ini ada di dalam tas kamu Razan!" jelas Erina merasa gemas sendiri.
"Bu mungkin saja Razan dijebak atau sejenisnya. Kita telusuri dulu ya!" pinta pak Umar memberi saran pada Erina dalam menangani kasus tersebut.
"Biar nanti pihak polisi yang mengusutnya pak jika kita melaporkan ya langsung ke polisi," ujar Erina tidak mau kalah.
"Tetap tidak usah Bu. Ibu tahu tidak siapa Razan yang sebenarnya?"
Razan menatap tajam Pak Umar. Seraya menggeleng, memohon agar tidak membocorkan identitasnya di sekolah tersebut. Dia merasa belum saatnya guru cantiknya mengetahui identitas yang sebenarnya.
"Memang siapa dia? Anak Bapak? Anak para donatur tetap? Atau anak ketua yayasan? Atau anak pemilik sekolah ini? Pak...pak hukum ya hukum harus ditegakkan. Bagaimana kita akan mendidik karakter kalau kesalahan anak saja dilindungi?"
Ucapan Erina begitu menohok. Erina memang termasuk guru yang berani mengambil resiko.
"Iya Bu tapi tolong jangan gegabah dalam bertindak. Nanti bisa mengancam pekerjaan ibu sendiri."
"Maksud Bapak?"
Pak Umar menghela nafasnya dalam-dalam. Dia melihat Razan lagi.
Razan kembali menggelengkan kepalanya. Dia masih tidak memberi izin kepala sekolah untuk mengungkap identitasnya.
"Bu Erin tolong dengar ucapan saya. Jangan melibatkan polisi sebelum diketahui pelaku yang sebenarnya. Ingat Bu, kalau salah tangkap, ibu yang akan mendapatkan masalah. Ibu bisa dikeluarkan dari sekolah ini," ujar pak Umar mengingatkan.
Erina terhenyak, ucapan kepala sekolah membuatnya dilema dalam mengambil keputusan. Lalu apa yang harus Erina lakukan? Sementara dirinya sangat bergantung pada pekerjaannya di sekolah ini.
nahh lohh Bu Emmi ... bersiap lahh
Tenang Bu gurumu ngk kan biarkan mu pergii
gimana dia bisa di atur kalau papanya aja ngk ngertii
Byk yg gk suka ma razan apalg guru” pdhl mereka bs aja dipecat dan dikluarkan sm papa razan