“Menikahlah denganku, Jia.”
“Berhentilah memikirkan masa lalu!! Kita tidak hidup di sana!!”
“Jadi kamu menolakku?”
“Apa yang kamu harapkan?? Aku sudah menikah!!!!”
Liel terdiam, sama sekali tidak menunjukkan keterkejutan. Sorot matanya yang tajam itu kembali lagi. “Aku tahu kamu sudah bercerai. Pernikahan macam apa yang sehari setelah menikah sudah tidak tinggal satu atap?”
Sebelas tahun lebih, mereka memutuskan untuk menyerah dan melupakan satu sama lain. Namun, secara ajaib, mereka dipertemukan lagi melalui peristiwa tidak terduga.
Akan kah mereka merajut kembali tali cinta yang sudah kusut tak berbentuk, meski harus melawan Ravindra dan anaknya Kay, wanita yang penuh kekuasaan dan obsesi kepada Liel, atau justru memilih untuk menyerah akibat rasa trauma yang tidak pernah sirna.
Notes : Kalau bingung sama alurnya, bisa baca dari Season 1 dulu ya, Judulnya Beauty in the Struggle
Happy Reading ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Avalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lantas, Bagaimana??
Lima belas menit sebelum Tony menemui Jia.
Jia duduk di depan kaca dengan tampilan terbaiknya, modis dan casual. Kemudian, dia mulai merias dirinya senatural mungkin. Hanya satu yang kurang berwarna, yaitu bibirnya.
Segera dia oleskan lipstik, sehingga warna coklat menghiasi bibir mungilnya, memberikan kesan hangat dan elegan. Namun, dengan cepat dia berhenti mengolesnya. Ada yang berubah. Senyumnya hilang.
Bahkan dia tidak mengangkat telepon dari Liel dan mematikannya, sebab Jia berencana untuk segera datang ke sana tanpa memberitahu Liel. Dia tidak ingin Liel mengetahuinya dirinya yang sedang rapuh.
Hingga tanpa dia sadari, air matanya mulai jatuh, mengalir deras, membasahi pipi. Seketika riasannya luntur. Jia berusaha untuk kuat, namun nyatanya gagal.
Ya, Jia menyadari, bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja. Gejala depresinya muncul tanpa bisa dia kendalikan, dan itu sangat menyiksanya.
“Perasaan ini lagi!!! Kumohon, jangan kambuh sekarang!! Aku ingin bertemu Liel!!” Jia frustasi, menahan isak tangis sambil meremas kedua tanganya.
Lima Belas Menit pun berlalu.
Jia mendengar suara bel pintu berbunyi, membuatnya haris menyeka air mata. Dia mengecek melalui lubang intip. Dia melihat seorang pria bertubuh tinggi dan kekar. Ya, dia Tony.
“Si–siapa dia? Mengapa tubuhnya besar sekali seperti 'Hulk'?” bisik Jia ketakutan.
Tony berkali-kali memanggil namanya, namun Jia enggan menjawab. Sampai pada akhirnya, Tony harus memperkenalkan dirinya.
“Maaf Nona Jia, nama saya adalah Tony, pengawal sekaligus asisten pribadinya Tuan Liel. Saya datang ke sini ingin memastikan apakah anda baik-baik saja?”
Suasana seketika hening. Tidak ada jawaban. Meski begitu, Tony masih setia menunggu jawaban dari Jia. Sampai pada akhirnya, Jia menjawab bahwa dirinya baik-baik saja.
“Hm, baiklah kalau begitu … apa Nona bisa memeriksa Tuan Liel? Sepertinya dia terlihat kurang sehat. Aku telah menelepon beberapa dokter, namun tidak ada yang menjawab teleponku?”
Hening. Tidak ada jawaban lagi dari balik pintu. Lima menit pun berlalu. Tony memanggil nama Jia, namun yang terdengar hanyalah suara langkah kaki dan beberapa barang yang terjatuh.
“Ceklek!”
Suara pintu kamar terbuka. Jia dengan tas dokter dan kotak medisnya, kini siap untuk memeriksa kondisi Liel.
Tony bergumam dalam hatinya. “Apa Nona Jia habis menangis?”
Tanpa menatap Tony, Jia segera meminta tolong kepadanya untuk membeli cairan infus beserta “infusion stand” nya, di apotek terdekat, untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu Liel membutuhkannya.
“Ini nomor kamar dan kartu akses menuju kamar Tuan muda, nona Jia. Dia menginap di hotel tersebut, tidak jauh dari resort, tempat Anda menginap. Kalau begitu, saya pergi dahulu.”
Tony menghilang bagai Ninja Hatori, membuat Jia semakin yakin bahwa Tony adalah keturunan Ninja. Dia pun segera bergegas menuju hotel, tempat Liel menginap.
...****************...
Dua puluh menit kemudian.
Jia telah sampai di depan hotel yang elegan dengan sentuhan modern, setelah berjalan kaki dua puluh menit lamanya. Kemudian Tony datang dengan menenteng carian infus dan infusion stand.
“Ka–kamu, secepat ini?”
Tony hanya tersenyum. Baginya, hal itu merupakan pujian untuknya. Tidak berselang lama, mereka segera masuk, diiringi Tony yang berada di belakang Jia.
Kini mereka sudah berada di depan pintu Lift. Jia mundur ke belakang, memberi kartu akses pintu kamar Liel kepada Tony
Sembari menunggu Tony untuk memencet tombol lift, samar-samar Jia mendengar sebuah suara. Suara khas dari seorang wanita yang benar-benar di kenalnya.
“KAY?!”
Jia menoleh ke belakang dan ya, dia melihat Kay dan asistennya si Rora, sedang berjalan di lorong menuju arah pintu keluar.
“Apa yang Kay lakukan di sini?!” gumamnya dalam hati.
Rora yang sibuk berbicara, tidak menyadari bahwa mata Kay sedang menatap Jia di depan pintu lift. Mata mereka pun akhirnya bertemu.
Meski samar, namun Jia melihat dengan jelas senyum licik yang menghiasi sudut bibirnya. Dia bahkan mengedipkan matanya kepada Jia, dan hal itu membuat Jia geram sekaligus ketakutan.
“Nona.”
“Nona.”
“Nona Jia.”
Satu tepukan di pundak yang Tony lakukan menyadarkan Jia yang masih terpaku. Dia segera menoleh kepada Tony.
“Apa yang Nona Jia lihat?”
“Ah, hanya hantu.”
“Hantu?? Nona memiliki kekuatan indigo?”
Jia menggelengkan kepalanya. “Mari kita bergegas, kita tidak tahu seburuk apa kondisi Liel saat ini!!”
Kelamaan di jalan, keadaan Liel gimana ya? Takut banget! 🥲
Jangan lupa tinggalkan jejak seperti like komen dan subscribe, supaya saya semangat berkarya ☺️
itu hanya tertutup apa terkunci???